Judul: Fifty Shades of Grey (Fifty Shades #1)
Penulis: E. L. James
Cover image: Papuga2006 | Dreamstime.com
Cover design: Jennifer McGuire
Diterbitkan pertama kali oleh The Writer's Coffe Shop
Edisi 1, April 2011
e-book
ISBN: 978-1-61213-029-3
erotika, xxx, buku dewasa
When literature student
Anastasia Steele goes to interview young entrepreneur Christian Grey,
she encounters a man who is beautiful, brilliant, and intimidating. The
unworldly, innocent Ana is startled to realize she wants this man and,
despite his enigmatic reserve, finds she is desperate to get close to
him. Unable to resist Ana’s quiet beauty, wit, and independent spirit,
Grey admits he wants her, too—but on his own terms.
Shocked yet thrilled by Grey’s singular erotic tastes, Ana hesitates. For all the trappings of success—his multinational businesses, his vast wealth, his loving family—Grey is a man tormented by demons and consumed by the need to control. When the couple embarks on a daring, passionately physical affair, Ana discovers Christian Grey’s secrets and explores her own dark desires.
Erotic, amusing, and deeply moving, the Fifty Shades Trilogy is a tale that will obsess you, possess you, and stay with you forever.
This book is intended for mature audiences. (dari Goodreads)
Shocked yet thrilled by Grey’s singular erotic tastes, Ana hesitates. For all the trappings of success—his multinational businesses, his vast wealth, his loving family—Grey is a man tormented by demons and consumed by the need to control. When the couple embarks on a daring, passionately physical affair, Ana discovers Christian Grey’s secrets and explores her own dark desires.
Erotic, amusing, and deeply moving, the Fifty Shades Trilogy is a tale that will obsess you, possess you, and stay with you forever.
This book is intended for mature audiences. (dari Goodreads)
Maksudnyaaaa... di sini kalian yang baca ini, nggak akan ditemukan style saya seperti biasa, menulis pake bahasa antara anak dan ibunya. Heuheu...
Oke, mari kita mulai ngobrol. Eh, maksudnya, biarkan saya bercerita tentang kisah saya selama membaca buku ini. Eh, bukan itu maksudnya. Apa, ya? Terserah, deh. Saya juga bingung. Pokoknya, saya mau cerita di sini. Titik. :D
Sebetulnya, saya termasuk sangat terlambat tahu tentang kehebohan buku ini. Mungkin, karena tadinya, teman-teman saya di Goodreads orangnya lurus-lurus, jadi, keberadaan buku ini sama sekali tidak ada di Home/Newsfeed Goodreads. Sampai akhirnya, saya berteman dengan beberapa penggemar buku kacrut, erotis, apa pun itu namanya dan mulai menemukan review buku ini dengan begitu hebohnya. Bahkan, ada review salah satu kontak saya di Goodreads yang diserang beberapa pembaca lain (orang luar, sih), karena ketidaksukaannya sama buku ini.
Jujurly, saya belum pernah baca buku bergenre seperti ini. Erotis, xxx, apa pun itu sebutannya. Jadi, ini buku pertama yang saya baca. Udah gitu, ada unsur BDSM pula! Di awal sebelum saya keidean buat baca buku ini, saya gugling dulu buat cari tahu tentang BDSM. Huwow! Seyeeem! Kok, pake diiket gitu? Kok, ada cambuk-cambuk begitu? Apakah... mereka bercinta pake acara dicambuk? Issh... Rasanya kok saya pernah, ya, nonton film, err.. bukan nonton, sih, lihat sekilas entah di tv mana, dan entah kapan juga itu, kayaknya saya masih kuliah, deh... Di situ ada orang lagi bercinta *kalo sebutannya begitu*, tapi perempuannya diikat di tempat tidur, mata ditutup dan dicambuki. Katanya, makin si perempuan mengerang, si pria makin terangsang. DOH!
Kesimpulan awal setelah saya baca FSOG, perempuan yang di film yang saya lihat secara nggak sengaja itu yang disebut sebagai Submissive, sementara si pria yang disebut Dominant. Harap dicatat, saya sama sekali nggak nonton bener film itu dan saya bahkan nggak tahu itu film ceritanya apa. Apalagi ingat judulnya. Boro-boro. Hahaha...
Lalu, saya teringat lagi, ketika membaca salah satu review FSOG di Goodreads, ada yang bilang, bahwa BDSM itu sebetulnya titik beratnya adalah pada masalah percaya. Percaya nggak si Submissive ini pada Sang Dominant. Percaya apa? Saya juga nggak tahu. Percaya bahwa Sang Dominant nggak akan menyakiti Si Submissive ketika dia pakai peralatan mengerikan itu? Entahlah. Saya belum cari tahu banyak dan memilih nggak tahu dulu. Karena saya sama sekali nggak tertarik dengan metode bercinta ala BDSM, kok. Serius. Cara yang romantis itu jauh lebih menyenangkan dan menggairahkan, kok. #eh
Lalu, Fifty Shades of Grey ini sebenarnya cerita tentang apa? Cerita tentang gadis clumsy bernama Anastasia Steele, mahasiswi tingkat akhir sebuah perguruan tinggi, yang terpaksa mewawancarai Christian Grey, CEO sebuah perusahaan miliknya sendiri, untuk keperluan majalah kampusnya. Ana ini menggantikan Katherine Kavanagh, sohibnya, temen serumahnya juga, yang lagi kena flu berat jadi nggak mungkin mewawancarai Grey dalam keadaan sakit.
Ternyata, dari ke-clumsy-an Ana ini, bikin Grey suka sama Ana. Dan nggak hanya itu, Grey ini stalk di mana pun Ana berada. Kayak gimana bisa "kebeneran" Grey datang ke tempat kerja Ana, buat beli beberapa barang yang rada aneh aja menurut Ana buat diborong sama Grey. Kayak kabel, kawat, dan lain-lain. Banyak, sih, kebeneran yang lainnya, yang membuat saya super yakin, kalo Grey ini nggak mau terlalu jauh dari Ana. Terus, gimana ceritanya Grey bisa tahu alamat pos Ana, karena dia kirim buku klasik Tess ke rumah tempat Ana tinggal.
Awalnya, Grey bilang dia nggak mungkin jatuh cinta. Tapi lalu, Ana diajak "ngamar". Dan karena Ana emang udah naksir berat sama Grey sejak awal ketemu, jadi mau-mau aja. Lagian dia juga horny lihat si Grey. Eh, tapi... Grey yang tadinya mau memberlakukan cara dia biasa bercinta, kaget sewaktu tahu Ana masih perawan.
Dan berikut-berikutnya... ya begitulah. Sedikit demi sedikit, Ana dikenalin sama cara bercinta ala Grey yang mengarah ke BDSM itu. Oh, ya, satu hal: Grey tidak menyebut berhubungan seks dengan Ana itu sebagai "make love" tapi sebagai "fuck hard".
Dan... kayaknya si Grey ini nggak kenal capek, ya... Setiap lihat Ana gigit bibir, dia pasti horny, walau pun baru aja dia habis "nyampe" setelah gedubrakan sama Ana. Dan lalu... gedubrakan lagi, deh, sama Ana.
Nah, sebetulnya, yang mengganggu di buku ini adalah: dari sejak bab ke sekian, isinya tentang perjanjian dan ketika halaman buku udah mau habis, masih aja bicara soal perjanjian yang belum juga disepakati sama Ana. Sebetulnya banyak sih, adegan annoying di buku ini.
Saya "suka" FSOG karena....
Ini yang saya nggak suka dari FSOG:
Sebenernya, kalo di bagian "gedubrakan"nya itu, biasa aja, sih, menurut saya. Nggak bikin saya sampai ikutan menggelinjang saat bacanya. Entah saya terlalu lempeng atau saya nggak tertarik membayangkan sentuhan Grey pada Ana? Nggak tahu juga, sih. Pokoknya, ya, kalo penulisnya lalu disebut Mommy Porn, kok, kayaknya masih banyak yang lebih layak dapat sebutan demikian karena adegan seksnya lebih gimanaaaa.... gitu. Hihihi...
Sebenarnya, saya nggak suka sama Grey, awalnya. Karena dia kok, orangnya abusive banget, yak! Ana harus tunduk sama dia. Harus nurut sama apa kata Grey tanpa Ana bisa mengelak. Seakan-akan Ana nggak punya hidupnya sendiri dan bahkan nggak boleh jatuh cinta sama Grey, hanya karena hubungan mereka sebagai Dominant - Submissive. Eh, dan satu lagi, sih. Sebetulnya, perjanjian mereka belum disepakati, lho, kok... bisa-bisanya Ana mau jadi Submissive dan gedubrakan sama Grey ala Grey? Seharusnya, Ana nggak mau! Seharusnya, Ana juga punya hak buat menentukan dia mau apa, kan perjanjian belum ditandatangani? Mereka kan belum sepakat? Kok, bisa, sih? Atau, saking lemahnya Ana, jadi dia pasrah aja? Ish!
Di bagian akhir cerita, entah kenapa... mereka berdua dapat simpati saya. Huh! Saya kan jadi tertarik buat baca buku berikutnya. Udah buka-buka bagian awalnya, sih. Tapi saya simpan aja dulu, deh. Buat dibaca tahun depan aja....
Apa yang saya dapat dari FSOG? Pengetahuan tentang BDSM? Mungkin, sih. Cuma, ternyata katanya, pas ngobrol ama teman, penulisnya sebenernya nggak menggali sangat jauh soal BDSM. Jadi, yah, nggak bisa dibilang akurat juga, yak, pengetahuan yang saya dapat dari BDSM.
Kalo soal gedebuk in lap antara Ana dan Grey... cerita di Twilight Series lebih keren. Well, oke, note to myself, kalo FSOG ini berangkat dari fanfic Twilight Series. Jadi, yah... yang lebih "seru" menurut saya ya ada di Twilight Series kalo soal cinta-cintaannya mah. Lebih seru karena lebih menyebalkan. Hahaha...
Jadi intinya begitu. Sebelum saya baca FSOG dan baca review orang-orang, saya cari tahu dulu apa itu BDSM. Jadi, akhirnya saya tahu, bahwa ada ya, manusia melakukan hubungan intim di luar pakem romantisme karena mereka pakai bantuan alat. Dan akhirnya saya juga tahu, bahwa ada orang-orang masokis yang hobi berhubungan intim dengan cara-cara begitu. Lalu saya memberanikan diri baca FSOG dengan siap-siap linu. Eh, ternyata, yah, ada sih yang bikin linu, cuma ternyata nggak seserem yang saya bayangin.
By the way, saya nemu gambar beginian di Goodreads. Hihihi...
Oke, sekian dan terima kasih. Mohon maaf kalo review saya kurang menggigit, kurang gereget, kurang memuaskan. Saya cuma bingung mau ceplas ceplos di sini... Soalnya jarak antara saya baca buku FSOG dengan nulis review di sini terbilang udah jauh banget... Dan saya udah abis-abisan di Goodreads. Udah kehabisan mau nulis apa lagi di sini soalnya. Kode spoiler yang saya dapet belum bisa diaplikasikan. Huhuhu...
*Review ini diikutsertakan dalam 2012 of End of Year Book Contest
Huwaaaaa ternyata buku FSOG ini diikutkan dlm kontesku... hihihi. Asyiiik :D
BalasHapusEh, jujur lho aku blm pernah baca tapi garis besar ceritanya uda tahu karena baca review2 yg ada, keke..
Makasih ya mba Peni, uda ikut 2012 End of Year Book Contest. Ditunggu review lainnya.
Oya jgn lupa bannernya di pasang di template blog juga ^^
LOL, reviewnya lucu. Interesting, waktu pertama baca 50 Shades of Grey juga gara2 kedorong sama orang-orang yang bilang kalo bukunya oke banget buat bikin horny. zzz. Awalnya males buat baca Inggris apalagi cuma buat baca bagian gedubrakan aja, tapi emang lama-lama kok suka ya sama chemistrynya Anna-Christian ini. Sampai saat ini belum sempet baca kelanjutannya, seru nggak si?
BalasHapusKeren banget reviunya, Mbak. Aku udah baca sih, sampe selese pula. Hahahaha. Mulanya karena penasaran, sampe Emma Watson digosipin mau ditawarin jadi Anna (I said: bleh. You kidding, right? No way she's taking it even if that was true). I'll say... well, since I know a thing or two (as knowledge, not in practice) about people's non-mainstream (if not abnormal) ways of canoodling and more, reading this didn't affect me as much. Bukan yg syok bgt ato gimana gitu. Tapi sepanjang baca emang sering ngebatin "ouch, Ouch, OUCH!" Hahahaha.
BalasHapusoh. ouch! hahaha...
Hapuspas baca review temen, dia bilang linu sepanjang baca buku itu... mendadak saya mikir.
kok, saya ga ada linu-linu sama sekali, selain pengen nendang si Grey? =))
Linu apanya nih, Mbak? Ehehehehehehe.
HapusSaya sebenernya... suka2 aja sama Grey, tapi tolong jangan diBDSMin, jangan segitu2 banget posesif dan stalkerish-nya. Itu aja sebenernya sih. Minus dua itu he could be an ideal guy. Well, minus masa lalu kelamnya itu juga. Kebanyakan maunya nih. Hahahahahaha.
Mbak, reply aku udah masuk belom yak? Abis publish kok ngilang. Padahal panjang. T.T
BalasHapusmasuk, koook... aku baca... dan udah kureply malahan... ^^
Hapus