Tampilkan postingan dengan label romance. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label romance. Tampilkan semua postingan

7 Mar 2016

Dilan - Dia adalah Dilanku Tahun 1990 by Pidi Baiq


Judul: Dilan ~ dia adalah Dilanku tahun 1990
Penulis: Pidi Baiq
Ilustrasi sampul dan isi: Pidi Baiq
Penyunting naskah: Moemoe dan Huda Wahid
Penyunting ilustrasi: Pidi Baiq
Desain sampul: Kulniya Sally
Proofreader: Febti Sribagusdadi Rahayu
Layout sampul dan seting isi: Tim Artistik dan Deni Sopian
Diterbitkan oleh: Pastel Books ~ DAR Mizan
Cetakan III, Juni 2014
ISBN: 978-602-7870-41-3
Jumlah halaman: 332 halaman, 20.5 cm
Genre: Romance, Indonesian Literature, Young Adult, Comedy
Status: Punya, beli sendiri

"Milea, kamu cantik, tapi aku belum mencintaimu. Enggak tahu kalau sore. Tunggu aja" (Dilan 1990)

"Milea, jangan pernah bilang ke aku ada yang menyakitimu, nanti, besoknya, orang itu akan hilang." (Dilan 1990)

"Cinta sejati adalah kenyamanan, kepercayaan, dan dukungan. Kalau kamu tidak setuju, aku tidak peduli." (Milea 1990)


Halo, Kakak Ilman dan Adik Zaidan...
Ya ampun... ini sudah ada dalam drafts sejak dua tahun lalu dan belum Bunda lanjutkan! *tepok jidat*

Jujur aja, udah agak-agak lupa, sama ceritanya... Tapi okelah, Bunda coba ceritakan ulang sedikit, yang Bunda ingat...

Ada seorang remaja lelaki bernama Dilan, yang jatuh hati pada seorang Milea Adnan Husein, anak baru pindahan dari Jakarta. "Kesamaan" yang dimiliki oleh Milea dan Dilan adalah sama-sama anak tentara. Dilan sebenernya anak geng motor, suka berkelahi, tipikal anak laki-laki yang sering dipanggil guru BP. Tapi dia agak "melunak" ketika mulai suka pada Milea.

Milea sendiri standar anak perempuan baik-baik yang nggak suka pada perkelahian dan kekerasan gitu. Jadi, kalo misalnya Dilan mendekati Milea pake standar ala-ala anak geng motor dengan gaya sok kece, sepertinya Milea nggak akan mau.

Cara Dilan mendekati Milea termasuk unik. Di malam perkenalannya, Dilan datang ke rumah Milea, mengaku sebagai Utusan Kantin, ketika berkenalan dengan ayah Milea. Hihihi. Lalu, Dilan kerap mengirimkan coklat pada Milea, titip pada tukang koran atau tukang apa aja yang pasti lewat rumah Milea. Nggak hanya itu, Dilan memberikan hadiah ulang tahun pada Milea berupa TTS yang semuanya sudah diisi, karena Dilan nggak mau Milea pusing saat mengisi TTS. Wahahaha...

Sikap Dilan yang begitu ingin melindungi Milea dan menghindarinya dari kesedihan menggugah siapa saja yang membaca. Dilan juga punya sahabat yang selalu bersamanya, Piyan, yang tak lain pacar sepupunya, Wati. 

Dari kesemua karakter yang ada di cerita Dilan ini, selain Dilan, Bunda suka banget dengan "Bunda". Nah, lho, bingung, ya, ada dua subject "Bunda" di sini. To make it easier, Bunda akan kasih keterangan Bunda Dilan biar ga bingung. Hihihi...

Bunda Dilan menurut Bunda adalah sosok keren. Dia adalah ibu hebat yang selalu mendukung anaknya, bahkan dia juga bisa akrab dengan Milea. Hey! Bunda jadi kepikiran... Kalo ntar kalian punya pacar, Bunda bisa nggak, ya, kayak Bunda Dilan yang akrab dan sayang banget dengan Milea? xD

Di balik kekerenan Dilan, dia tetap si "anak nakal" yang nggak segan-segan akan memulai perkelahian jika ada yang mengganggu Milea atau ketentraman hidup keluarga atau sahabatnya. Maka, di sini juga ada cerita tentang perkelahian antar geng motor gitu. Sigh...

Senangnya baca buku ini, ngakak-ngakak nggak jelas, walau  saat itu sedang ada di angkot. Ceritanya, dalam perjalanan pulang dari kantor, hari itu hujan deras dan menjelang maghrib, di suatu sore bulan Ramadhan. Bunda sudah berangkat dari selepas Ashar, nggak bawa makanan buat batalin puasa pas Maghrib, karena Bunda pikir bakalan sampai rumah sebelum Maghrib.

Ternyata dugaan Bunda salah.
Terjebak di jalanan berjam-jam, cuma ditemani buku Dilan. Akhirnya Bunda menyiksa diri dengan membaca Dilan walau jadinya ngakak-ngakak sendiri, diliatin orang seangkot. Bodo amat. Hihihi.. Walau telat banget berbuka puasa (udah lewat Isya' baru bisa buka puasa) tapi hati senang karena menikmati cerita Dilan.

Terlepas dari kisah romantisme Dilan yang nggak standar ini, Bunda jadi teringat papa kalian yang juga romantis dengan caranya sendiri. Bunda cerita di sini, sih. Kalian baca sendiri aja, ya... Hehehe...

Bunda jadi penasaran dengan kisah selanjutnya (kalo ada...)

Cheers! Love you both, xoxo



Terusin baca - Dilan - Dia adalah Dilanku Tahun 1990 by Pidi Baiq

17 Sep 2015

Negeri van Oranje by Wahyuningrat, dkk


Judul: Negeri van Oranje
Penulis: Wahyuningrat, Adept Widiarsa, Nisa Riyadi, Rizki Pandu Permana
Editor: Gunawan B.S
Desain Sampul: Natalia
Pemeriksa aksara: Yudith
Penata aksara: Hanum
Diterbitkan oleh Penerbit Bentang
ISBN: 978-979-1227-58-2
Cetakan Ketiga, Juni 2009
Jumlah halaman: vii + 478 hlm; 20,5 cm
Genre: Novel, Fiction, Travel, Indonesian Literature, Romance, Humor, Adventures
Status: Punya, beli seken di tante Nadiah Alwi

Kata siapa kuliah di luar negeri itu gampang? Perkenalkan Lintang, Banjar, Wicak, Daus, dan Geri. Lima anak manusia terlahir di Indonesia, terdampar bersekolah di Belanda demi meraih gelar S2. Mulai dari kurang tidur karena begadang demi paper, kurang tenaga karena mesti genjot sepeda berkilo-kilo meter bolak-balik ke kampus setiap hari, sampai kurang duit hingga terpaksa mencari pekerjaan paruh waktu; semua pernah mereka alami.

Selain menjalani kisah susah senangnya menjadi mahasiswa rantau di Eropa, mereka juga menjalin persahabatan dan berbagai tip bertahan hidup di Belanda. Mereka pun bergelut dengan selintas pertanyaan di benak mahasiswa yang pernah bersekolah di luar negeri: untuk apa pulang ke Indonesia? Dalam perjalanan menemukan jawaban masing-masing, takdir menuntut mereka memiliki keteguhan hati untuk melampaui rintangan, menggapai impian, serta melakukan hal yang paling sulit: the courage to love!

Novel ini ditulis dengan gaya lincah, kocak, sekaligus menyentuh emosi pembaca. Kita juga akan diajak berkeliling mulai dari Brussel hingga Barcelona, mengunjungi tempat-tempat memikat di Eropa, dan berbagi tip berpetualang ala backpacker


Halo, Kakak Ilman dan Adik Zaidan...
Sebelum mereview, Bunda mau ngabarin sedikit berita sedih. Tahun ini, lagi-lagi kalian berdua gagal dapat adik seperti tahun lalu. Pertengahan Agustus 2015 ini, Bunda keguguran lagi, sama seperti Agustus 2014. Mungkin sudah saatnya Bunda berhenti berusaha memberi kalian berdua adik dan lebih fokus pada kalian berdua, karena ternyata kalian berdua itu begitu demanding terhadap Bunda, ya... Sedih? Jelas. Tapi ada sisi lega juga, karena ternyata kalian semakin demanding. Kebayang aja, sih, kalo ada adek bayi sementara situasi kalian lagi seperti ini, mungkin kalian tidak terurus. 

Sudah, ya, berita sedihnya. Sekarang Bunda pengen cerita tentang buku yang mulai Bunda baca sejak April apa Mei ini dan baru kelar 8 September 2015. Lama? Ya banget. Tebal? Nggak sampai 500 halaman padahal. Lalu kenapa sedemikian lama?
Ah... kisahnya panjang.... Haha. Tapi review Bunda mungkin bisa bikin kalian maklum, kenapa Bunda lama selesaiin bacanya (sebenernya bukan faktor utama banget, tapi faktor penunjang juga dan cukup krusial)


Sinopsis

Seperti yang dibahas di blurb di atas, Negeri van Oranje berkisah tentang persahabatan kelima mahasiswa yang sedang berjuang di Negeri Oranye alias Walanda, errr, Belanda. Mereka adalah Banjar, Daus, Wicak, Geri, dan Lintang. Sebenernya, kelima orang ini nggak datang dari kampus yang sama, bahkan mereka ini beda kota semua. Ada yang di Den Haag, Wageningen, Leiden, Utrecht, Amsterdam, dan lainnya (lupa lagi. hihi)

Mereka menamai diri mereka sebagai Aagaban, sering ngobrol ngocol lewat conference di Yahoo Messenger group. Mereka sangat dekat satu sama lain walau masing-masing dari anggota Aagaban ini punya masalah pribadi yang cukup rumit, misalnya aja Daus yang sering gagal berbuat maksiat padahal mumpung lagi di "surga tempat maksiat" ~ mungkin doa Engkongnya sedemikian melekat jadi dia selalu terlindungi dari berbuat maksiat. Banjar yang kehabisan duit sehingga ngos-ngosan cari kerja sambilan di sebuah restoran Indonesia. Lintang yang punya mimpi bersuamikan bule ganteng, tapi sering kandas setiap pacaran dengan para bule itu. Wicak dengan masalahnya sendiri juga. Cuma Geri yang kayaknya sempurna. Ganteng, anak orang kaya, pinter, manis. Tapi jujur, Bunda selalu curiga dengan pria macam ini. Hehe.

Romance-nya muncul ketika ternyata para pria ini bersaing mendapatkan Lintang. Di akhir tahun mereka berada di Belanda, para pria ini ternyata perang dingin karena ternyata mereka sama-sama memendam perasaan pada Lintang. Yah, seperti yang Sarah Sechan bilang di acara talkshow-nya pas para pemain Negeri van Oranje hadir, "pada akhirnya Lintang hanya memilih satu dari keempat pria itu".

Yes, Negeri van Oranje dibuat filmnya. Sejujurnya, Bunda pengen banget nonton, karena pengen tau gimana feelnya kalo dibuat film.




Sedikit bocoran aja (sampai Bunda ngetik review ini belum nemu trailer filmnya soalnya) orang-orang yang bakalan jadi karakter-karakter di Negeri van Oranje adalah sebagai berikut:

Abimana Aryasatya sebagai Wicak
Ge Pamungkas sebagai Daus
Arifin Putra sebagai  Banjar
Chico Jericho sebagai Geri
Tatjana Saphira sebagai Lintang
Bunda emang pengen baca Negeri van Oranje sejak awal terbit, tapi entah kenapa tiap beli buku kelupaan mulu ambil yang ini. Nah, karena teman-teman Kubugil udah pada baca (jelas laaaah, kan, ada uwa Aaqq yang ikut berkontribusi nulis novel ini), Bunda nggak mau ketinggalan doooong. Eh, buku di tangan udah dari tahun 2010 kalo ga salah, tetep aja kelupaan mau baca. Padahal buku ini udah banyak cetak ulangnya.

Sampai akhirnya, awal Maret 2015 lalu, pas Bunda lagi iseng cari buku buat dibaca, Bunda ambil buku ini dari rak dan malah papa duluan yang terlihat menikmati bacanya. Hihihi... Bunda jadi pengen baca juga karena bentar lagi kan filmnya mau tayang. 



Oke, ini Review Bunda

Pertama, soal pertemuan mereka kalo menurut Bunda terbilang too good to be true kalo buat langsung jadi akrab dan bersahabat sekaligus mengingat latar belakang mereka sangat jauh berbeda, tapi yah, faktor mereka "sama-sama mahasiswa Indonesia" bisa dimaafkan lah sedikit :D

Kedua, Bunda melihat novelnya itu hanya casing. Di halaman pertama, kesannya bagus banget. Wah, kayaknya seru, nih! Tapi, setelah masuk ke halaman berikutnya, kesan yang sampai ke Bunda adalah buku ini sebenernya panduan jadi mahasiswa di Belanda (kayak tips dan berbagi pengalaman selama jadi mahasiswa di Belanda plus jalan-jalan ala backpacker) yang dibungkus novel.

Ketiga, karena bikin ceritanya berempat dan dipaksakan untuk satu gaya cerita, jadi aneh. Jujur, ini yang bikin Bunda susah payah menelan cerita di sini karena gaya cerita yang dipaksakan untuk jadi satu gaya. Kenapa? Yang nulis berempat, kan? Tiap orang itu isi kepala dan gaya menulisnya berbeda. Sehingga, Bunda perhatikan, setiap karakter di sini bisa diceritakan dengan gaya yang mengalir dan menyenangkan, tapi kadang boriiiiiiiing banget cara menceritakannya sampai males nerusin ke halaman berikutnya. Ada juga yang disampaikan dengan style kayak di novel tante Otak Prima itu. 

Keempat, hampir semua deskripsi ceritanya membosankan, kecuali beberapa line yang bikin bunda ngakak. Misalnya, "Ketiganya punya prinsip serupa: bikin dosa, minimal berjamaah." (hal 275). Hahahaha...

Kelima, romance yang terbangun di cerita ini terlalu ringan, jadi malah garing. Hihihi. Entah kalo di film nanti. 

Keenam, buku ini bercerita tentang teknologi pada masanya. Jadi ketika dibaca enam tahun setelah buku itu terbit, agak terkaget-kaget juga, sih, mengingat dalam enam tahun, telah terjadi kemajuan teknologi sedemikian dahsyatnya. Hihi. Tapi lumayan lah, buat sedikit pengingat bahwa pada masa itu, teknologi yang paling canggih adalah komputer berprosesor dual core :D *belum disinggung tablet sih, karena Wicak masih pake PDA a.k.a Personal Digital Assistant*

Ketujuh, ini plusnya, hampir keseluruhan dialognya menyenangkan dan hidup, jadi ya lumayan bisa jadi alasan untuk bertahan membaca dan juga penasaran kalo dibuat film seperti apa jadinya. 

Oya, papa protes tuh, kenapa bukan kecengannya (Chika Jessica) yang jadi pemeran Lintang. Diiiih!  Walau di novel diceritakan kalo Lintang itu cempreng, tapi Bunda mah ga ridho kalo Chika Jessica yang meranin jadi Lintang. Syukurlah, yang jadi Lintang itu Tatjana Saphira. Haha. Bukan cemburu ama Chika Jessica, sih, cuma gimana, ya... nggak banget lah kalo hanya kecemprengan yang dinilai layak memerankan Lintang. 

Papa ngecengin Chika Jessica? Ya begitu, deh, selera cewek-cewek papa. Tipenya semacam. Mulai dari Fitri Tropika, Chika Jessica, dan cewek heboh semacam mereka itulah. Hihihi. Untunglah karakter Bunda yang kalem menghanyutkan gitu, jadi bisa menetralkan selera aneh papa. Ups! /dipentung :D *nggak meremehkan atau merendahkan mereka, kok, cuma yah... kurang sreg aja ama style beliau-beliau :D*

Nah, jadi untuk beberapa alasan di atas, bintang tiga lumayan banyak loh, ya...

Btw, ternyata Arifin Putra itu ganteng pake banget, yaaaaa.... hihihi....

Cheers and Love! xoxo,




Terusin baca - Negeri van Oranje by Wahyuningrat, dkk

30 Jan 2015

PostBarSSBBI2014 - Meet the Sennas by Orizuka


Halo, Kakak Ilman dan Adik Zaidan...
Sama seperti di postingan sebelum posting ini, Bunda tetep nggak akan ngebongkar siapa Santa Bunda. Hihihi. Bunda hanya akan posting review aja. Sebetulnya nggak wajib review keduanya, sih. Tapi, berhubung Bunda udah kelar bacanya (salah satunya karena ada event Readathon Day pada hari Sabtu lalu, 23 Januari 2015), Bunda merasa harus bikin reviewnya juga. Ini salah satu bentuk terima kasih Bunda pada Santa, kan...


Judul: Meet the Sennas - Bahkan Matematika pun Nggak Serumit Cinta
Penulis: Orizuka
Penyunting: Dellafirayama
Penyelaras aksara: Fakhri Fauzi, Lian Kagura
Penata aksara: Nurhasanah
Perancang Sampul: Fahmi Ilmansyah
Penggambar ilustrasi: Maima Widya Adiputri
Diterbitkan oleh teen@noura
Cetakan I, Januari 2014
ISBN: 978-602-7816-66-4
Jumlah halaman: 364 + Galeri halaman, 13x19 cm
Genre: Novel Remaja, Romance, Family, Young Adult, Coming of Age, Indonesian Literature, Contemporary Fiction, Humor
Status: PUNYA. Hadiah dari Santa

Aku Daza Senna.
Anak kedua dari tiga bersaudara. Yang artinya aku anak tengah...

Astaga. Aku menulis apa, sih?
Oke, mari coba lagi.

Aku Daza Senna.
Aku tinggal bersama orang-orang yang sama sekali tak bisa disebut normal. Dan sialnya, orang-orang itu adalah keluargaku.

Hmm, ini sudah lebih bagus.

Siapa sih yang mau tinggal dengan orang-orang yang memberi semacam formulir pendaftaran dan serangkaian ujian kepada setiap cowok yang ingin dekat denganku? Memangnya cowok-cowok itu mau SNMPTN? Coba bayangkan penderitaanku. Belum terbayang? Berarti kalian harus bertemu dengan mereka.

Tinggal bersama keluarga besar yang hampir semuanya "aneh" itu luar biasa. Hihihi. Setiap hari, pasti ada yang dicemaskan. Ketika Daza ulang tahun ke-17, semua anggota keluarganya memberinya hadiah-hadiah luar biasa. Luar biasa menyebalkan maksudnya. Mulai dari Bundanya yang menghadiahinya Rumah Barbie, Ayahnya yang menghadiahinya piano Casio kecil (aduh, itu jaman Bunda SD, harganya mahaaaaal banget! Tapi keren, dan Bunda seneng banget maininnya. Entah barang itu berada di mana sekarang. Sudah rusak, mungkin?), Kakek yang menghadiahinya sempoa, Nenek yang memberinya ban renang berbentuk bebek berwarna pink, Om Sony memberi komik Doraemon jilid pertama, Tante Amy yang menghadiahi Daza sebuah diari dengan bau menyengat, Denis, abang Daza, memberinya gamewatch Tetris yang bisa ditekuk, dan terakhir, Zenith, adik Daza, memberinya permainan halma.

Sebenernya semuanya nggak aneh, sih, kalo menurut Bunda. Namanya juga hadiah ulang tahun. Tapi yang paling ajib emang hadiah dari Bunda dan Nenek. Di satu sisi, ini jelas aneh, sebetulnya, mengingat ternyata, Kakek dan Ayah Daza adalah konglomerat. Jadi, mereka pasti mampu beliin hadiah super mewah. Kemudian, di sisi lain, Daza adalah seorang gadis SMA yang sedang bertumbuh, wajar saja kalo dia berharap ada hadiah keren, misalnya mobil (ingat, ini Daza yang sedang berulang tahun ke-17, berasal dari keluarga kaya tujuh turunan, dan sudah boleh punya KTP juga SIM, kan?) atau apa, deh, hadiah lain yang agak-agak waras. 

Nggak sampai di situ. Tante Amy sedang hamil besar, ternyata menikah dengan teman kuliahnya, yang lalu meninggalkannya, tapi Tante Amy santai aja. Kayak nggak ada masalah atau beban, padahal dia sedang mengandung. Badass, sih, menurut Bunda, Tante Amy ini. Karena dia santai dengan persoalan besar ini. Kebayang kalo Bunda yang ngalamin.

Cerita bermula dari keputusan Ayah untuk memberi Daza seorang guru les matematika. Guru les matematika Daza ini adalah sahabat Dennis yang super galak. Udahlah Daza benci Matematika, ditambahin lagi harus les Matematika, setiap hari. Namanya Logan.

Ternyata, Logan ini galak-galak ngangenin. Meski Logan galak, judes, menyebalkan, dia telah berhasil membuat Daza memikirkannya. Kalo Daza bertanya urusan pribadi Logan, Logan pasti marah dan memintanya untuk nggak mencampuri urusannya.

Sementara itu, ada seorang Dalas yang manis, yang jelas-jelas suka padanya. Mereka memutuskan jadian, tapi back street, karena Daza khawatir, Dalas akan dikerjai oleh keluarganya. Ternyata benar! Meski mereka pacaran back street, ketahuan juga hingga akhirnya Dalas harus mengikuti ujian demi ujian supaya bisa menjadi bagian dari keluarga Daza. Duh. Kebayang, ya, kalo anak Bunda diperlakukan begitu sama keluarga pacarnya... Bunda pasti nggak rela. Terlebih lagi, ternyata emang keluarga Daza nggak menginginkan keberadaan Dalas, meskipun Daza suka padanya atau Dalas suka banget sama Daza.

Meet the Sennas menurut Bunda pas buat jadi bacaan remaja. Dari segi bahasa dan penuturan enak banget, mengalir. Humor yang dilemparkannya juga segar, nggak krik krik. Gaya penuturan Orizuka nggak kaku untuk novel remaja ini. Bunda kemudian baru tahu kalo ternyata sebelumnya, Meet the Sennas pernah diterbitkan dengan judul berbeda di tahun 2006. Nggak diceritakan oleh penulisnya gimana nasib bukunya itu. Yang jelas, di Meet the Sennas, pastinya banyak perombakan yang disesuaikan dengan tahun terbit, 2014.

Covernya pun dibuat segar. Warnanya eye catching, meski Bunda nggak ngerti, kenapa gambarnya harus roti? :D Bookmarknya juga lucu.
Ilustrasi bagian dalam juga pas untuk ukuran novel remaja. Cuma bagi Bunda, masih kurang bikin naksir sama Logan kalo berdasarkan ilustrasi semata. Tapi, Bunda bisa kebayang cakepnya Logan atau cute-nya Dalas, kalo dari imajinasi cerita. Hihihi...

Sepertinya, Bunda masih bisa baca novel buat remaja, ya. Hihihi. Mungkin aja, kalo teman-teman seusia Bunda baca ini bakal bilang, garing atau apa. Bunda sih suka-suka aja. Walau Bunda emang nggak berharap banyak sama cerita ini, Bunda mendapat twist yang cukup keren. Bunda kasih tiga untuk Meet the Sennas ;)


Cheers! Love you both! xoxo




Terusin baca - PostBarSSBBI2014 - Meet the Sennas by Orizuka

PostBarSSBBI2014 - Train Man (Densha Otoko) by Hitori Nakano






Halo, Kakak Ilman dan Adik Zaidan...

Ketemu lagi sama posting berbau Secret Santa BBI 2014 :D
Tapi... jangan seneng dulu... Di sini, nggak akan ada posting nebak siapa santa Bunda, karena posting ini hanya untuk review aja. Biar nggak campur aduk. Pengennya, ya postingan khusus review, biar buat review aja. Nggak dicampuri hal lain.

Oke. Boleh diskip ke judul lain, kok. Bunda akan tetep lanjutin ngetik review Bunda mengenai Train Man yang udah lama Bunda idam-idamkan ini.. :D




Judul: Train Man (Densha Otoko)
Penulis: Hitori Nakano
Penerjemah: Kanti Anwar
Penyunting: Tim Redaksi Qanita
Proofreader: Wiwien Widyawati
Desain cover: Agung Wulandana
Diterbitkan oleh Penerbit Qanita
Cetakan 1, Mei 2013
ISBN: 978-602-9225-71-6
Jumlah halaman: 436 halaman; 20,5 cm
 Genre: Romance, Kultural Jepang, Japanese Literature, Fiksi Jepang, Kontemporer, Young Adult, Asian Literature


Berdasarkan statistik, cowok otaku akan menyerah saat jatuh cinta pada cewek sungguhan. Apalagi kalau cewek itu berkali-kali lipat lebih baik darinya.

Mereka juga putus asa.

Namun, Pria Kereta Api tidak begitu. Saat jatuh cinta dengan gadis yang ditolongnya, dia langsung main ke sebuah forum internet untuk meminta dukungan. Untungnya, teman-temannya di dunia cyber baik-baik dan sangat bersemangat.

Mereka memberi tips-tips pada Pria Kereta Api agar dia bisa bersatu dengan gadis itu.

Masalahnya, terkadang tips-tips itu agak aneh dan diusulkan para jomblo yang tidak berpengalaman. Berhasilkah Pria Kereta Api meluluhkan hati gadis cantik yang perlahan-lahan mengubah hidupnya?



Cuma satu kata: SUKAAAAAAAAAA!

Baca sejak halaman pertama tuh, serasa lagi ada di dalam utas/forum otaku, tapi cuma jadi silent reader. Ikut degdegan juga di setiap perkembangan yang ada. Hihihi.

Jadi, ceritanya, si Pria Kereta Api tuh curhat. Di dalam kereta api yang dinaikinya, ada seorang kakek mabuk yang mengganggu di dalam kereta. Korbannya adalah para penumpang perempuan. Bunda sih kebayang serem, ya, kalo di dalam kereta, ada orang mabuk, terus melakukan tindakan senonoh. Nah, karena melihat para penumpang wanita ketakutan, Pria Kereta Api berusaha menghalau si kakek pemabuk itu dari mengganggu para penumpang wanita. Ketika akhirnya si kakek mabuk digelandang di kantor keamanan stasiun, kemudian Pria Kereta Api menjadi saksi, para penumpang wanita itu mengucapkan terima kasih padanya. Dan dari semua perempuan yang berterima kasih padanya, ada satu perempuan (dia sempet nyebut "bibi") yang disukainya. Dan tanpa disangka, ternyata si bibi yang disukainya itu mengiriminya hadiah berupa cangkir merk Hermes, sebagai tanda terima kasih. Wohohoho...

Namanya juga suka, pas dapet hadiah dari orang yang disukai tuh rasanya gimana gitu yaa...

Akhirnya atas dorongan warga utas, Pria Kereta Api berhasil mengontak si bibi, yang kemudian dipanggil Nona Hermes oleh warga utas. Pria Kereta Api ini betul-betul mengubah total penampilannya, jadi rajin belanja pakaian, bahkan datang ke salon untuk mengubah penampilannya, supaya dia tampak menghargai Nona Hermes.

Begitulah. Cerita terus bergulir. Kalian mungkin sudah bisa menebak bagaimana endingnya. Iya. Bunda kasih sopilernya. Happy ending.

Tapi...

Bukan endingnya yang Bunda nikmatin. Dari awal emang udah ketebak, kok, ceritanya akan berakhir di mana...

Bunda menyukai obrolan di dalam utas ini. Seperti yang Bunda bilang di atas tadi, rasanya Bunda seperti silent reader di dalam utas itu, yang ikut degdegan pada setiap berita terbaru. Lucunya lagi, mereka main ikon. Heuheu. Atau istilah akan ada korban bergelimpangan, karena ini adalah peperangan. Yep. Perang antara Pria Kereta Api dengan rasa takut saat mendekati Nona Hermes. Wuih! Seru! Selalu bikin ngakak setiap ada respons yang masuk. Hihihi...

Somehow, Bunda bisa memahami perasaan orang yang sedang jatuh cinta. Ada perasaan takut ditolak, yang mana harga diri akan jatuh jika ditolak, juga perasaan ingin terbang di kala ternyata si orang yang disukai itu punya perasaan yang sama. Jadi, aura kasmaran sekaligus kegugupan Pria Kereta Api terasa banget di sini. Dan mungkin juga karena diterjemahkan langsung dari Bahasa Jepang, ya, kerasa banget lah, kalo memang bersetting di Jepang.

Terjemahannya enak, mengalir. Mudah-mudahan nggak ada yang lost in translation (pinjam istilah Tante Stefanie Sugia). Jadi, rasanya kalo Bunda kasih bintang 5 itu sama sekali nggak berlebihan, karena emang Bunda sukaaaaaaaaaaaaaaaaa banget cerita ini. Tapi untuk dibaca lagi dalam waktu dekat, nggak dulu, deh. Timbunan Bunda yang lain masih buanyaaaaaaaaaaaaaak. Baru dapat banyak kiriman buku juga dari Uwak Threez. Sayang kalo nggak dibaca.

Lalu, ketika Bunda sampai di halaman penutup, Bunda menemukan ini


Pria Kereta Api 
Penulis/Hitori Nakano*

Hak cipta dari keseluruhan buku ini tidak dimaksudkan untuk membatasi hak cipta tulisan anonim dengan cara apa pun. Hak untuk penerbitan buku ini didasarkan pada kesepakatan khusus dengan 2 channel dan dipegang oleh (PT) Shinchosha. Hak cipta masing-masing penulis di 2 channel sendiri tidak hilang. Karena penulis-penulis anonim di sini sulit ditelusuri identitasnya, kami memperoleh kesepakatan khusus dengan 2 channel sebagai pemegang hak. Selain itu, kami telah meminta persetujuan terlebih dahulu tentang kemungkinan mengutip/mencetak ulang kuki (cookies) dalam 2 channel. Berdasarkan hal tersebut di atas, terhadap rekan penulis asli, kami mohon dengan maklum atas cetak ulang tanpa izin dan imbalan. Selain itu, terkait dengan penerbitan log lama di buku ini, terlebih dahulu kami mohon maaf atas beberapa suntingan yang tidak mengubah makna seperti kesalahan atau kelalaian pengetikan.

*Hitori Nakano adalah nama rekaan yang bermakna "orang-orang lajang yang berkumpul di papan buletin internet".

Sewaktu Bunda posting reading progress di Goodreads, yang cross post ke facebook, Bunda dapat komentar dari tante Syifa yang bilang, kalo dia udah nonton doramanya. OH! Ada doramanya, toh? Bunda terus ngecek, kan, ke tempat forum dorama. MEMANG ADAAA! Di sinopsisnya dibilang kalo cerita Train Man diambil dari kisah nyata. Haduuuh! Jadi pengen donlot! Ntar, deh. Kemaren abis donlot drama Koreyah yang panjang banget episodenya demi si akang x))

Nah, jadi, dear Santa... Bunda senaaaaaaaaaaaaaaaaaang sekali dapat hadiah buku ini. YAY! Bunda juga udah bilang, kan, di twitter (kalo Santa baca, sih... hihi...) MAKASIH, YAAA! Semoga kebaikan Santa dibalas Tuhan! 
Soal pembalasan, Bunda lagi siapin hadiah buat Santa, sih... masih in progress. Sabar, ya, Santa... 

OK. Bunda mau review buku hadiah dari Santa satunya lagi. Abis itu, Bunda akan bongkar hasil investigasi Bunda mengenai siapa Secret Santa Bunda di tahun 2014. Semoga nggak salah tebak kayak dua tahun lalu, yaaa....

See you....

Cheers! Love you both! xoxo







Terusin baca - PostBarSSBBI2014 - Train Man (Densha Otoko) by Hitori Nakano

6 Feb 2014

All You Can Eat by Christian Simamora

Judul: All You Can Eat
Penulis: Christian Simamora
Editor: Alit Tisna Palupi
Proofreader: Mita M. Supardi
Penata letak: Gita Ramayudha
Desainer sampul: Jeffri Fernando
Ilustrasi isi dan paper doll: Levina Lesmana
Diterbitkan oleh Gagasmedia
Cetakan pertama, 2013
Jumlah halaman: xii + 460 hlm; 13 x 19 cm
ISBN: 979-780-643-x
Genre: Novel dewasa, drama, romance, chicklit, Indonesian Literature, Contemporary Romance
Status: punya, beli seken dari seseorang, dengan cap: BUKU INI TIDAK DIJUAL. PERSEMBAHAN PENERBIT


'CINTA KOK BIKIN SEDIH?'
Dear pembaca,
Berbeda dengan penulis lain di luar sana, aku akan berterus terang mengenai akhir novel ini: bahagia. Tapi kumohon, jangan desak aku untuk menceritakan awal ceritanya. Juga tentang siapa Sarah, siapa Jandro, dan apa yang menghubungkan mereka berdua.

Aku juga tak akan melebih-lebihkan penjelasanku mengenai novel kesepuluhku ini. 'All You Can Eat' memang bukan cerita yang orisinal. Jadi, jangan terkejut saat mendapati ceritanya mengingatkanmu pada curhatan seorang teman atau malah pengalaman hidupmu sendiri. Ini tentang seseorang yang istimewa di hati. Yang tak bisa kamu lupakan, juga tak bisa kamu miliki.

Jadi, apa keputusanmu? Kalau setelah penjelasan tadi kamu masih ingin membaca novel ini, tak ada lagi yang bisa aku katakan kecuali: selamat menikmati.

Dan selamat jatuh cinta.
Christian Simamora

Halo, Kakak Ilman dan Adik Zidan...
Bunda tergoda baca ini karena terpengaruh oleh beberapa review bagus mengenai buku ini yang melintas di mata ketika blogwalking. Ditambah kavernya yang oh-so-cute, karena simpel, bikin penasaran buat baca.

Kakak Ilman dan Adik Zidan,
suatu saat nanti, ketika kalian mulai mengenal yang disebut "cinta pertama", kalian akan tahu, bahwa itu akan sulit dilupakan seumur hidup kalian. Dari apa yang Bunda alami, cinta pertama bukanlah cinta monyet yang sekadar naksir-naksiran karena si target lucu, cakep, pinter, de el es be. Cinta pertama itu jelas sulit dilupakan, karena saat itulah pertama kalinya kita mulai resah, gelisah, galau gara-gara seseorang. Bikin nggak enak makan, tidur karena resah.

Cinta pertama itu selalu bikin bertanya-tanya: dia lagi apa sekarang? Dia di mana sekarang? Sama siapa? Apa dia baik-baik aja? Dan seterusnya.

Cinta pertama Bunda termasuk absurd, karena Bunda dulu naksir Takuya Kimura. Kenapa absurd? Karena dia cuma bisa Bunda lihat di layar TV, lewat dorama Asunaro Hakusho (Ordinary People) di stasiun tv bernama Indosiar. Iya, Takuya Kimura itu aktor, pemain dorama asal Jepang. Dan yes, dia cinta pertama Bunda.

Kok, nggak nemu cinta pertama yang wajar aja, sih, Bun? Temen sekolah, kek. Kakak kelas, kek. Adik kelas, kek.

Too bad.

Cuma Kimutaku yang bener-bener bikin Bunda degdegan pertama kalinya nunggu dia muncul. Dramanya cuma seminggu sekali tayang. Cuma Kimutaku yang pertama kalinya bikin Bunda resah. Kalo doramanya abis, nanti Bunda bisa lihat dia di mana lagi? Cuma Kimutaku yang bikin Bunda lost focus saat nonton drama, sampe nggak ngerti, sebenernya ini drama lagi ceritain apa, sih?

Kenapa?

Karena, Bunda sibuk memandangi Kimutaku. Rasa kangen terpuaskan setiap ketemu di layar kaca. Begitu drama kelar, langsung rindu lagi. Ga sabar nunggu minggu depan. Dan kalo mau ketemu Kimutaku, Bunda mandi dulu. Pake cologne biar wangi. Rambut disisir rapi, pake baju pergi. Biar kerasa banget, tampil spesial saat "ketemu" Kimutaku.

Gimana? Absurd, kan? Hihihi...

Terus, Bunda kapan jatuh cinta beneran sama orang yang bukan cuma bisa ditemui lewat tv?

Kayaknya pas Bunda udah kuliah, deh. Dan itu pun ke papa. Meski sebelumnya Bunda udah punya pacar, tapi sewaktu pacaran sama mantan, Bunda nggak bisa bilang itu real cinta pertama Bunda. Karena Bunda nggak ngerasain deg-degan, kangen atau perasaan apa pun yang dirasain ke pacar. Biasa aja. Cenderung terlalu lurus. Tau-tau diajak jadian. Terus tau-tau putus :D

Nah, pengalaman jatuh cinta pertama kalinya yang dialami Jandro Vimana adalah pada Sarah Kristina, sahabat kakaknya sendiri, Anye Vimana. Sewaktu Jandro yang katanya oh-so-nerd itu, pas SMP -- iya, masih SMP pake seragam putih biru -- nembak Sarah yang udah termasuk dewasa, langsung ditolak karena Jandro masih SMP.

Jelas lah, Jandro patah hati banget. Karena, Jandro nggak cuma tertarik pada fisik Sarah, melainkan menyukai Sarah secara utuh. Keseluruhan.

Setelah bertahun-tahun kemudian, terjadi pertemuan tak terduga antara Sarah dan Jandro lagi. Saat itu, Sarah sedang melarikan diri menyepi di Ubud, di vila milik keluarga Anye dan Jandro, sementara Jandro pun melarikan diri menenangkan diri ke vila milik keluarganya (iya, di tempat yang sama mereka ketemu) karena pacarnya yang sudah punya tunangan itu memilih tunangannya daripada memilihnya.

Terus terang, Bunda nggak suka dengan sikap Sarah yang berkali-kali merendahkan Jandro. Sikap Sarah ini selalu berhasil membuat emosi Bunda naik turun. Tapi kadang, sikap Jandro yang kadang berubah-ubah ini juga bikin gemes.

Christian Simamora berhasil bikin cerita dengan POV orang ketiga yang berubah-ubah secara mulus menurut Bunda. Bunda serasa nonton FTV, sih, pas baca ini. Cuma sayangnya, nggak bisa bikin Bunda jatuh cinta, meski penggambaran secara fisik begitu gamblang.

Tapi sialnya, begini.   
<
Di kantor Bunda, ada junior yang emang badannya atletis gitu. Selama ini, seumur-umur, Bunda tuh ga pernah mantengin badan cowok. Ga pernah tergoda sama yang namanya badan ala Ade Rai. Nah, pas kemaren, efek baca deskripsi mendetail bodi Jandro, mata Bunda pas ngeliat si om satu ini lagi pake kemeja ngepas badan. Yah, sebenernya, biasanya juga dia pake apa aja juga bodinya keliatan gimana gitu. Tapi, entah kenapa, cara Bunda ngeliat kemaren beda banget. Padahal kemeja itu sering dia pake. Mata Bunda sempet ke-lock ke dia dan euh! Tenaaaang... Ga sampe jadi horny, kok. Cuma sebel aja. Jadi sempet merhatiin bodi temen kantor Bunda itu. huh!
>

Nah, usai berhasil bikin emosi naik turun, endingnya sesuai janji penulis, kok. Happy. Meski menyebalkan sekali.

Sebetulnya, Bunda sempat kecewa dengan imajinasi Bunda sendiri. Jadi gini. Pas ngobrol di Spank Club, tante Desty bilang, kalo AYCE itu dari awal sampe akhir bikin kipas-kipas. Tentu, Bunda membayangkan kalo yang namanya kipas-kipas itu ya semacam buku yang bikin semua kipas Bunda rontok. Kenyataannya, buku ini emang bikin kipas-kipas karena Bunda kesel setengah mati sama Sarah. Juga Jandro.

Emang kenapa kalo Jandro jauh lebih muda? Papa kalian juga lebih muda dari Bunda, kok. *sempet ngerasa bete karena berasa dihina si Sarah ini*

Dan meski penuturannya mengalir, lancar dan enakeun, Bunda keganggu dengan kata-kata "puh-lizz", "ah-mazing", "oh-so-called", dst. Agak-agak gimana gitu. Tapi karena ini buku pertama Christian Simamora yang Bunda baca, jadi Bunda nggak tahu apakah ini memang style penulis seperti itu apa gimana.

Tiga bintang cukup untuk mengapresiasi All You Can Eat ini... 


Sedikit mengenai Christian Simamora:   
<


Christian Simamora started as a teenlit (teenage literature) writer, but didn't forget his forever love on romance genre.
His published works: Jangan Bilang Siapa-siapa (2006), Boylicious (2006), Kissing Me Softly (2006, under pseudonym Ino Crystal), Macarin Anjing (2007), and Coklat Stroberi (2007). His sixth novel, a collaboration with his former editor Windy Ariestanty, SHIT HAPPENS: Gue yang Ogah Nikah, Kok Lo yang Rese?! won Best Local Book 2007 from Free! Magazine.

On 2010, he started a series for adult readers: JBoyfriend. The male characters's name of each books would be start with letter J.

The first book: PILLOW TALK was named as 'Book of the Year (2010)' by the publisher, GagasMedia. GOOD FIGHT, the second installment, was already released on March 2012. The third, WITH YOU, is a Gagas Duet book, written together with fellow author, Orizuka.

Next, ALL YOU CAN EAT was already released on June 2013.

GUILTY PLEASURE, the latest installment, was already finished and will be released soon.

Meanwhile, he's working on his next work. Or book shopping. Or simply just get lazy in his home. Ah, life. :)
>


Cheers! Love you both,
Terusin baca - All You Can Eat by Christian Simamora

1 Okt 2013

Eleanor and Park


Judul: Eleanor & Park
Penulis: Rainbow Rowell
Diterbitkan 12 April 2012
Penerbit: Orion
ISBN13: 978-1409-116-332
E-book
Jumlah halaman: 329 halaman
Genre: Fiksi Kontemporer, Romance, Young Adult
Status: Punya. Trus lagi pre-order juga di Bookdepository, seperti diceritakan di sini 


Eleanor is the new girl in town, and she's never felt more alone. All mismatched clothes, mad red hair and chaotic home life, she couldn't stick out more if she tried. Then she takes the seat on the bus next to Park. Quiet, careful and, in Eleanor's eyes, impossibly cool, Park's worked out that flying under the radar is the best way to get by. Slowly, steadily, through late-night conversations and an ever-growing stack of mixed tapes, Eleanor and Park fall in love. They fall in love the way you do the first time, when you're 16, and you have nothing and everything to lose .. Set over the course of one school year in 1986, Eleanor and Park is funny, sad, shocking and true - an exquisite nostalgia trip for anyone who has never forgotten their first love.

Halo, Kakak Ilman dan Adik Zidan...
Sebetulnya, Bunda ga tau mau review apa dengan buku ini. Yang jelas... Bunda tersepona banget sama cerita di buku ini. Terutama, Bunda tersepona dengan karakter cowok yang bernama Park Sheridan. Lah, kok, namanya agak mirip dengan nama adek Zidan, ya? *maksaaaa*

Ceritanya, Park ketemu dengan Eleanor, yang murid baru ketika itu, di bis sekolah. Sewaktu baru naik, Eleanor ini kayak "raksasa" gitu keliatannya. Badannya tinggi besar *kayaknya montok banget*, wajahnya penuh bintik dan rambutnya merah kayak api. Seketika itu, dia langsung nggak disukai karena penampilannya oleh teman-teman sebisnya. Tapi, Park nggak bersikap lain. Dia sih biasa aja. Untuk beberapa pelajaran, Park sekelas dengan Eleanor. Di antaranya pelajaran Bahasa Inggris. Dan Eleanor langsung jadi idola guru Bahasa Inggris.

Suatu ketika, Park memperhatikan, Eleanor kayak memandangnya. Sebenernya bukan. Setelah diperhatikan lagi, ternyata Eleanor lagi baca komik yang dibawanya. Sejak saat itu, Park menaruh komik yang dia maksud pinjamkan ke Eleanor, di bangku tempat Eleanor duduk. Lucunya, mereka tetap nggak bicara satu sama lain. Cuma minjemin, terus ntar Eleanor balikin bukunya. Lucu, yaaa...

Trus ada momen, yang bikin Bunda merinding ngebayanginnya saking romantisnya, Park masangin headset ke telinga Eleanor, supaya Eleanor dengerin musik yang lagi didengerin Park. Ketika mereka mulai berbicara satu sama lain, Park bahkan bikinin kompilasi musik di kaset tersendiri. Juga minjemin walkman ke Eleanor. Kyaaaa... soooo sweeeeet!

Eleanor & Park mengambil setting tahun 1986, di Omaha, Nebraska. Dengan settingan tahun itu, masih musim kaset dan walkman. Jadi, yang diceritain ya kaset dan tape, juga walkman. Walkman itu biasanya pake batre kecil AA, dua buah. Yang kekuatannya cuma beberapa jam aja. Kalo rajin tekan Rewind, ya paling cuma tiga jam tahannya. Nggak kayak sekarang, yang semua gadget dengerin musik bisa dicharge. Dulu, kalo ga punya batre, terus ga punya duit... ya wassalaam.

Jadi inget, Bunda juga dulu suka bikin kompilasi musik dalam kaset. Kayaknya pernah cerita di sini, deh, ya, sampai dibisnisin segala. Hahaha...

Balik lagi ke apa yang bikin Bunda terpesona dengan Park... Dia nggak seperti cowok kebanyakan yang mementingkan fisik. Dengan fisik Eleanor yang katanya ajaib itu, Park tetep suka. Kadang, Park berpikir, apakah Eleanor emang pengen terlihat jelek? Park berasal dari keluarga yang hangat. Ibunya seorang Korea, makanya Park berwajah Asia. Kalo mau dijelasin lagi, mungkin berwajah Asia Timur, kali, ya. Dan bukan Oriental. Sebab, Oriental itu buat makanan. Gitu kata buku ini.

Park punya ayah dan ibu yang hangat dan perhatian. Nenek dan kakek dari pihak ayahnya juga begitu hangat. Pokoknya bertentangan banget dengan keadaan keluarga Eleanor, deh.

Sementara itu, Eleanor berasal dari keluarga broken home. Ibunya bercerai, tapi punya anak lima. Terus menikah lagi dengan seorang pemabuk, pemarah juga kasar. Bahkan, Eleanor pernah terusir sampai tinggal di rumah tetangganya. Bukan tinggal bersama ayah kandungnya. Entah demi apa, ibunya sepertinya sangat berusaha supaya suami barunya ini nggak pernah marah. Padahal, Eleanor sangat membenci Richie. 

Singkat cerita, mereka berdua, Park dan Eleanor jadian. Ibu Park sempat nggak suka, tapi pas tahu gimana latar belakang Eleanor, bahkan ibu Park mengundang Eleanor untuk sering datang ke rumah mereka.

Cerita kisah manis mereka tiba-tiba berubah ketika akhirnya Eleanor tahu siapa yang suka menulis di balik buku Matematikanya dengan kata-kata menjijikkan, lebih ke melecehkan Eleanor. Semula, Eleanor mencurigai Tina, salah satu cewek populer di sekolahnya. Sebab, Tina ini suka menghina dia.

Jadiiii.... Sungguh! Bunda jatuh cinta sama Park! Baca buku ini, bikin Bunda tersipu-sipu sendiri. Tertawa. Dan jatuh cinta! Kok, malah Bunda yang kasmaran, sih? Yeah! Congratulations, Sheridan Park! You're my first book boyfriend now. And also, your dad. He's my second book father now, after Atticus.

Cuma, yang sama sekali nggak nyangka, ending buku ini. Bikin pengen banting e-book reader. Nggak jadi, sih. Buktinya, tetep pre-order paperbacknya. Walau lama. Hahaha... 

Oke... 
Ini sebagian kata-kata Park yang bikin....

"I don't like you. I need you."

"Nothing before you counts," he said. "And I can't even imagine an after." 

"I look like a hobo?"
"Worse," he said. "Like a sad hobo clown."
"And you like it?"
"I love it."
As soon as he said it, she broke into a smile. And when Eleanor smiled, something broke inside of him.
Something always did."
 
Mau nggak gedebuk in lap gimana, coba? 

Ya udah. Bunda ga mau bahas lebih jauh. Ini aja berusaha menajamkan otak, biar bisa cerita serileks mungkin. Ternyata, kalo udah menyangkut Park... susah!

Note:
Eleanor and Park adalah buku pertama yang jadi bahan baca bareng Grup Spank. Nantikan postingan baca bareng bulan berikutnya, ya...
Terusin baca - Eleanor and Park

10 Apr 2013

[2013 - RC Books in English] April's Link Post dan [Review] Norwegian Wood

Halo semuanya.... Di sini, gaya saya nulis agak beda dari sebelumnya. Bukan bosen ama format biasanya, sih, cuma emang lagi mesti pake format kayak gini. Semoga nggak bikin pusing, ya... Postingan ini akan saya bagi tiga.

Bagian pertama: Happy Birthday, Papa....

Hari ini adalah hari ulang tahun papa kakak Ilman dan adik Zidan. Hehehe... Nggak ada acara spesial, sih. Lagian hari kerja juga. Nggak ngaruh ulang tahun atau nggak. Mungkin pulang nanti beli pizza aja. Atau apa, ya? Yang penting, jadi penanda aja, bahwa kami nggak lupa dengan ulang tahunnya.... XD
Yang jelas, nggak ada doa khusus hari ini, sebab setiap hari doanya selalu khusus #lho
Trus ada giveaway, nggak, sehubungan dengan ultah papanya anak-anak? Ada, sih. Cuma nanti sekalian digabung aja sama event BBI. Cuma selisih tiga hari, kok. Pantengin aja terus twitter saya. Pasti dipublish di sana. Rencananya, sih... :P

Bagian kedua: Review saya mengenai buku Norwegian Wood (Tokyo Blues)


Judul: Norwegian Wood (Tokyo Blues)
Judul asli: Noruwei no mori
Penulis: Haruki Murakami
Penerjemah: Jay Rubin
Diterbitkan oleh: The Harvil Press 
Jumlah halaman: 353 halaman
e-book
Romance, Japanese Literature, Literary Fiction, Contemporary Fiction
Status: Punya


Sinopsis dari Goodreads   
<
Toru, a quiet and preternaturally serious young college student in Tokyo, is devoted to Naoko, a beautiful and introspective young woman, but their mutual passion is marked by the tragic death of their best friend years before. Toru begins to adapt to campus life and the loneliness and isolation he faces there, but Naoko finds the pressures and responsibilities of life unbearable. As she retreats further into her own world, Toru finds himself reaching out to others and drawn to a fiercely independent and sexually liberated young woman.

A poignant story of one college student’s romantic coming-of-age, Norwegian Wood takes us to that distant place of a young man’s first, hopeless, and heroic love.
>

Pernah baca komentar siapa, ya, di akun GR-nya, dia kipas-kipas kepanasan pas baca buku ini. Hihi... Dan sebetulnya, saya pengen mulai baca ini tanggal 27 Maret, yang mana dimaksudkan untuk ikut program posting barengnya BBI di bulan Maret. Cuma, yah, apa daya. Standar banget saya, nggak bisa memenuhi target karena emang sibuk *alesyan banget*. Iya, entah kenapa, kecepatan baca saya menurun banget. Faktor U-kah? Atau mungkin juga karena saya lagi banyak kerjaan juga assignment. Trus kondisi kesehatan yang belakangan agak menurun plus energi yang banyak dikeluarkan karena anak-anak makin aktif dan butuh didampingi? Jangan lupakan juga godaan menyelesaikan game atau chatting. *yang terakhir boleh diketawain, kok, asal jangan digampar aja* X)) Akhirnya saya baru bisa membacanya di bulan April, awal. Beuh!

Pertama kali baca, saya jatuh cinta dengan Haruki Murakami. Terus terang, meski udah lama dibicarakan teman-teman BBI, saya baru baca sekarang dan langsung suka. Mungkinkah karena gaya terjemahannya enak? Atau seandainya saya berbahasa Jepang pun, saya akan langsung menyukainya? Entah. Yang jelas, penuturannya enak dibaca. Kalo masalah butuh waktu lama untuk menyelesaikannya, sih, jangan salahkan bukunya. Itu faktor saya, kok. Scroll lagi ke atas, deh. Udah dibahas tadi X))

Khusus untuk Norwegian Wood atau Tokyo Blues ini, suasananya ternyata emang se-blue judulnya. Toru Watanabe berurusan dengan banyak perempuan dan berteman dengan beberapa pria juga, yang hampir semuanya bermasalah. Duh, kalo nggak pasang shield setebal setengah meter, kayaknya bakalan kebawa blue juga, deh. Tapi saya berhasil ikut suasana hati Watanabe yang mana dia punya shield super tebal. Jadi nggak kebawa desperate seperti orang-orang yang terlibat dalam hidupnya.

Norwegian Wood mengambil sudut pandang orang pertama, dengan Toru Watanabe menjadi si "aku" di buku ini. Watanabe adalah mahasiswa jurusan drama yang tinggal di sebuah dormitori, berbagi kamar dengan seseorang yang dijuluki sebagai Storm Trooper - saking OCD-nya. Nah, kisah Storm Trooper ini sering menjadi bahan cerita Watanabe ketika dia ketemu dengan cewek. Semisal Naoko, Rieko, kemudian nanti ada yang namanya Midori. Dan cerita mengenai Storm Trooper ini selalu sukses membuat ketiga perempuan ini tertawa. Selain cerita tentang Storm Trooper, Watanabe merasa nggak punya sesuatu yang menarik buat diceritakan terhadap ketiga perempuan ini.

Jadi, Watanabe ini gedebuk in lap sama mantan pacar sahabatnya (Kizuki) bernama Naoko. Kizuki dan Naoko bukan putus karena udah nggak saling sayang lagi. Mereka terpaksa berpisah, karena Kizuki memutuskan untuk bunuh diri, di usianya yang ke-17. Nah. Jelas, kan? Udah mulai blue? Belum... Masih panjang...

Sebagai sesama yang kehilangan Kizuki, Watanabe sering menghabiskan waktu dengan Naoko, meski nggak banyak bicara. Lalu mereka berdua saling jatuh cinta. Cuma tiba-tiba Naoko menghilang dan lalu ada kabar kalo Naoko dirawat di sebuah sanatorium, jauh dari Tokyo. Dan ketika akhirnya Watanabe berhasil mengunjunginya, dia juga berkenalan dengan Rieko. Seseorang yang menjadi sahabat dan orang kepercayaan Naoko selama ada di sanatorium ini.

Ketika Naoko berada di sanatorium, Watanabe berkenalan dengan seorang perempuan bernama Midori, yang ternyata mereka sekelas di kelas drama. Seorang perempuan unik, cenderung aneh. Tapi, Watanabe menyukai cara berpikirnya yang ajaib. Midori ini termasuk perempuan misterius, karena di balik keunikan dan keceriaannya, dia menyimpan banyak cerita sedih.

So far, nanti saya ceritakan di bagian spoiler, membaca buku ini benar-benar membuat napas beberapa kali seperti sesak. Mungkin, memang seperti itu ya, perilaku orang Jepang di masa lalu, terutama anak mudanya yang mudah sekali untuk depresi dan menyelesaikannya dengan cara mereka masing-masing, tanpa memikirkan hal lain. *sigh* Dan hati masih bertanya-tanya, apakah mereka masih seperti itu di jaman sekarang? Soalnya, ini settingnya tahun 1960-an.

Oya, meski settingnya tahun 1960-an, saya nggak sulit membayangkannya. Kok, kayaknya nggak jauh dengan tahun-tahun sekarang gitu :D Plus, di sini banyak diceritakan lagu-lagu klasik kesukaan saya, semisal karya Beethoven, Schumbert, Chopin. Juga diceritain tentang beberapa lagu The Beatles, di antaranya Norwegian Wood, yang sering dimainkan oleh Rieko.



Ini tentang tokoh-tokoh di dalam ceritanya. Mendingan ga usah dibuka, sih, kalo belum pernah baca. Sedikit mengandung spoiler :P   
<
Toru Watanabe. Kayaknya, sih, kalo dari penuturan Midori *yang kemudian jadi pacarnya*, dia nggak cakep-cakep amat. Biasa aja. Tapi mungkin, inner-nya asik. Jadi, yah, gampang ditempel perempuan. Walau pun, dia bukan playboy juga. Kenapa? Soalnya, dia bukan tipe perayu gombaler gitu, sih. Cuma, yah, di sini diceritainnya kan, dia sering banget bolak balik bobo ama cewek gitu... Dan bahkan pernah mencampakkan cewek yang pernah dipacarinya sewaktu dia masih SMA.

Cuma kebayangnya sih, dia kayaknya karismatis. Tsaaaah! Ada kelakuan yang bikin saya sempat "suka" sama Watanabe. Yaitu, di adegan sewaktu dia nemenin ayah Midori di rumah sakit. Ayah Midori yang nggak mau makan apa pun, malah mau makan timun, karena kayaknya cara Watanabe makan tuh enak banget. Timun, setelah dibersihin, dibungkus pake nori terus dicocol ke semacam saus gitu. Nah, nggak cuma ayah Midori yang jadi kepingin, malah... Saya pun pengen juga... X))

Naoko. Watanabe kenal Naoko, karena Naoko ini pacaran dengan Kizuki, sahabatnya. Setelah kematian Kizuki, Naoko banyak menghabiskan waktu dengan Watanabe, sampai akhirnya mereka sempet "bobo-bobo senang" sekali. Setelah kejadian itu, Naoko menghilang. Nggak pernah muncul lagi. Dan ini membuat Watanabe ketakutan. Dia berusaha mencari Naoko, menghubunginya ke rumah orangtuanya. Dan akhirnya, ada kabar bahwa Naoko ada di sanatorium.

Sewaktu Watanabe berhasil mengunjunginya di sanatorium, Naoko akhirnya bercerita bahwa dia mengalami depresi berat. Dan ternyata, hidup Naoko ini dibayangi ama dua kejadian bunuh diri. Ish... Selain Kizuki yang ditemukan sudah dalam keadaan tak bernyawa, sewaktu dia masih kecil, dia pun menemukan kakak perempuan kesayangannya dalam keadaan tergantung. -____-"

Rasanya desperating banget, ya, jadi Naoko... Makanya, dia jadi depresi dan butuh treatment. Meski keadaannya begitu, nggak mengurangi rasa cinta Watanabe terhadap Naoko. Dan dia pun berjanji akan menunggu Naoko. Bahkan ngajak Naoko pindah ke rumah kontrakannya. Meski akhirnya nggak pernah kesampaian.

Rieko. Dia ini nggak kelihatan kayak orang sakit, padahal dia tuh pasien di sanatorium itu. Kata Rieko juga, pasien ama dokter di sana mirip. Saling bantu, saling peduli. Jadi, nyaris nggak kelihatan bedanya. Masalah Rieko yang membuatnya jadi pasien di situ di antaranya adalah dia pemain piano sewaktu kecil dan akan masuk kompetisi, ketika tiba-tiba salah satu jarinya tidak berfungsi dengan benar. Akhirnya dia melupakan impian jadi pianis profesional. Dia mulai depresi waktu itu. Sampai besar dan kemudian menikah.

Ketika dia udah nyaris sembuh dari depresi dan mulai berkarir menjadi guru piano, dia malah diabuse sama seorang murid perempuannya yang masih ABG, tapi justru berita yang beredar di lingkungannya Rieko-lah yang lesbian dan meng-abuse muridnya. Meski suaminya percaya bahwa kabar itu salah, tapi dia udah keburu stres. Mana permintaannya buat segera pindah nggak dikabulkan suaminya, karena karir suaminya lagi bagus. Dia pun cerai dan akhirnya jadi pasien di sanatorium itu, selama 8 tahun.

Midori. Cewek ini unik banget. Ceria, banyak menyembunyikan kedukaannya. Dia sempat berbohong pada Watanabe, bahwa ayahnya sedang berada di Uruguay. Padahal, ayahnya sedang mengalami sakit yang sama dengan almarhum ibunya. Keunikannya ini bikin dia justru dekat dengan Watanabe. Meski tadinya Watanabe nggak suka-suka amat, karena hatinya udah buat Naoko, kan. Cuma, Watanabe bisa banget memosisikan dirinya sebagai sahabat Midori.
>

Over all, saya suka ceritanya. Suka settingnya. Suka elemen penceritaannya. Suka suasananya yang Jepang banget. Ya eyalaaah... settingnya di Jepang, penulisnya juga orang Jepang... =)) Meski ada banyak info mengenai Jepang di dalamnya, saya sih nggak merasa digurui. Dibawa mengalir aja gitu... Meski bernuansa gloomy, tetep suka.

Bagaimana dengan "kipas"? Lebih kipas dari FSOG, sih, kata saya mah... Hahahaha... Mungkin karena nggak dituturkan in a porn way, jadi yah, kerasanya biasa aja. Cuma, yeah, lumayan bikin gerah, kok. Kalo kata si aki, nanti ada buku kulkas, bukan buku kipas lagi. Tenang aja, menurut saya, Norwegian Wood masih masuk kategori buku kipas atau AC. Belum ke kulkas, kok... X))

Jadi, untuk pengalaman saya pertama kalinya baca karya Haruki Murakami, saya terkesan dan suka. Bintang 4 layak, lah... ^_^

Postingan ini juga didedikasikan untuk



Lalu sekarang, bagian ketiga yang juga bagian terakhir: 
[2013 - RC Books in English] April's Link Post

Ya, silakan memasukkan link teman-teman. Mohon maaf, saya belum sempat blogwalking. Tapi, setelah urusan saya selesai, saya akan segera meninggalkan komentar. Kemungkinan besar, sih, saya mau bikin giveaway sehubungan dengan challenge ini. Nanti saya rencanakan dulu konsepnya gimana. Soalnya, bulan ini mau ikut bloghop giveawaynya BBI. Nantikan kabar berikutnya, ya...

Terusin baca - [2013 - RC Books in English] April's Link Post dan [Review] Norwegian Wood