Judul: Sugar Rush (Cupcake Club #1)
Penulis: Donna Kauffman
Diterbitkan oleh Brava
325 halaman
E-book
ISBN: 978-075-8266-34-7
Romance Contemporary
When baker
extraordinaire Leilani Trusdale leaves New York City for Georgia's
sleepy Sugarberry Island, her past follows in the form of her former
boss, Baxter Dunne. Baxter, otherwise known as Chef Hot Cakes, wants to
film his hit cooking show in her tiny cupcakery. Last time they worked
together, Baxter's molten chocolate brown eyes and sexy British accent
made Lani's mouth water and her cheeks blush the colour of raspberry
filling...Lani's friends are convinced that this time around, Baxter is
the missing ingredient in her recipe for happiness. But convincing Lani
will be a job for Baxter himself. And he'll need more than black velvet
frosting to sweeten the deal... (from Goodreads)
Di buku ini,
dari awal sampai pertengahan baca, nggak tahan buat nggak ngeces. Sialan
banget, deh, ini buku! Emang, sih, nggak lebay banget mendeskripsikan
kue-kuenya, yeah tetep aja. Walau hanya menyebut nama-nama cupcake beserta
fillingnya, yang kebayang di kepala saya... errr... perjuangan selama
menyelesaikan bacanya tanpa membayangkan jajaran cupcake itu.
Lalu,
sebenarnya buku ini cerita tentang apa? Melulu tentang cupcake? Nggak. Bahkan
sebenernya, kalo kamu berharap bakalan dapetin satu aja resep cupcake atau
fillingnya, kamu salah buku. Hahaha...
Jadi, si
Sugar Rush karya Donna Kauffman ini, cerita tentang seorang Leilani Trusdale,
yang pergi meninggalkan New York buat nemenin sang ayah, di sebuah pulau yang
tenang dan jauh banget dari kerusuhan ala kota besar seperti New York, bernama
Sugarberry Island. Di tempat barunya ini, Leilani buka sebuah toko cupcake.
Skala kecil sih, tapi homy banget. Nggak hanya itu, Leilani rajin
berpartisipasi di acara-acara yang diselenggarakan di pulau kecil itu dengan
mengirimkan cupcake karyanya. Tentu saja, mau nggak mau, cupcake karya Leilani
ini sudah dikenal penduduk Sugarberry Island. Dan selain dia pengen nemenin
ayahnya yang udah tinggal sendirian, juga karena memang di pulau itu secara
turun temurun sang nenek yang mengajarkannya akrab dengan dapur, punya rumah di
situ. Walau sang nenek sudah tak ada.
Suatu
ketika, mantan bossnya, Baxter Dunne, yang memang sedang berkeliling dari satu
tempat ke tempat lain untuk membuat cooking show-nya sendiri, mendatangi Leilani.
Sebenarnya, tawaran pertama sih untuk minjem dapur Leilani untuk syuting di
situ. Ternyata, pertemuan mereka pertama kalinya malah menunjukkan bahwa
sebetulnya, hubungan mereka tuh nggak hanya mantan bos dan pegawainya. Jauh di
dalam hati mereka, mereka tuh sebenernya sama-sama merasa kehilangan ketika
mereka nggak bersama.
Leilani
Trusdale ini ternyata keras kepala juga, ya. The more stubborn she was, the
more she couldn’t fight her feeling to Baxter. Sebenernya, dia tahu kalo dia
tuh udah fall into Baxter. Nyadar banget. Dan dia juga tahu kalo Baxter juga
semacam kehilangan sesuatu kalo nggak sama Leilani. Entah karena faktor bos –
pegawai, dia jadi bersikukuh. Lah, buktinya, pas mereka ngobrol di pantai,
keluar tuh, kan... cerita terdalam. Tentang keluarga, dan lain-lain. Mereka
jadi kenal satu sama lain?
Sebenernya,
sih, kisah cewek stubborn sama perasaannya sendiri tuh klise. Udah sering
diceritain. Mungkin karena materi pembungkusnya ini berkesan, jadi ya, saya
maafkan, deh. Hahaha... yah, boleh dibilang, si Leilani ini lumayan sok main
hard-to-get, tapi ‘mure’ jugaaa...
So? Apa
pendapat saya tentang buku ini?
- Buku ini total bikin saya kesel banget, karena meski nggak nyebutin detail jenis cupcake sampai saya ngebayangin klepek-klepek, yang jelas hanya dari namanya aja, udah cukup banget buat ngecesin liur. Apalagi, saya ini penggemar cupcake.
- Soal ceritanya, ummm... ada adegan yang ngingetin saya pada FSOG. Itu, tuh, adegan mandi air panas. Sampai berhari-hari saya bertanya-tanya, “kenapa, sih, kudu mandi air panas sepanas-panasnya? Nggak melepuh apa?” #eh
- Jangan salah, ya. Meski saya kesel karena kelakuan Leilani ini, saya juga nyalahin si Baxter yang pedekate tapi nyebelin banget. Sok sok romantis ga jelas gitu, tapi terus ninggalin. Tapi bisa jadi, dia takut ditolak sama Leilani, karena latar belakang mereka berdua yang lumayan jauh. Lei dari keluarga baik-baik, sementara Baxter dari keluarga yang bahkan dia nggak tahu asal usulnya. Kalo di sinetron Indonesia, kali laki-laki macam Baxter udah ditendang gitu, ya, sama keluarga si Leilani? :D
- Bagusnya ini buku, meski ceritanya yah, bisa ditemukan di buku-buku romance lain *walau saya belum banyak baca buku romance, tapi kayaknya sih, masih gitu-gitu juga*, saya nemu banyak quote najong... Sampai ada yang saya post di Path. Heuheu... Nih, saya tulis di antaranya...
quote ini saya dedikasikan untuk seseorang yang sempat mengisi hari-hari saya, beberapa minggu lalu. ma kasih, ya :) |
“I’m not doing fine without you.And you know, things happen in life we can’t control.” Hal 216“We Trusdales, we don’t wallow. We pick ourselves up, find something positive to focus on, and work toward making the one we lost proud of us as we move on.” Hal 218“I understood that family sometimes trumps everything else.” hal 219“We Dunne’d-well, this Dunne, anyway-doesn’t believe much in wallowing, either. I took the positive and run with it.” Hal 227“Because I can’t resist you any more than you say you can resist me. Fair’s fair, luv.” Hal 279“I’ll want your time, your atttention, your laughter, your thoughts. If we’re to have this time, then I want mine, and I’ll want all of you in it.” Hal 322
bun.. aku boleh minta ebooknya gaa hehe.. :D
BalasHapusabis kayaknya aku ikut ngiler baca resensinya ini :D
oh ya bun.. aku udah follow twitterna.. boleh difolbek @fadhilatulip
tks
kilasbuku.blogspot.com
Bener mbak liat gambarnya aja aku dah ngeces #lapiler
BalasHapusMbaaak, linky-nya sudah ditutup ya? :(
BalasHapusKepingin masukin ripiu saya yang ini: http://kandangbaca.blogspot.com/2013/03/review-welcome-to-dead-house-rl-stine.html