Tampilkan postingan dengan label 3 stars. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label 3 stars. Tampilkan semua postingan

17 Sep 2015

Negeri van Oranje by Wahyuningrat, dkk


Judul: Negeri van Oranje
Penulis: Wahyuningrat, Adept Widiarsa, Nisa Riyadi, Rizki Pandu Permana
Editor: Gunawan B.S
Desain Sampul: Natalia
Pemeriksa aksara: Yudith
Penata aksara: Hanum
Diterbitkan oleh Penerbit Bentang
ISBN: 978-979-1227-58-2
Cetakan Ketiga, Juni 2009
Jumlah halaman: vii + 478 hlm; 20,5 cm
Genre: Novel, Fiction, Travel, Indonesian Literature, Romance, Humor, Adventures
Status: Punya, beli seken di tante Nadiah Alwi

Kata siapa kuliah di luar negeri itu gampang? Perkenalkan Lintang, Banjar, Wicak, Daus, dan Geri. Lima anak manusia terlahir di Indonesia, terdampar bersekolah di Belanda demi meraih gelar S2. Mulai dari kurang tidur karena begadang demi paper, kurang tenaga karena mesti genjot sepeda berkilo-kilo meter bolak-balik ke kampus setiap hari, sampai kurang duit hingga terpaksa mencari pekerjaan paruh waktu; semua pernah mereka alami.

Selain menjalani kisah susah senangnya menjadi mahasiswa rantau di Eropa, mereka juga menjalin persahabatan dan berbagai tip bertahan hidup di Belanda. Mereka pun bergelut dengan selintas pertanyaan di benak mahasiswa yang pernah bersekolah di luar negeri: untuk apa pulang ke Indonesia? Dalam perjalanan menemukan jawaban masing-masing, takdir menuntut mereka memiliki keteguhan hati untuk melampaui rintangan, menggapai impian, serta melakukan hal yang paling sulit: the courage to love!

Novel ini ditulis dengan gaya lincah, kocak, sekaligus menyentuh emosi pembaca. Kita juga akan diajak berkeliling mulai dari Brussel hingga Barcelona, mengunjungi tempat-tempat memikat di Eropa, dan berbagi tip berpetualang ala backpacker


Halo, Kakak Ilman dan Adik Zaidan...
Sebelum mereview, Bunda mau ngabarin sedikit berita sedih. Tahun ini, lagi-lagi kalian berdua gagal dapat adik seperti tahun lalu. Pertengahan Agustus 2015 ini, Bunda keguguran lagi, sama seperti Agustus 2014. Mungkin sudah saatnya Bunda berhenti berusaha memberi kalian berdua adik dan lebih fokus pada kalian berdua, karena ternyata kalian berdua itu begitu demanding terhadap Bunda, ya... Sedih? Jelas. Tapi ada sisi lega juga, karena ternyata kalian semakin demanding. Kebayang aja, sih, kalo ada adek bayi sementara situasi kalian lagi seperti ini, mungkin kalian tidak terurus. 

Sudah, ya, berita sedihnya. Sekarang Bunda pengen cerita tentang buku yang mulai Bunda baca sejak April apa Mei ini dan baru kelar 8 September 2015. Lama? Ya banget. Tebal? Nggak sampai 500 halaman padahal. Lalu kenapa sedemikian lama?
Ah... kisahnya panjang.... Haha. Tapi review Bunda mungkin bisa bikin kalian maklum, kenapa Bunda lama selesaiin bacanya (sebenernya bukan faktor utama banget, tapi faktor penunjang juga dan cukup krusial)


Sinopsis

Seperti yang dibahas di blurb di atas, Negeri van Oranje berkisah tentang persahabatan kelima mahasiswa yang sedang berjuang di Negeri Oranye alias Walanda, errr, Belanda. Mereka adalah Banjar, Daus, Wicak, Geri, dan Lintang. Sebenernya, kelima orang ini nggak datang dari kampus yang sama, bahkan mereka ini beda kota semua. Ada yang di Den Haag, Wageningen, Leiden, Utrecht, Amsterdam, dan lainnya (lupa lagi. hihi)

Mereka menamai diri mereka sebagai Aagaban, sering ngobrol ngocol lewat conference di Yahoo Messenger group. Mereka sangat dekat satu sama lain walau masing-masing dari anggota Aagaban ini punya masalah pribadi yang cukup rumit, misalnya aja Daus yang sering gagal berbuat maksiat padahal mumpung lagi di "surga tempat maksiat" ~ mungkin doa Engkongnya sedemikian melekat jadi dia selalu terlindungi dari berbuat maksiat. Banjar yang kehabisan duit sehingga ngos-ngosan cari kerja sambilan di sebuah restoran Indonesia. Lintang yang punya mimpi bersuamikan bule ganteng, tapi sering kandas setiap pacaran dengan para bule itu. Wicak dengan masalahnya sendiri juga. Cuma Geri yang kayaknya sempurna. Ganteng, anak orang kaya, pinter, manis. Tapi jujur, Bunda selalu curiga dengan pria macam ini. Hehe.

Romance-nya muncul ketika ternyata para pria ini bersaing mendapatkan Lintang. Di akhir tahun mereka berada di Belanda, para pria ini ternyata perang dingin karena ternyata mereka sama-sama memendam perasaan pada Lintang. Yah, seperti yang Sarah Sechan bilang di acara talkshow-nya pas para pemain Negeri van Oranje hadir, "pada akhirnya Lintang hanya memilih satu dari keempat pria itu".

Yes, Negeri van Oranje dibuat filmnya. Sejujurnya, Bunda pengen banget nonton, karena pengen tau gimana feelnya kalo dibuat film.




Sedikit bocoran aja (sampai Bunda ngetik review ini belum nemu trailer filmnya soalnya) orang-orang yang bakalan jadi karakter-karakter di Negeri van Oranje adalah sebagai berikut:

Abimana Aryasatya sebagai Wicak
Ge Pamungkas sebagai Daus
Arifin Putra sebagai  Banjar
Chico Jericho sebagai Geri
Tatjana Saphira sebagai Lintang
Bunda emang pengen baca Negeri van Oranje sejak awal terbit, tapi entah kenapa tiap beli buku kelupaan mulu ambil yang ini. Nah, karena teman-teman Kubugil udah pada baca (jelas laaaah, kan, ada uwa Aaqq yang ikut berkontribusi nulis novel ini), Bunda nggak mau ketinggalan doooong. Eh, buku di tangan udah dari tahun 2010 kalo ga salah, tetep aja kelupaan mau baca. Padahal buku ini udah banyak cetak ulangnya.

Sampai akhirnya, awal Maret 2015 lalu, pas Bunda lagi iseng cari buku buat dibaca, Bunda ambil buku ini dari rak dan malah papa duluan yang terlihat menikmati bacanya. Hihihi... Bunda jadi pengen baca juga karena bentar lagi kan filmnya mau tayang. 



Oke, ini Review Bunda

Pertama, soal pertemuan mereka kalo menurut Bunda terbilang too good to be true kalo buat langsung jadi akrab dan bersahabat sekaligus mengingat latar belakang mereka sangat jauh berbeda, tapi yah, faktor mereka "sama-sama mahasiswa Indonesia" bisa dimaafkan lah sedikit :D

Kedua, Bunda melihat novelnya itu hanya casing. Di halaman pertama, kesannya bagus banget. Wah, kayaknya seru, nih! Tapi, setelah masuk ke halaman berikutnya, kesan yang sampai ke Bunda adalah buku ini sebenernya panduan jadi mahasiswa di Belanda (kayak tips dan berbagi pengalaman selama jadi mahasiswa di Belanda plus jalan-jalan ala backpacker) yang dibungkus novel.

Ketiga, karena bikin ceritanya berempat dan dipaksakan untuk satu gaya cerita, jadi aneh. Jujur, ini yang bikin Bunda susah payah menelan cerita di sini karena gaya cerita yang dipaksakan untuk jadi satu gaya. Kenapa? Yang nulis berempat, kan? Tiap orang itu isi kepala dan gaya menulisnya berbeda. Sehingga, Bunda perhatikan, setiap karakter di sini bisa diceritakan dengan gaya yang mengalir dan menyenangkan, tapi kadang boriiiiiiiing banget cara menceritakannya sampai males nerusin ke halaman berikutnya. Ada juga yang disampaikan dengan style kayak di novel tante Otak Prima itu. 

Keempat, hampir semua deskripsi ceritanya membosankan, kecuali beberapa line yang bikin bunda ngakak. Misalnya, "Ketiganya punya prinsip serupa: bikin dosa, minimal berjamaah." (hal 275). Hahahaha...

Kelima, romance yang terbangun di cerita ini terlalu ringan, jadi malah garing. Hihihi. Entah kalo di film nanti. 

Keenam, buku ini bercerita tentang teknologi pada masanya. Jadi ketika dibaca enam tahun setelah buku itu terbit, agak terkaget-kaget juga, sih, mengingat dalam enam tahun, telah terjadi kemajuan teknologi sedemikian dahsyatnya. Hihi. Tapi lumayan lah, buat sedikit pengingat bahwa pada masa itu, teknologi yang paling canggih adalah komputer berprosesor dual core :D *belum disinggung tablet sih, karena Wicak masih pake PDA a.k.a Personal Digital Assistant*

Ketujuh, ini plusnya, hampir keseluruhan dialognya menyenangkan dan hidup, jadi ya lumayan bisa jadi alasan untuk bertahan membaca dan juga penasaran kalo dibuat film seperti apa jadinya. 

Oya, papa protes tuh, kenapa bukan kecengannya (Chika Jessica) yang jadi pemeran Lintang. Diiiih!  Walau di novel diceritakan kalo Lintang itu cempreng, tapi Bunda mah ga ridho kalo Chika Jessica yang meranin jadi Lintang. Syukurlah, yang jadi Lintang itu Tatjana Saphira. Haha. Bukan cemburu ama Chika Jessica, sih, cuma gimana, ya... nggak banget lah kalo hanya kecemprengan yang dinilai layak memerankan Lintang. 

Papa ngecengin Chika Jessica? Ya begitu, deh, selera cewek-cewek papa. Tipenya semacam. Mulai dari Fitri Tropika, Chika Jessica, dan cewek heboh semacam mereka itulah. Hihihi. Untunglah karakter Bunda yang kalem menghanyutkan gitu, jadi bisa menetralkan selera aneh papa. Ups! /dipentung :D *nggak meremehkan atau merendahkan mereka, kok, cuma yah... kurang sreg aja ama style beliau-beliau :D*

Nah, jadi untuk beberapa alasan di atas, bintang tiga lumayan banyak loh, ya...

Btw, ternyata Arifin Putra itu ganteng pake banget, yaaaaa.... hihihi....

Cheers and Love! xoxo,




Terusin baca - Negeri van Oranje by Wahyuningrat, dkk

9 Mei 2014

Bliss (The Bliss Bakery Trilogy #1) by Kathryn Littlewood


Judul: Bliss (The Bliss Bakery Trilogy #1)
Penulis: Kathryn Littlewood
Penerjemah: Nadia Mirzha
Penyunting: Lulu Fitri Rahman
Penyelaras aksara: Aini Zahra
Penata aksara: elcreative
Diterbitkan oleh Noura Books ~ Mizan Fantasi
Cetakan pertama, November 2012
ISBN: 978-979-433-690-8
Paperback, 320 halaman
Genre: Novel, Fantasy, Children, Middle Grade, Fantasy, Magic, Foodie, Mystery, Young Adult, Adventure, Family, Juvenile
Status: Punya. Dikasih tante Ferina sebagai hadiah giveaway karena Bunda ngasih komen paling koplak #eh



Musim panas itu, Rosemary Bliss melihat ibunya mengaduk halilintar ke dalam semangkuk adonan dan semakin yakin bahwa orangtuanya menggunakan sihir di Toko Roti Bliss. Rahasianya ada pada sebuah buku resep Bliss Cookery Booke.

Namun apa jadinya jika Rose dan Ty memutuskan bereksperimen dengan beberapa resep saat orangtua mereka pergi? Yah, beberapa Muffin Asmara dan Cookie kebenaran sepertinya tak akan menimbulkan masalah, bukan?


Halo, Kakak Ilman dan Adik Zaidan...
Sebenernya, buku ini udah lama banget ada di tangan Bunda, hadiah dari tante Ferina. Waktu itu dia bikin giveaway di blognya, terus Bunda berpartisipasi dengan ngasih komen koplak. Eh, ga nyangka. Taunya malah Bunda yang dapet. Rafflecopter saat itu sedang berpihak pada Bunda. Alhamdulillaah :D

Terus, ya baru dapet kesempatan baca dua bulan lalu. Mestinya sih jadi posting bareng sama BBI buat tema Kuliner. Tapi dikarenakan Bunda sempet dirawat di RS itu, ya batal deh posting barengnya.

Buku ini cerita tentang Rose yang dititipi ibunya toko bakery Bliss karena ibu dan ayahnya mendapat tugas dari walikota untuk membuat kue dalam jumlah banyak selama beberapa minggu karena ada wabah penyakit aneh, sementara menurut penduduk di kota itu, hanya ibu dan ayah Rose lah yang mampu membuat kue ajaib untuk menyembuhkan penyakit itu.

Tepat ketika ibu dan ayah Rose pergi, muncullah seorang perempuan yang mengaku bibi mereka, bernama bibi Lily. Pada awalnya, Rose merasa jenuh ketika menjaga toko bakery mereka karena merasa nggak ada sesuatu yang menarik seperti ketika orangtua mereka ada di rumah. Maka dia dan Ty, abangnya, mulai melakukan sesuatu yang seharusnya tidak mereka lakukan. Yaitu membuat kue dari buku resep Bliss Cookery Booke yang disimpan di ruang penyimpanan khusus. 

Dari situ, kejadian-kejadian ganjil ~ atau kalo boleh dibilang mengacaukan satu kota terjadi. Dan mereka berusaha membalikkan keadaan. Dan di sini, sikap bibi Lily yang tadinya mencurigakan Rose, berperan penting dalam ikut membalikkan keadaan. Rose sempat menyesal karena dia sudah mencurigai bibi Lily.

Hmmm...
Gimana, ya?

Pertama, kalo dari kover, tampak menjanjikan. Sungguh! Meski nggak dapat hadiah giveaway juga Bunda punya niat beli. Syukurnya, ternyata ini emang cover asli. Worth it kalo beli juga.

Kedua, terjemahannya mengalir banget. Meski Bunda baru kali ini baca nama penerjemah, maksudnya ini buku pertama terjemahan sang penerjemah yang Bunda baca ~halah mbulet~ kalo baca nama penyuntingnya sih, yakin kalo penyuntingnya bisa bikin buku kacrut kek apa juga jadi tampak indah. Hehe. Beberapa buku yang terjemahannya kacau balau berhasil disulap jadi enak dibaca oleh penyunting yang satu ini. Jadi, tentu saja baca terjemahannya enak aja gitu...

Ketiga. Dari sisi font. Oke, kok, untuk genre Young Adult atau Children - Middle Grade. Nyaman di mata dan bikin betah baca.

Keempat. Mungkin ini faktor penentu, ya... Jadi gini, kebanyakan orang ngereview buku ini bilangnya ngiler pas baca semua deskripsi makanan di sini. Termasuk pakde Iwan yang sering banget nyuruh Bunda baca buku ini ketika tahu Bunda punya buku ini.
Sayangnya...
Entah imajinasi Bunda yang nggak sampai apa gimana, Bunda sama sekali nggak ngeces ngebayangin makanan yang ada di cerita ini. Huhuhuhu. Asli sedih banget. Awalnya, Bunda pikir cuma Bunda aja yang kayaknya ngerasa aneh. Berkali-kali baca ulang pun, tetep. Dalam keadaan lapar pun tetep. Sama sekali ga bikin Bunda merasa lapar. Lalu, Bunda cek tret kapan itu Bunda pernah share di sebuah sosmed. Ternyata beberapa teman Bunda seperti Tante Kobo dan Tante Donna juga bilang hal yang sama. Tante Vina malah bilang, "kecut". 

Bunda malah ngeces ngebayangin bolu kuali atau jus labu kuning di Harry Potter daripada kue-kue di sini. Nggak tahu kenapa. Mungkin karena deskripsi bahannya, salah satunya pakai air mata atau apa lah itu, bikin Bunda udah ilfeel duluan, bukannya pengen makan. Hehehe... Gitu, deh.

Jadi... bintang 3 kayaknya cukup untuk semua yang udah Bunda tuturkan di atas kali, ya...

Oya, ini skrinsyut komen koplak Bunda di giveaway tante Ferina itu



Yang jelas, meski kecewa karena ga sesuai harapan, nggak menyurutkan langkah Bunda untuk baca kelanjutan trilogi ini dan nunggu buku ketiga terbit.

Diposting juga buat Children Literature Challenge dan Young Adult Challenge

Love you both, cheers



Terusin baca - Bliss (The Bliss Bakery Trilogy #1) by Kathryn Littlewood

6 Feb 2014

All You Can Eat by Christian Simamora

Judul: All You Can Eat
Penulis: Christian Simamora
Editor: Alit Tisna Palupi
Proofreader: Mita M. Supardi
Penata letak: Gita Ramayudha
Desainer sampul: Jeffri Fernando
Ilustrasi isi dan paper doll: Levina Lesmana
Diterbitkan oleh Gagasmedia
Cetakan pertama, 2013
Jumlah halaman: xii + 460 hlm; 13 x 19 cm
ISBN: 979-780-643-x
Genre: Novel dewasa, drama, romance, chicklit, Indonesian Literature, Contemporary Romance
Status: punya, beli seken dari seseorang, dengan cap: BUKU INI TIDAK DIJUAL. PERSEMBAHAN PENERBIT


'CINTA KOK BIKIN SEDIH?'
Dear pembaca,
Berbeda dengan penulis lain di luar sana, aku akan berterus terang mengenai akhir novel ini: bahagia. Tapi kumohon, jangan desak aku untuk menceritakan awal ceritanya. Juga tentang siapa Sarah, siapa Jandro, dan apa yang menghubungkan mereka berdua.

Aku juga tak akan melebih-lebihkan penjelasanku mengenai novel kesepuluhku ini. 'All You Can Eat' memang bukan cerita yang orisinal. Jadi, jangan terkejut saat mendapati ceritanya mengingatkanmu pada curhatan seorang teman atau malah pengalaman hidupmu sendiri. Ini tentang seseorang yang istimewa di hati. Yang tak bisa kamu lupakan, juga tak bisa kamu miliki.

Jadi, apa keputusanmu? Kalau setelah penjelasan tadi kamu masih ingin membaca novel ini, tak ada lagi yang bisa aku katakan kecuali: selamat menikmati.

Dan selamat jatuh cinta.
Christian Simamora

Halo, Kakak Ilman dan Adik Zidan...
Bunda tergoda baca ini karena terpengaruh oleh beberapa review bagus mengenai buku ini yang melintas di mata ketika blogwalking. Ditambah kavernya yang oh-so-cute, karena simpel, bikin penasaran buat baca.

Kakak Ilman dan Adik Zidan,
suatu saat nanti, ketika kalian mulai mengenal yang disebut "cinta pertama", kalian akan tahu, bahwa itu akan sulit dilupakan seumur hidup kalian. Dari apa yang Bunda alami, cinta pertama bukanlah cinta monyet yang sekadar naksir-naksiran karena si target lucu, cakep, pinter, de el es be. Cinta pertama itu jelas sulit dilupakan, karena saat itulah pertama kalinya kita mulai resah, gelisah, galau gara-gara seseorang. Bikin nggak enak makan, tidur karena resah.

Cinta pertama itu selalu bikin bertanya-tanya: dia lagi apa sekarang? Dia di mana sekarang? Sama siapa? Apa dia baik-baik aja? Dan seterusnya.

Cinta pertama Bunda termasuk absurd, karena Bunda dulu naksir Takuya Kimura. Kenapa absurd? Karena dia cuma bisa Bunda lihat di layar TV, lewat dorama Asunaro Hakusho (Ordinary People) di stasiun tv bernama Indosiar. Iya, Takuya Kimura itu aktor, pemain dorama asal Jepang. Dan yes, dia cinta pertama Bunda.

Kok, nggak nemu cinta pertama yang wajar aja, sih, Bun? Temen sekolah, kek. Kakak kelas, kek. Adik kelas, kek.

Too bad.

Cuma Kimutaku yang bener-bener bikin Bunda degdegan pertama kalinya nunggu dia muncul. Dramanya cuma seminggu sekali tayang. Cuma Kimutaku yang pertama kalinya bikin Bunda resah. Kalo doramanya abis, nanti Bunda bisa lihat dia di mana lagi? Cuma Kimutaku yang bikin Bunda lost focus saat nonton drama, sampe nggak ngerti, sebenernya ini drama lagi ceritain apa, sih?

Kenapa?

Karena, Bunda sibuk memandangi Kimutaku. Rasa kangen terpuaskan setiap ketemu di layar kaca. Begitu drama kelar, langsung rindu lagi. Ga sabar nunggu minggu depan. Dan kalo mau ketemu Kimutaku, Bunda mandi dulu. Pake cologne biar wangi. Rambut disisir rapi, pake baju pergi. Biar kerasa banget, tampil spesial saat "ketemu" Kimutaku.

Gimana? Absurd, kan? Hihihi...

Terus, Bunda kapan jatuh cinta beneran sama orang yang bukan cuma bisa ditemui lewat tv?

Kayaknya pas Bunda udah kuliah, deh. Dan itu pun ke papa. Meski sebelumnya Bunda udah punya pacar, tapi sewaktu pacaran sama mantan, Bunda nggak bisa bilang itu real cinta pertama Bunda. Karena Bunda nggak ngerasain deg-degan, kangen atau perasaan apa pun yang dirasain ke pacar. Biasa aja. Cenderung terlalu lurus. Tau-tau diajak jadian. Terus tau-tau putus :D

Nah, pengalaman jatuh cinta pertama kalinya yang dialami Jandro Vimana adalah pada Sarah Kristina, sahabat kakaknya sendiri, Anye Vimana. Sewaktu Jandro yang katanya oh-so-nerd itu, pas SMP -- iya, masih SMP pake seragam putih biru -- nembak Sarah yang udah termasuk dewasa, langsung ditolak karena Jandro masih SMP.

Jelas lah, Jandro patah hati banget. Karena, Jandro nggak cuma tertarik pada fisik Sarah, melainkan menyukai Sarah secara utuh. Keseluruhan.

Setelah bertahun-tahun kemudian, terjadi pertemuan tak terduga antara Sarah dan Jandro lagi. Saat itu, Sarah sedang melarikan diri menyepi di Ubud, di vila milik keluarga Anye dan Jandro, sementara Jandro pun melarikan diri menenangkan diri ke vila milik keluarganya (iya, di tempat yang sama mereka ketemu) karena pacarnya yang sudah punya tunangan itu memilih tunangannya daripada memilihnya.

Terus terang, Bunda nggak suka dengan sikap Sarah yang berkali-kali merendahkan Jandro. Sikap Sarah ini selalu berhasil membuat emosi Bunda naik turun. Tapi kadang, sikap Jandro yang kadang berubah-ubah ini juga bikin gemes.

Christian Simamora berhasil bikin cerita dengan POV orang ketiga yang berubah-ubah secara mulus menurut Bunda. Bunda serasa nonton FTV, sih, pas baca ini. Cuma sayangnya, nggak bisa bikin Bunda jatuh cinta, meski penggambaran secara fisik begitu gamblang.

Tapi sialnya, begini.   
<
Di kantor Bunda, ada junior yang emang badannya atletis gitu. Selama ini, seumur-umur, Bunda tuh ga pernah mantengin badan cowok. Ga pernah tergoda sama yang namanya badan ala Ade Rai. Nah, pas kemaren, efek baca deskripsi mendetail bodi Jandro, mata Bunda pas ngeliat si om satu ini lagi pake kemeja ngepas badan. Yah, sebenernya, biasanya juga dia pake apa aja juga bodinya keliatan gimana gitu. Tapi, entah kenapa, cara Bunda ngeliat kemaren beda banget. Padahal kemeja itu sering dia pake. Mata Bunda sempet ke-lock ke dia dan euh! Tenaaaang... Ga sampe jadi horny, kok. Cuma sebel aja. Jadi sempet merhatiin bodi temen kantor Bunda itu. huh!
>

Nah, usai berhasil bikin emosi naik turun, endingnya sesuai janji penulis, kok. Happy. Meski menyebalkan sekali.

Sebetulnya, Bunda sempat kecewa dengan imajinasi Bunda sendiri. Jadi gini. Pas ngobrol di Spank Club, tante Desty bilang, kalo AYCE itu dari awal sampe akhir bikin kipas-kipas. Tentu, Bunda membayangkan kalo yang namanya kipas-kipas itu ya semacam buku yang bikin semua kipas Bunda rontok. Kenyataannya, buku ini emang bikin kipas-kipas karena Bunda kesel setengah mati sama Sarah. Juga Jandro.

Emang kenapa kalo Jandro jauh lebih muda? Papa kalian juga lebih muda dari Bunda, kok. *sempet ngerasa bete karena berasa dihina si Sarah ini*

Dan meski penuturannya mengalir, lancar dan enakeun, Bunda keganggu dengan kata-kata "puh-lizz", "ah-mazing", "oh-so-called", dst. Agak-agak gimana gitu. Tapi karena ini buku pertama Christian Simamora yang Bunda baca, jadi Bunda nggak tahu apakah ini memang style penulis seperti itu apa gimana.

Tiga bintang cukup untuk mengapresiasi All You Can Eat ini... 


Sedikit mengenai Christian Simamora:   
<


Christian Simamora started as a teenlit (teenage literature) writer, but didn't forget his forever love on romance genre.
His published works: Jangan Bilang Siapa-siapa (2006), Boylicious (2006), Kissing Me Softly (2006, under pseudonym Ino Crystal), Macarin Anjing (2007), and Coklat Stroberi (2007). His sixth novel, a collaboration with his former editor Windy Ariestanty, SHIT HAPPENS: Gue yang Ogah Nikah, Kok Lo yang Rese?! won Best Local Book 2007 from Free! Magazine.

On 2010, he started a series for adult readers: JBoyfriend. The male characters's name of each books would be start with letter J.

The first book: PILLOW TALK was named as 'Book of the Year (2010)' by the publisher, GagasMedia. GOOD FIGHT, the second installment, was already released on March 2012. The third, WITH YOU, is a Gagas Duet book, written together with fellow author, Orizuka.

Next, ALL YOU CAN EAT was already released on June 2013.

GUILTY PLEASURE, the latest installment, was already finished and will be released soon.

Meanwhile, he's working on his next work. Or book shopping. Or simply just get lazy in his home. Ah, life. :)
>


Cheers! Love you both,
Terusin baca - All You Can Eat by Christian Simamora

28 Jan 2014

The Wind in the Willows by Kenneth Graham



Waktunya untuk Posting Bareng BBI! Kali ini temanya #Fabel



Judul: The Wind in The Willows
Penulis: Kenneth Graham
Penerjemah: Rini Nurul Badariah
Penyunting: Nadya Andwiani
Ilustrasi dan Pewajah Sampul:  Ella Elviana
Pewajah Isi: Basandid
Cetakan I: April 2010
Jumlah halaman: 138 halaman
ISBN: 978-979-19926-4-0
Diterbitkan oleh: Mahda Books
Genre: Fabel, cerita anak, klasik, fantasi, classic fantasy
Status: Punya, beli bekas siapa, ya? *kok mendadak lupa*


Kisah tentang persahabatan antara Tikus Tanah yang polos, Tikus Air yang sangat mencintai sungai, Luak yang bijaksana, serta Katak yang ceroboh. Di tepi sungai yang indah dan hutan belantara yang angker, kisah mereka terjalin dengan indah dan mendebarkan.

Halo, Kakak Ilman dan Adik Zidan...
Seharusnya, Bunda posting ini kemarin, karena waktunya Posting Bareng sesuai di kalender tanggal 27 Januari 2014. Cuma ya, namanya juga orang sibuk, sesempetnya aja, toh. :P

Sebenernya, Bunda udah pernah baca cerita ini. Kayaknya pas hamil adek Zidan. Terus, karena Bunda udah lupa punya fabel apa aja, Bunda ngambil ini, deh, buat acara posting bareng BBI.

Jadi, ceritanya seperti yang dibilang di atas, The Wind in the Willows itu bercerita tentang persahabatan antara Tikus Tanah, Tikus Air, Luak, dan Katak.

Tikus Tanah tuh cintaaaaaaaa banget sama rumahnya, meski rumahnya ada di bawah tanah dan sederhana banget. Nggak bisa dibilang mewah, tapi nyaman. Cerita bermula, ketika ia mengunjungi Tikus Air dan malah diajak berpetualang. Sebenernya, Tikus Tanah merasa nggak nyaman dengan petualangan ala Tikus Air. Tapi, ia nggak enak sama Tikus Air, jadi manut-manut aja. Dan ia nggak pernah balik ke rumahnya sendiri karena menginap di rumah Tikus Air.

Nah, ada kalanya, Tikus Tanah ini rindu pada sahabatnya yang lain, Luak. Masalahnya, Luak tinggal di dalam Hutan Rimba yang katanya berbahaya untuk dimasuki. selama musim dingin, Tikus Air ini kerjanya tidur melulu. Jadi, Tikus Tanah merasa kesepian. Ia pun nekat masuk ke Hutan Rimba. Nyaris terjadi sesuatu sih, pada Tikus Tanah, saking berbahayanya Hutan Rimba. Tapi ternyata, Tikus Air muncul di saat yang tepat.

Dan mereka pun nyasar karena permukaan Hutan Rimba tertutup salju. Sampai akhirnya mereka menemukan rumah Luak.

Cerita nggak selesai sampai di sini karena mereka harus melindungi Katak yang ndablek. Aduh! Bunda gemes banget sama si Katak ini. Udah dilindungi oleh sahabat-sahabatnya, tetep ajaaaaa bikin ulah. Saking ndableknya.

Bunda cukup suka cerita ini. Bukunya tipis juga, sih. Jadi cepet bacanya. Hihihi. Banyak ilustrasi yang menarik, khas karya klasik. Yang jelas, yang bikin buku terjemahan ini top markotop adalah... ilustrasi kavernya! Keren abis! Cuma satu kata: suka! Pake banget.

Cheers! Love you both,







Terusin baca - The Wind in the Willows by Kenneth Graham

25 Nov 2013

No One to Someone - Nina Moran

Judul: No One to Someone
The Story of Gogirl! Magazine and Friends
Penulis: Nina Moran
Penyunting: Nurjannah Intan dan Ikhdah Henny
Perancang sampul: Gogirl!
Pemeriksa aksara: Titish A. K dan Chalida
Penata aksara: Dian Nareswari dan Adfina Fahd
Foto: Arman Yonathan
Make up: Jeinita Ant
Art Direction: Anita Moran
Diterbitkan oleh: Penerbit B First (kelompok Bentang Pustaka)
Jumlah halaman: x + 194 hlm; 20 cm
ISBN: 978-602-8864-82-4
Genre: Kehidupan, Inspiratif
Status: Punya, beli di bukabuku, edisi bertanda tangan





"What if, we can actually make it work?
What if it can actually come true?"
Gogirl! lahir dari pertanyaan di atas yang terus menerus dipikirkan Nina Moran, Anita Moran, dan Githa Moran. Three sisters yang punya mimpi besar dan kecintaan tinggi terhadap majalah. It was born out full of passion on "maganizism".

Tepat setelah Gogirl! kali pertama terbit, banyak yang meramalkan majalah ini tutup setelah 4 edisi saja. But now, they proved them wrong! Gogirl! berhasil menjadi icon remaja cewek yang creative, smart, and stylish.

Akan tetapi, semua kesuksesan itu tentu saja nggak instan. Buku ini ditulis sebagai bukti bahwa keberhasilan itu kadang cuma terasa semenit. Dan sisanya, penuh dengan pergumulan, kerja keras, kesedihan, air mata, dan kemauan untuk terus maju.

Halo, Kakak Ilman dan Adik Zidan...

Entah karena Bunda sempat sakit pekan lalu, entah karena semangat setelah mudik ke blog masih terbawa, Bunda tumben banget jadi agak cepat bacanya. Cepat di sini bukan berarti satu buku sehari, ya. Nggak. Itu masih jauh dari harapan. Paling nggak, 3 hari ada yang kelar satu buku. Yang Bunda mau review ini. Hihihi.

Lah, kan halamannya dikit, Bun?

Itu dia. Mau halamannya sedikit, kalo kecepatan baca menurun, tetep aja lamaaa banget kelarnya. Bisa sebulan!

Separah itu, Bun?

Iyaaaaa! Separah ituuuu!

Sekarang separah itu. Sebab, sepulang Bunda dari kantor kan nemenin kalian dulu. Apalagi adek tidurnya malem. Weekend cuci setrika karena kita gak punya bibik. Jadi ya diatur dari situ waktu tersisa buat baca.

Buuuun! Kok malah curhaaaat? Katanya mau review?

Eh. Iya! Maaf... Ayok, balik lagi... Mari kita balik ke review...

Buku ini bercerita tentang petualangan pengalaman ibu Nina Moran, ibu Anita Moran, dan ibu Githa Moran sewaktu membangun Gogirl!.

Bunda udah pernah dengar ceritanya, sih, dulu ibu Nina Moran pernah diwawancara oleh Farhan di sebuah stasiun tv swasta. Nah, waktu itu memang nggak cerita sedihnya yang diceritain. Lebih ke motivasi, tujuan, dll sih. Tapi ya Bunda senang aja menyimaknya.

Apalagi ternyata, ibu Nina Moran mau bercerita lewat buku. Yang Bunda kaget, semua dikupas tuntas sampai sedetail mungkin. Mulai dari awal mula ibu Nina iseng bikin business plan yang ketahuan oleh ayah mereka. Terus waktu akhirnya muncul keputusan merealisasikan majalah ini. Gimana ibu Nina mulai mencari dana yang dibutuhkan. Semuanya bikin Bunda menahan napas. Ya ampun... Majalah yang Bunda kagumi ini, ternyata kelahirannya begitu berat dan sulit...

Kenapa Bunda kaget dengan detail cerita di dalamnya? Sebab, nggak semua perusahaan mau cerita sampai sedetail ini. Nggak semua perusahaan mau cerita susahnya mereka. Jadi yang mau diperlihatkan sukanya aja. Nah, ibu Nina beda. Dia bahkan berani "bongkar aib" untuk cerita kalo dia sendiri yang ngebungkusin semua merchandise ketika pihak percetakan yang seharusnya mengerjakan nggak mau mengerjakan.


Salah satu masalah antara lain, susahnya dapat iklan, karena mereka masih baru dan belum dikenal pasar. Belum lagi cibiran orang-orang, terutama yang sudah bergerak terlebih dahulu di dunia permajalahan. Atau, ketidak cocokan dengan percetakan.

Bayangin aja, setelah majalah didistribusikan ke pasar dan sampai ke konsumen, ternyata majalahnya lepas semua. Ini emang karena percetakan sedang bereksperimen dengan jenis lem baru yang ternyata nggak kuat, tapi sayangnya mereka nggak mau mengganti.

Belum lagi soal merchandise yang adaaaa aja ributnya. Duh!

Meski Bunda nggak ikut nangis pas baca pengalaman ibu Nina, tapi Bunda bisa bayangkan gimana beratnya perjuangan mereka sehingga Gogirl! bisa sebesar sekarang. Dan yang bikin Bunda envy adalah mereka bertiga begitu kompak. Belum lagi dukungan pacar masing-masing (yang sekarang sudah jadi suami masing-masing) dan keluarganya. Juga dukungan ibu dan ayah mereka yang begitu dahsyat. 

Yang jelas, buku ini bercerita tentang kekuatan tekad, kekuatan kekompakan, dan kekuatan cinta serta dukungan keluarga itu memang penting dalam memulai usaha. Di buku juga diceritakan, bahwa mereka sekarang "senang", sebetulnya karena hasil kerja keras mereka yang yah, begitu menguras tenaga, air mata, emosi, dan lain-lain. Intinya, yang namanya bisnis itu susah. Bukan nakut-nakutin. Tapi, di dunia bisnis, cuma yang kuat yang maju. Kuat di sini bukan kuat nyewa preman buat "membunuh" usaha-usaha lain. Tapi kuat keyakinan bahwa Tuhan itu ada dan akan membantu.

Bunda jadi teringat, mantan pacar Bunda dulu pernah bilang, bahwa di dalam hadits dikatakan, "dari 12 pintu rejeki, 11 di antaranya adalah berniaga". Dan bisnis adalah berniaga. Ada 11 pintu rejeki, lhoooo!

Terus, Bunda jadinya mau mulai berbisnis atau gimana?

#terpekur

Yang jelas, selain mengenai kerja keras, tahan bantingan dan lain-lain, kreativitas juga diperlukan dalam berbisnis. Juga melihat sebuah peluang dan bagaimana memanfaatkan peluang itu. #lirikatasanBunda :P

Nah, sejauh ini, sih, Bunda yang memang langganan Gogirl! dan fans berat ketiga pendirinya, tentu buku ini wajib punya. Eh, Bunda termasuk Gogirl! Tribe, bukan, yaaa... hihihi... masa ibu-ibu kok, bacanya Gogirl! Yah, soalnya, sewaktu Bunda belum menikah dulu, nggak ada majalah sekeren ini. Yang bisa kasih informasi fashion (meski ga mengubah Bunda jadi fashionista juga, sih), tentang self education, make up, pengetahuan umum, psikologi, lingkungan hidup bahkan sampai political views kayaknya cuma Gogirl!. Jadi, yah, dimaklum aja, deh, kalo Bunda ikut-ikutan kayak abege baca beginian :D

Sayangnya, ada beberapa "masalah" yang bikin Bunda agak gimanaaa gitu sama buku ini.

Pertama, bahasanya yang campur aduk. Memang, sih, Bunda jadi belajar bahasa Inggris juga dengan bahasa campuran macam begini. Kadang emang ga nyampe kalo ditulis dalam bahasa Indonesia. Tapi, ya, tetep aja. Rasanya aneh. Terutama, untuk wawancara dengan ibu Dian Noeh Abubakar, kalo ga salah. Yah, jadi berasa baca Vickytisasi gitu deh.

Apa itu Vickytisasi? Jadi, pernah ada di sini, di negeri ini, seleb yang memalukan sok-sok nginggris gitu yang bikin jijay bajay. Nah, walau pun misalnya memang ibu Dian ini bicaranya begitu, sebaiknya sih, penyunting bisa membantu dengan menyunting bahasanya biar enak dibaca. Iya, jatuhnya jadi kurang enak dibaca. Bunda sih, sudah terbiasa dengan bahasa campuran khas Gogirl! Tapi, untuk yang bagian wawancara itu tadi, agak terbaca kampungan. Maaf, ya... Sayang aja, sih. Mending sama penyuntingnya disunting atau dipilihin kalimat yang lebih nyaman untuk dibaca. Karena itulah guna penyunting a.k.a editor... ^_^

Kedua, untuk foto. Bunda tahu, warna merah ikut mendominasi hitam putih yang jadi warna buku ini. Tapi, kalo foto hitam putih ikut ditambahin warna merah, rasanya aneh. Sepia bukan. Black and white bukan, terus pewarnaan merahnya bikin mata kurang nyaman.

Itu aja, sih, komplen Bunda. Yang lainnya tetep inspiring dan khas Gogirl!

Jadi, bintang 3 kayaknya layak, ya...

sebagian merchandise dari majalah Gogirl! yang Bunda punya :D

Ini dia penulisnya:
 
Nina Moran is a media entrepreneur in Indonesia. Together with her sisters Anita Moran and Githa Moran published a monthly teen magazine in 2004 called Gogirl! The name is not a typo, it's meant to be that way so that it can be registered in Indonesian copyright office yet still sounded the same.

The magazine that they published was once predicted to survived only 4 editions. They had to fight all critics that said that they will not be able to compete with other magazines that was produced by other and larger media companies.

Right now, Gogirl! is not only successful but also thriving. By now they also have e-magazine, video channel, website, online mall, etc.

Aside from building her company, Nina Moran has a passion for teaching and writing. Since she was 24, despite her young age, she had been invited to speak about marketing strategies, strategic management, entrepreneurship, and self developments.

Her first book is "No One To Someone, The Story of Gogirl! Magazine and Friend", or the way she calls it; The NTS book. Like the tittle suggest, it is her story of building Gogirl! Magazine. The funny thing is, although Nina Moran always wanted to write a book, but she imagined she'd write books on business strategies or life strategies. She never thought of a semi-autobiography like The NTS book.

Needless to say, The NTS book will not be the only book she writes.


Oke. Bunda mau pulang dulu, ya... Sampai ketemu di rumah!

Cheers! Love you both! xoxo

Terusin baca - No One to Someone - Nina Moran

8 Okt 2013

Genk Kompor One for All, All for Dhuaaar! by Genk Kompor



Judul: Genk Kompor - One for All, All for Dhuaaaar!
Penulis: Genk Kompor (Abe, Nando, Sandi, Erin, Eno, Deny)
Diterbitkan oleh PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia
Tahun terbit 2013
Jumlah halaman: 195 hal + xxiv
Genre: Fiksi Kontemporer, Komedi, Teenlit
Status: Punya. Buntelan dari Tante Yudith


Ketika para peleduk bertemu, apa yang akan terjadi?
Korslet? Kebakaran? Kerusuhan?

Abe, Deni, Eno, Erin, Nando, dan Sandi adalah segerombolan anak dengan segudang sifat dan keanehan yang berbeda jenis tapi saling melengkapi. Melengkapi keonaran satu sama lain! Saling sulut-menyulut, saling kompor-mengompori, dan akhirnyaaa: Dhuaaar? Meleduk!!!

Genk Kompor: tidak hanya memancing tawa, tapi juga haru!


Halo, Kakak Ilman dan Adik Zidan...
Kali ini Bunda dapat "tugas" mereview buntelan yang dikasih ke Bunda sebagai member BBI. Hahay! Sewaktu om Dion nunjukin foto setumpuk buku, entah kenapa, Bunda jadi yang pertama komen dan bilang, "mau Genk Kompor!"

Mungkin karena Bunda butuh tertawa, makanya, begitu baca kata Genk Kompor langsung menarik perhatian tanpa pikir panjang. Di Goodreadspun, sepertinya baru Bunda yang kasih rating :P *err, setidaknya sampai hari ini*

Oke. Seperti yang diceritakan oleh sinopsis di atas, buku ini bercerita tentang persahabatan. Yang Bunda suka adalah idenya. Ternyata, nama-nama tokoh seperti Abe, Deni, Eno, Erin, Nando, dan Sandi diambil dari nama-nama penulisnya sendiri. Jadi, para penulis ini bikin proyek keroyokan serial Genk Kompor yang katanya termasuk Serial Laris Story Teenlit Magazine. 

Karakter di dalam buku ini, di antaranya:
Abe, si poni Justin Bieber. Dia ini anak IPA, tapi karena ada gebetannya di kelas IPS, jadi sering ikut pelajaran di kelas IPS. 
Deni, si penyair pantun. Kadang pantunnya nyambung, lucu, tapi banyakan ga jelasnya. Dia ini alergian, jadi gampang bersin. 
Eno, cewek mungil berkacamata, bawel. Suka banget mondar-mandir di koridor. Punya kucing jantan bernama Beldo dan kakak bernama Arum.
Erin, cewek penyuka coklat yang doyan banget dandan. Kapan aja ada kesempatan, pasti deh, lagi mupurin mukanya pake bedak. Agak heran juga, sih, anak SMA dia bawa-bawa perlengkapan lenong selengkap eye shadow, blush on dan lipstik. *eyeroll*
Nando, si jambul, yang dikit-dikit kerjanya benerin jambul. Dia sayang banget sama ibu dan adiknya. 
Sandi, cowok asal Medan yang pendiam ini semasa kecil bersahabat dengan Eno. Dialah yang paling misterius di antara kelima sahabat lainnya.

Blurbnya juga menjanjikan, sih. Jadi, Bunda sempat berharap banyak banget sama buku ini, supaya Bunda bisa teraduk-aduk karena tertawa.

Nah, sayangnya, pas awal-awal baca buku ini, Bunda mulai boring. Nggak ngakak. Biasa aja. Cengar-cengir standar. Pertanyaan Bunda cuma satu, sih, waktu itu, "Ini Bunda yang sense of humor-nya udah ngedrop sampai titik minus atau emang cerita komedinya garing?"

Meski ada pertanyaan kayak gitu, Bunda maju terus buat baca. Bunda yakin, bahwa "Warning! Ngakak Abis" di kaver nggak cuma omong kosong. Kalo iya, Bunda akan tuntut! *halah* :P

Ternyata, mulai di pertengahan buku, cengiran Bunda mulai melebar. Dan setelah hampir lembar-lembar terakhir, Bunda mulai tertawa. Bunda paling suka cerita Menjemput Masa Lalu yang udah mulai "panas" banget. Bunda inget, Bunda baca di angkot - yang, untunglah cuma ada dua penumpang lain di depan - terkikik geli membayangkan scene Nando yang dijuluki "bayi lumba-lumba" oleh teman-temannya ketika menginap di rumah Deni. Dan masih di cerita ini juga, Bunda dibuat menangis. 

Kenapa Bunda sempat pesimis dan mempertanyakan sense of humor Bunda? Karena cerita di awal, bodorannya (apa, ya, bahasa Indonesia-nya? Oh! Humornya!) garing, udah ketebak dan standar banget. Semacam.. ummm... klise? 

Terus pas giliran tebak-tebakan bahasa Inggris, Bunda sempat dibuat gemas. Ada banyak "pengetahuan umum" yang kalo dibaca sama anak-anak jaman sekarang, kalo sasarannya anak SMP-SMA sekarang, udah terbilang basi. Misalnya aja, ada tebakan yang jawabannya, "run no car no" (kalo diinget-inget itu adalah plesetan dari nama Rano Karno, salah satu aktor Indonesia, yang saat ini menjadi Wagub Banten). Masalahnya, Bunda nggak yakin, ada abege sekarang yang tahu siapa Rano Karno. Anaknya mungkin. Tapi segmen pembaca secara keseluruhan kayaknya ga tau siapa beliau.

Ada lagi sih, yang bikin Bunda cengar-cengir. Salah satu bab yang berjudul Tomboy kok Mellow. Nah, di situ ada adegan Sandi dan Eno ngobrol. Mereka berdua ngobrol pakai logat Batak. Bikin Bunda ingat sama Om Helvry dan Tante Putri yang kalo ngobrol, logat mereka Batak abis. Hihihi.

Walau Bunda sempat kecewa dengan warning ngakak abisnya itu, ternyata Bunda terhibur banget dengan buku ini. Bunda juga salut dengan persahabatan mereka. Misalnya, pas Abe udah berusaha banget mendekati Tria, cewek incerannya, tapi ketika dekat dengan Tria, Abe malah gugup dan salting. Trus, malah, Tria udah keembat duluan sama Vincent. Nah, pas akhirnya, Abe dapat kesempatan buat deketin Tria, dia malah milih nguntit Sandi yang misterius dan akhirnya kencan pertama Abe - Tria batal.

Kalo ditanya, Bunda paling suka karakter mana, yang jelas, Bunda suka semuanya secara adil dan merata. Karena, mereka semua adorable. Buku ini nggak cuma menghibur, tapi juga "mengajarkan" kasih sayang, kepedulian dalam persahabatan. 

Oya, itu di kaver belakang, ada kata-kata agak mengganggu. "saling sulut-menyulut, saling kompor-mengompori". Padahal cukup ditulis, "saling menyulut, saling mengompori" aja. 

Makasih, Genk Kompor dan Tante Yudith. Bunda terhibur! ^_^

Terusin baca - Genk Kompor One for All, All for Dhuaaar! by Genk Kompor

13 Mar 2013

[2013 - RC Books In English] March Link Post and [Review] Sugar Rush



Judul: Sugar Rush (Cupcake Club #1)
Penulis: Donna Kauffman
Diterbitkan oleh Brava
325 halaman
E-book
ISBN: 978-075-8266-34-7
 Romance Contemporary
Status: Punya



When baker extraordinaire Leilani Trusdale leaves New York City for Georgia's sleepy Sugarberry Island, her past follows in the form of her former boss, Baxter Dunne. Baxter, otherwise known as Chef Hot Cakes, wants to film his hit cooking show in her tiny cupcakery. Last time they worked together, Baxter's molten chocolate brown eyes and sexy British accent made Lani's mouth water and her cheeks blush the colour of raspberry filling...Lani's friends are convinced that this time around, Baxter is the missing ingredient in her recipe for happiness. But convincing Lani will be a job for Baxter himself. And he'll need more than black velvet frosting to sweeten the deal... (from Goodreads)


Di buku ini, dari awal sampai pertengahan baca, nggak tahan buat nggak ngeces. Sialan banget, deh, ini buku! Emang, sih, nggak lebay banget mendeskripsikan kue-kuenya, yeah tetep aja. Walau hanya menyebut nama-nama cupcake beserta fillingnya, yang kebayang di kepala saya... errr... perjuangan selama menyelesaikan bacanya tanpa membayangkan jajaran cupcake itu.

Lalu, sebenarnya buku ini cerita tentang apa? Melulu tentang cupcake? Nggak. Bahkan sebenernya, kalo kamu berharap bakalan dapetin satu aja resep cupcake atau fillingnya, kamu salah buku. Hahaha...

Jadi, si Sugar Rush karya Donna Kauffman ini, cerita tentang seorang Leilani Trusdale, yang pergi meninggalkan New York buat nemenin sang ayah, di sebuah pulau yang tenang dan jauh banget dari kerusuhan ala kota besar seperti New York, bernama Sugarberry Island. Di tempat barunya ini, Leilani buka sebuah toko cupcake. Skala kecil sih, tapi homy banget. Nggak hanya itu, Leilani rajin berpartisipasi di acara-acara yang diselenggarakan di pulau kecil itu dengan mengirimkan cupcake karyanya. Tentu saja, mau nggak mau, cupcake karya Leilani ini sudah dikenal penduduk Sugarberry Island. Dan selain dia pengen nemenin ayahnya yang udah tinggal sendirian, juga karena memang di pulau itu secara turun temurun sang nenek yang mengajarkannya akrab dengan dapur, punya rumah di situ. Walau sang nenek sudah tak ada.

Suatu ketika, mantan bossnya, Baxter Dunne, yang memang sedang berkeliling dari satu tempat ke tempat lain untuk membuat cooking show-nya sendiri, mendatangi Leilani. Sebenarnya, tawaran pertama sih untuk minjem dapur Leilani untuk syuting di situ. Ternyata, pertemuan mereka pertama kalinya malah menunjukkan bahwa sebetulnya, hubungan mereka tuh nggak hanya mantan bos dan pegawainya. Jauh di dalam hati mereka, mereka tuh sebenernya sama-sama merasa kehilangan ketika mereka nggak bersama.

Leilani Trusdale ini ternyata keras kepala juga, ya. The more stubborn she was, the more she couldn’t fight her feeling to Baxter. Sebenernya, dia tahu kalo dia tuh udah fall into Baxter. Nyadar banget. Dan dia juga tahu kalo Baxter juga semacam kehilangan sesuatu kalo nggak sama Leilani. Entah karena faktor bos – pegawai, dia jadi bersikukuh. Lah, buktinya, pas mereka ngobrol di pantai, keluar tuh, kan... cerita terdalam. Tentang keluarga, dan lain-lain. Mereka jadi kenal satu sama lain?

Sebenernya, sih, kisah cewek stubborn sama perasaannya sendiri tuh klise. Udah sering diceritain. Mungkin karena materi pembungkusnya ini berkesan, jadi ya, saya maafkan, deh. Hahaha... yah, boleh dibilang, si Leilani ini lumayan sok main hard-to-get, tapi ‘mure’ jugaaa...

So? Apa pendapat saya tentang buku ini?
  1. Buku ini total bikin saya kesel banget, karena meski nggak nyebutin detail jenis cupcake sampai saya ngebayangin klepek-klepek, yang jelas hanya dari namanya aja, udah cukup banget buat ngecesin liur. Apalagi, saya ini penggemar cupcake.
  2. Soal ceritanya, ummm... ada adegan yang ngingetin saya pada FSOG. Itu, tuh, adegan mandi air panas. Sampai berhari-hari saya bertanya-tanya, “kenapa, sih, kudu mandi air panas sepanas-panasnya? Nggak melepuh apa?” #eh
  3. Jangan salah, ya. Meski saya kesel karena kelakuan Leilani ini, saya juga nyalahin si Baxter yang pedekate tapi nyebelin banget. Sok sok romantis ga jelas gitu, tapi terus ninggalin. Tapi bisa jadi, dia takut ditolak sama Leilani, karena latar belakang mereka berdua yang lumayan jauh. Lei dari keluarga baik-baik, sementara Baxter dari keluarga yang bahkan dia nggak tahu asal usulnya. Kalo di sinetron Indonesia, kali laki-laki macam Baxter udah ditendang gitu, ya, sama keluarga si Leilani? :D
  4. Bagusnya ini buku, meski ceritanya yah, bisa ditemukan di buku-buku romance lain *walau saya belum banyak baca buku romance, tapi kayaknya sih, masih gitu-gitu juga*, saya nemu banyak quote najong... Sampai ada yang saya post di Path. Heuheu... Nih, saya tulis di antaranya...
quote ini saya dedikasikan untuk seseorang yang sempat mengisi hari-hari saya, beberapa minggu lalu. ma kasih, ya :)

“I’m not doing fine without you.

And you know, things happen in life we can’t control.” Hal 216

“We Trusdales, we don’t wallow. We pick ourselves up, find something positive to focus on, and work toward making the one we lost proud of us as we move on.” Hal 218

“I understood that family sometimes trumps everything else.” hal 219

“We Dunne’d-well, this Dunne, anyway-doesn’t believe much in wallowing, either. I took the positive and run with it.” Hal 227

“Because I can’t resist you any more than you say you can resist me. Fair’s fair, luv.” Hal 279

“I’ll want your time, your atttention, your laughter, your thoughts. If we’re to have this time, then I want mine, and I’ll want all of you in it.” Hal 322



Oh iya. Maafkan saya atas keterlambatan saya menyertakan link Maret... Saya extend sampai 10 April, deh... maafin, yaaa...



Terusin baca - [2013 - RC Books In English] March Link Post and [Review] Sugar Rush