30 Mar 2012

Kebaikan Berbalas Kebaikan [Fatima's Good Fortune]


Judul: Keberuntungan Fatima [Fatima's Good Fortune]
Penulis: Joanne and Gerry Dyansky
Penerjemah: Susi Dwiyanti
Penyunting: Yana Nahriah Hajar
Korektor: Tisa Anggriani
Tata letak: MAB
375 halaman, 18 cm x 11 cm
Diterbitkan oleh: M-Pop (Kelompok Penerbit Matahati)
Cetakan Pertama: Maret 2011
Adult Fiction
ISBN: 602962554-3
4 dari 5 bintang

Rachida meninggalkan kampung halamannya di Djerba, Tunisia, untuk bekerja sebagai pelayan Countess Poulais du Roc di Paris. Namun, Rachida yang penuh semangat dan memiliki banyak mimpi tewas mengenaskan di rumah majikannya. Kakak kandung Rachida, Fatima, dipanggil sang Countess untuk menggantikan tempat Rachida.

Begitu tiba dari Tunisia yang indah untuk bekerja bagi Countess di Paris, Fatima langsung disergap tugas yang luar biasa banyak - mengantar anjing berjalan-jalan, berbelanja, membacakan surat kabar untuk Countess. Semua itu membuatnya kewalahan dan merasa terasing.

Tetapi sifatnya yang baik dan penyayang membuatnya bertahan di Kota Cahaya ini, dan tanpa diduga membawa keberuntungan bagi orang-orang di sekitarnya. Fatima's Good Fortune menyampaikan kisah cinta dan tekad kuat yang diwujudkan dalam kebaikan sederhana di dunia yang tak terduga ini... (dari cover belakang)


Halo, kakak Ilman dan adik Zaidan... apa kabar kalian? Yes. Udah lebih dari sebulan bunda nggak nulis di blog ini... Where have I been, ya? Cuma jalan-jalan aja, dari satu blog ke blog lain... bikin cita-cita, namun nggak tergerak untuk mewujudkannya... Haeeshhh...

Sebetulnya bunda udah lama menyelesaikan baca Fatima ini, ada lah sekitar dua minggu lalu kelar bacanya. Cuma gosipnya, BBI bikin acara posting bareng tanggal 30 Maret ini tentang women books, jadi bunda tunda dulu deh, nulisnya. Haha...

Nah, seperti yang diceritakan oleh cover belakang tadi, Fatima datang atas permintaan Countess Poulais  du Roc, untuk menggantikan almarhumah adiknya, Rachida, yang tewas karena tertimpa atap yang rubuh di apartemen majikannya. 

Berbeda dengan adiknya yang cerdas, ceria, dan cantik (halah, 3C banget), Fatima ini memiliki postur tubuh yang pendek, gemuk, serta memiliki warna bola mata yang berbeda satu sama lain. Penampilan fisik ini membuat Countess sempat kecewa. Lebih kecewa lagi, karena ternyata Fatima tidak belum memiliki kecekatan yang dimiliki Rachida. Ya iyalah, hari pertama gitu, ditimbun kerjaan seabreg, semacam menemani Emma - anjing kesayangan Countess - jalan-jalan, sambil beli espresso di Cafe Jean Valjean, dan kopi itu masih harus dalam keadaan panas ketika sampai ke rumah, dan belum lagi Fatima belum hapal sama daerah tempat tinggal barunya. Fyuuuuh... Kebayang riweuhnya...

Kemarahan Countess berbeda, ketika disadarinya bahwa Fatima ini nggak bisa membaca. Akibatnya, bisa ditebak. Fatima salah menerjemahkan catatan belanja yang diberikan Countess - walau sudah dibuatkan gambar oleh Hadley, salah satu sahabat baru Fatima yang kamarnya bersebelahan dengan kamar Fatima di lantai enam apartemen itu. 

Keinginan Countess untuk mengembalikan Fatima ke negerinya batal, karena Fatima berhasil menyelamatkan Emma, yang nyaris mati. Tanpa Emma, Countess tidak punya siapa-siapa lagi, selain Didi, keponakannya. Suami Countess meninggal dalam kecelakaan yang tragis. Rockababy, anak Countess, sudah lama pergi meninggalkannya, setelah pertengkaran hebat mereka. 

Fatima yang memang bekerja untuk menabung, karena ingin menyusul suami yang telah menceraikannya, Mahmoud, ke Wisconsin, semakin hari semakin menunjukkan keterampilannya. Dia pun belajar membaca dengan Hadley.

Fatima pernah dimaki oleh Hyppolite Suget, karena Emma pernah meninggalkan kotorannya di cafe tempat Suget bekerja. Namun Fatima tidak menaruh dendam. Dan sebagai permintaan maaf, Suget mengajak Fatima berjalan-jalan ketika sedang libur.

Karena kebaikan Fatima, dia jadi punya banyak teman di tempat barunya. Semuanya ingin membantunya. Sebab, Fatima tidak pendendam dan mau membantu siapapun. Bisa ditebak, sih, sebetulnya, akhirnya gimana...

Nah, ini review bunda... semoga layak disebut review... :D

Pertama, tentang opini orang yang suka membanding-bandingkan satu sama lain. Meski Rachida dan Fatima kakak beradik, nggak berarti mereka harus sama persis, plek plek plek, kan? Nah, sayangnya, Countess berharap terlalu banyak ketika Fatima datang. Dan langsung dikasih kerjaan yang sama dengan Rachida, di awal harinya berada di Paris. Bunda jadi ingat, waktu salah satu sepupu bunda mempekerjakan pembantu yang kakak beradik. Dia membandingkan, bahwa kakaknya jauh lebih baik daripada adiknya. Tapi, ya, lumayan, lah, adiknya bisa kepake juga. Gitu, kurang lebih, katanya. 

Kedua, tentang pelayan yang berasal dari negara lain. Kakak Ilman dan adek Zaidan tentu tahu, bahwa negara kita, Indonesia, juga punya banyak pahlawan devisa, yang disebut sebagai Tenaga Kerja Indonesia atau TKI? Nggak tahu kenapa, khusus untuk perempuan ada istilah Tenaga Kerja Wanita alias TKW, sementara untuk kaum lelakinya nggak ada istilah Tenaga Kerja Pria atau TKP. Singkatan TKP justru dipakai untuk akronim Tempat Kejadian Perkara. #kriuk
Bunda baru tahu dari buku ini, kalo Tunisia juga menghasilkan TKW yang diekspor ke berbagai negara, termasuk Perancis. Kelihatannya, sama saja dengan di Indonesia, perlindungan warga negara Tunisia yang bekerja sebagai TKW di negara lain, kurang mendapatkan perhatian dari pemerintahnya. Di Indonesia, TKW yang bekerja di luar negeri yang disiksa, bahkan dibunuh oleh majikannya, kurang mendapat perhatian dari pemerintah Indonesia. Mengenaskan, ya. Padahal mereka mendapat gelar sebagai "pahlawan devisa negara". Miris banget. Tampaknya pemerintah baru bergerak kalo udah dioprak-oprak orang-orang lewat media. Gemes banget, deh, kalo udah begini...

Nah, sekarang yang ketiga. Tentang ceritanya. Bunda suka ceritanya. Mengalir dan terkait satu sama lain dengan jelas. Meski terkadang, alurnya pindah-pindah, tapi nggak mengganggu. Sebab, alur yang berpindah-pindah ini mampu menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang ada ketika membaca. Namun, berhubung bunda nggak belum bisa berbahasa Perancis, bingung juga memahami kutipan bahasa Perancisnya. Plus, nggak ada footnote yang menjelaskannya. Jadi, yah, kurang lebih, menginterpretasikan sendiri, deh... tahu sendiri, kan, kalo menginterpretasikan sendiri, bisa ke mana-mana arahnya? *keluh*

Keempat. Karakter. Ada banyaaaaaaaaaak sekali karakter di dalam buku ini. Plus, nama mereka lumayan susah, terutama yang bernama Perancis. Bunda cuma bisa mengingat beberapa nama karakter di dalam cerita ini, terutama yang paling sering disebut. Semisal Countess, Suget, Hadley, Didi, Emma, Carmen, Angel, Monsiour Robert, dan sebagainya, dan sebagainya.... Jadi, akibat "kebolotan" bunda ini, kadang kudu bolak balik halaman, untuk mengingat lagi, ini siapa, ya? Hubungannya apa, ya? Dia tadi ngapain, ya? Gitu... hehe... Tapi, ke semua karakter ini punya hubungan satu sama lain. Jadi, yah, seperti di poin ketiga tadi, ceritanya mengalir. 

Kelima, setting. Dengan mengambil setting kota Paris, Perancis, di sini ada banyak informasi tentang kota ini. Misalnya tentang pemakaman di sana, sistem transportasi di sana, keadaan jalan raya di sana, dan masih banyak lagi informasi yang bisa bunda dapatkan dari buku ini. So, bunda bisa membayangkan kayak apa, sih, salah satu sudut kota Paris itu, meski belum pernah ke sana...
Keenam, moral ceritanya. Pesan di dalam cerita ini kuat banget, meski agak membosankan, karena kita tahu. Berhubung desain ceritanya kayak kehidupan sehari-hari, pesan moralnya terangkat dengan baik. Kebaikan dibalas dengan kebaikan. Bunda sih percaya, masih ada banyaaaaaaak orang-orang baik yang tulus di dunia ini. Semoga, kita salah satunya, ya... Hehe...
Ketujuh. Sampul alias cover. Terus terang, dari judul sama gambar sampul, rada "menipu". Kenapa? Soalnya, di sampulnya terlihat tampak seperti chicklit, padahal bukan. Hehehe. Tapi bunda suka desain sampulnya, jujur aja. Hanya saja, teks di bagian belakang, warna fontnya  nggak kontras dengan gambar sampul belakang. Bunda susah payah membaca bagian belakang bukunya. Padahal, itu kan sinopsis buku ini. Ya penting, tentu saja. 

Nah, dari ketujuh point di atas, bunda kasih bintang 4 dari 5 bintang. Mungkin kalo bukunya bakalan cetul alias cetak ulang, poin ke-6 dan poin ke-3 (yang tentang bahasa Perancisnya) sebaiknya diperhatikan, karena ini buku bagus, walau nggak bisa dibilang buku ringan, tapi buku ini menghibur, menginspirasi, sekaligus memberi informasi. Bunda sempat hanyut dalam perasaan Fatima, karena di saat yang sama, bunda sempat merasa sama nggak beruntungnya kayak Fatima. Halah! Recommended-kah buku ini untuk dibaca para perempuan? Yup! Ini buku bagus!

1 komentar:

  1. Kayaknya bakal baca buku ini bulan depan. Mumpung baca barengnya buku-buku Matahati :D

    Nice review, bun. :D

    BalasHapus

tirimikisih udah ninggalin komen di sini... *\(^0^)/*