Judul: Resep Favorit d'ez kitchen di Dunia Maya
Penulis: R.A. Estherlita Suryoputro
Editor: 'na' - Shabrina Adlina'arifah K
Food Photographer & Food Stylist: Sefa Firdaus
Desain Sampul/Isi: The Babybirds
Diterbitkan oleh: Indie Publishing
Cetakan ke-1, November 2011
ISBN: 978-602-9142-38-9
89 halaman, 20 x 20,5 cm
Kuliner
5 dari 5 bintang
Penulis - R.A. Estherlita Suryoputro - adalah wanita kelahiran Jakarta, 23 September 1958. Hobbynya memasak telah mendarah daging sejak remaja dan semakin ditekuninya setelah menikah dan tinggal di kota Delft - negeri Belanda antara tahun 1983 - 1985.
Selain memasak untuk teman-teman mahasiswa saat itu, penulis juga mulai memasak dalam jumlah besar ketika bekerja paruh waktu di sebuah toko makanan Indonesia terkenal di kota itu.
Pengalamannya menyiapkan hidangan untuk skala conference didapat ketika mengikuti course di Swiss tahun 1996 membuatnya semakin mantap untuk menjalankan bisnis catering selama 14 tahun tinggal di Bontang - Kalimantan Timur.
Saat ini penulis tinggal bersama suami di Abu Dhabi - United Arab Emirates dan terus aktif memasak untuk berbagai acara serta menuliskan resep-resep hasil olahannya melalui websites-nya. Para penggemarnya mengenal karya-karyanya dengan nama 'trade mark' d'ez kitchen dan memanggilnya dengan nama akrab Bunda Estherlita.
Ratusan resep sudah ditulis untuk kontak-kontaknya, mulai di Blogspot, di Multiply hingga sekarang di Facebook.
Buku perdana ini memuat 40 resep pilihan yang telah disempurnakan dari websitesnya. (dari sampul belakang)
Hai, kakak Ilman dan adik Zaidan... kali ini, bunda pengen nulis tentang buku Mbah Uti Esther. Di dalam buku ini, ada 40 resep, di antaranya Bubur Sayur, Sup Lentil, Shorba, Soto Bandung, Lapis Daging, Petai Masak Kecap, sampai Es Puter Tape.
Kesan bunda tentang buku ini...
#1. Harga buku. Kebetulan, bunda dapat buku ini beli langsung sama penulisnya yang sedang mudik ke Indonesia. Orang yang sudah bunda anggap sebagai tante bunda sendiri, yang tak lain adalah Mbah Uti kalian tentunya. Hehehe... Apakah dengan status "keponakan" lantas bunda dapat gratis buku ini? Oh, tentu tidak. Mbah Uti kan bekerja sama dengan banyak orang saat menulis buku ini. Tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Memang termasuk buku mahal, sebab harganya Rp. 80.000,-. Biasanya, bunda mikir jutaan kali kalo mau beli buku berharga segitu dan pasti nunggu diskonan dulu. Hihihi... Tapi mungkin, karena bunda tahu, isi buku ini nggak akan abal-abal, harga segitu lumayan worth it, kok.... Nanti baca kesan bunda yang lain, supaya kakak Ilman dan adik Zaidan tahu, kenapa bunda nggak keberatan dengan harga segitu...
#2. Sampul buku. Sampul buku dikerjakan dengan serius dengan menampilkan Tahu Taoge Segar sebagai model pengisi sampul depan. Jadinya eye catching. Warna sampul juga cerah, nggak suram. Bunda nggak tahu kenapa harus Tahu Taoge Segar yang terpilih jadi model sampul depan, padahal masih ada banyak makanan asik lain yang layak jadi model sampul... hihihi... Yang pasti, si model ini, berhasil membuat papa nyuruh bunda masak Tahu Taoge Segar, kalo kita pulang ke Cihanjuang nanti. Hihihi...
#3. Resepnya sendiri. Dengan takaran yang sesuai dan perkiraan jumlah porsi yang akurat, membuat belajar memasak dengan mencontek buku ini menjadi mudah. Nggak seperti buku masak yang abal-abal (bunda pernah dapat tuh, hadiah dari sebuah toko buku online sebagai permintaan maaf mereka karena buku bunda nggak juga dikirim) di mana resep nggak akurat, jadi pas masak rasanya nggak karuan, buku ini jelas banget takarannya berikut tipsnya juga. Jadi, kalo misalnya di resep ditulis untuk 10 porsi, kalo bunda mau bikin untuk 2 porsi aja gitu, tinggal dibagi 5, kan? Kalo masalah rasa, sih, memang akhirnya sampai ke lidah kita sendiri saat mengolah masakan. Tapi tanpa diutak atik pake lidah sewaktu menambah garam atau gula sekali pun, ternyata rasanya udah pas sendiri saat bener-bener ngikutin pakem resep ini. Ya, tentu saja, penggarapannya serius. Ketika proses pembuatan buku ini, Mbah Uti kan masak dulu untuk masing-masing resep yang akan dimuat di buku. Trus difoto dan seterusnya dan seterusnya.
#4. Panduan membuat bumbu dasar. Ini penting banget, meski bunda belum juga bikin stok bumbu dasar. Kalo bikin sendiri bumbu dasar, tentu kita lebih tahu apa yang kita masukkan, kan, ketimbang beli di pasar? Kalo papa bilang, sih, papa lebih suka makan masakan bunda karena sudah jelas apa yang dimasak dan pastinya bersih. Hahaha... papa selalu sukses bikin bunda tersipu, ya...
#5. Foto. Foto dalam buku masak itu penting sekali. Supaya kita tahu wujud masakan yang akan dimasak kayak apa hasil akhirnya. Nah, foto-foto di dalam buku ini cantiiiik banget. Kalo perut lapar, bisa reflek mau makan bukunya. Hahaha. Kelihatan banget hasil dari pekerjaan yang serius.
#6. Bahasa yang digunakan. Karena ini Mbah Uti yang nulis, ketika baca buku resep ini sambil mempraktekkannya, serasa lagi di dapur sama Mbah Uti. Bunda sih membayangkannya begitu. Hehe. Lebay. Tapi ya asik aja, sebab, bunda jadi bisa ngebayangin suasana masak bersama Mbah Uti, saking personalnya ini buku.
#7. Kertas penyusun buku. Selain karena fotonya juga, kertas yang dipakai untuk buku ini lux. Itulah kenapa harganya menjadi mahal juga. Buku ini jadi punya kesan eksklusif. Ya, bunda tahu, Mbah Uti pastinya pengen buku karyanya nggak terlihat murahan. Buku ini bahkan sold out sebelum muncul di toko buku, karena Mbah Uti juga melakukan direct selling, seperti ke bunda dan yang lainnya yang sudah jadi kontak beliau di Multiply, Facebook, dan lainnya.
#8. Bunda sudah mempraktekkan tiga resep dari 40 resep itu. Di antaranya Ayam Bumbu Rujak, Lapis Daging, dan Nasi Mandi Daging (yang bunda ganti dengan ayam). Cuma untuk Nasi Mandi, bunda nggak sempat foto, soalnya waktu itu kita buru-buru mau pulang ke rumah Eyang di Sarijadi... papa sih doyan, lho. Ngambil banyak pas makannya... Senang sekali... Yang pasti, untuk Ayam Bumbu Rujak dan Lapis Daging, berhasil bikin Om Jodi nyuruh Yangti bikin juga... Dan bunda dapat jempol dari Yangti... yipppiiieee.... Bunda senaaaaaang sekali... *joget*
Over all, bunda kasih 5 bintang dari 5 bintang untuk keseluruhan kesan bunda di atas. BUKAN karena bunda dekat dengan penulisnya, ya. Walaupun bunda nggak kenal secara personal dengan penulisnya, kalo dengan kesan-kesan yang bunda tulis di atas tadi, bunda akan tetap kasih bintang lima. Sebab, untuk bunda yang masih balelol dalam memasak, buku ini membantu bunda. Banget. Ma kasih, Mbah Uti... love you always....
dapat tanda tangan dan cap bibir. baca caption-nya, dong... bikin nangis... hahaha...
ayam bumbu rujak karya bunda, mencontek pol dari buku... papa dan yangti suka :D
lapis daging karya bunda juga. sama juga nyontek pol dari buku... hehe... ini yang berhasil bikin om Jodi yang picky eater nyuruh Yangti bikin yang sama... hahaha....
-p3n1-
Kamis, 18 April 2012. 10.59 WIB
beneran penasaran ma ayam bumbu rujak bun. Pengen nyoba. Eh seumur-umur aku blom pernah beli buku resep. Buku resep yang sering kubuka-buka waktu kecil tuh punya mama semua. XD
BalasHapusterima kasih ya say atas tulisannya , beneran bikin terharu..
BalasHapus