Adalah sebuah link yang diposting oleh Rahib Tanzil, sesepuh kami di Blogger Buku Indonesia alias BBI, yang membuat Bunda tersentak. Sesaat, karena image posting dalam blog ini yang memang eye-catching, kemudian proyeknya sendiri membuat Bunda tersadar, bahwa sebetulnya, selama sekian tahun Bunda menjadi blogger buku, nggak produktif. *sigh*
Terus terang, ini proyek ternekat yang pernah Bunda ikuti sepanjang sejarah #lebay emang. Karena selama lima hari berturut-turut, Bunda harus rutin posting. Dan memang, ada lebih dari 5 buku yang sudah mengubah hidup Bunda. Tapi tentu ada 5 yang wajib diceritakan, mengapa buku-buku itu mengubah hidup Bunda.
Mari kita mulai proyek mudik ini di hari pertama. Semoga Bunda sampai ke tempat tujuan dan ga nyasar. Karena kalo nyasar, nggak ada yang kehilangan apalagi mencari Bunda. #lho
Buku ini sempat heboh sekali di tahun 2012 (kalo Bunda nggak salah ingat). Kenapa? Sebab, ketika itu, ada review "kacrut" yang memancing virtual war di jejaring sosial khusus buku bernama Goodreads. Review itu membahas mengenai betapa kacrutnya jalan cerita di buku ini. Ide ceritanya sebetulnya bagus. Tapi eksekusinya payah. Wajarlah, kalo ada reviewer menulis kekecewaannya terhadap buku. Itu kan perasaannya terhadap buku yang dibacanya.
Apa yang membuat buku ini menjadi heboh? Perilaku penulisnya yang membuat semua pembaca, se-Indonesia, menoleh pada buku ini. Karena, penulisnya mengeluarkan sebuah syarat untuk menjadi pembaca bukunya.
Syarat untuk bisa mencerna buku ini adalah: KAMU HARUS BEROTAK PRIMA!
Setelah seluruh drama yang ditimbulkan, baik oleh penulis, teror fans berat penulis di thread reviewer, mau pun pendukung penulis review buku ini di Goodreads ada "hikmah" dan "pelajaran" di balik semua ini.
Penulis cuma manusia, bukan dewa. Wajar sekali kalo dia bereaksi keras dan merasa insecure sehingga mengeluarkan statement tertentu, demi melindungi karyanya. Walau itu membuatnya kehilangan harga diri. Wibawanya jatuh di mata pembaca. Apa pun itu. Dia nggak mau intelektualnya terinjak-injak. Dia mengerahkan segala caranya untuk melindungi hak intelektualnya.
Reviewer juga cuma manusia, bukan dewa. Wajar juga kalo pembaca yang menulis review menyampaikan pendapatnya mengenai buku yang dibacanya. Pembaca tuh ada usaha dalam membaca dan menuliskan review. Minimal, dia beli/pinjam bukunya. Kemudian, menyediakan waktu untuk membaca, memahami apa yang dibacanya. Terakhir, dia menulis pendapatnya di review.
Untuk review sedetail review kacrut tadi, reviewer harus punya ilmu yang berkaitan dengan apa yang dibacanya tadi. Misalnya, mengenai kedokteran. Berarti, kan, kalo berani mengkritik alur cerita atau adegan mengenai kedokteran, reviewer ini minimal tahu beberapa hal di bidang kedokteran? Intinya, sang reviewer ingin penulis tuh kalo menulis cerita, novel seimajinatif apa pun, tetap pakai riset yang masuk logika.
Dan Bunda setuju dengan sebuah quote "Buku adalah jendela dunia." Kita belajar mengenai apa pun melalui buku. Novel sekali pun. Berarti, untuk menjadi penulis, harus melakukan riset yang serius, karena nantinya bakalan disampaikan di tulisan mereka. Dan pembaca akan mencerna tulisannya.
Hidup memang keras. Begitu juga untuk bertahan di dunia tulis menulis. Orang nyinyir mah ada di mana aja. Kapan aja juga jadi kalo mau dinyinyirin mah. Dalam hidup tuh nggak ada yang sempurna. Pasti ada celanya. Karena kesempurnaan milik Tuhan semata. Selama kita menerima kritikan, berarti emang ada yang perhatian ke kita. Harus kita syukuri dulu fakta itu. Ada yang masih mau mengkritik, berarti ada yang perhatian. Kalo kita masih bereaksi buruk terhadap sebuah kritikan, mari kita berdoa, semoga kita diberikan cara pandang yang baru terhadap seluruh kritikan yang mengarah pada kita. Lalu, jadikan kritikan itu salah satu masukan yang membuat kita menjadi lebih baik. Harusnya, sih. Errr.. Look who's talking? X)) #ngakaksendiri
Dampak lain dari buku yang heboh ini adalah Bunda jadi berteman akrab dengan sang reviewer yang diserang oleh fans berat penulis buku ini. Bunda belum pernah ketemu muka dengan beliau. Tapi, sudah banyak cerita yang kami saling tukar hampir setahunan ini. Buku ini pun berhasil menyatukan banyak pembaca di Indonesia. Saling bahu membahu membela kebenaran #haiyah
Buku apakah itu?
Tadaaaaa...
Judul: Memory and Destiny
Penulis: Yunisa KD
Editor: Hetih Rusli
Co Editor: Raya Fitrah
Foto sampul: Jose AS Reyes
Diterbitkan oleh: PT Gramedia Pustaka Utama
April, 2010
Jumlah halaman: 264 hlm, 18 cm
ISBN: 978-979-22-5658-1
Bunda sudah pernah mereview buku ini. Dilihat dari kacamata Bunda sendiri. Silakan dilihat aja review Bunda di sini, ya... :D
*Ditulis dalam rangka mudik ke blog sendiri yang digagas oleh @irwanbajang. Syarat dan ketentuan ada di blog penggagas.
Cheers!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tirimikisih udah ninggalin komen di sini... *\(^0^)/*