I do my apologize for this super late post. I was very busy these days. Too many things to do that needed my energies and times, but I had only small capacity of energies and times. Sigh.
I still need more time to blog walk and haven't done all of that yet. I'm very sorry. So, I haven't decided who's gonna be the winner yet.
I'm preparing for the Master Post of 2014 Books in English Reading Challenge too, in a new format.
Here is my 2013 Books in English Reading Challenge recap:
I didn't read all the books as I planned. I only read 5 books from 17 books I planned in Master Post. As I said in advance, things would be happened through the year, so you don't have to be sticked to the rule or plan you've made. You can change your mind on the way :D
But to gain 12 books as I targeted, I read other books because I was interested on the blurbs or others' review. They are:
8. One Amazing Thing - Chitra Banerjee Divakaruni (passed but I haven't written review yet)
9. There's a Wocket in My Pocket - Dr. Seuss (but it can't be counted in my 2013 Books in English RC, of course :D)
I totally read only 13 English books then. Hahahaha... I passed it but it's still didn't reach my total goal :D
I really enjoy this challenge and the new challenge will go on.
What about you? I'm waiting for your story. Put your recap post on the link below. I also hope that you'd tell me about how you feel when you join this challenge. If you have any suggestions, please let me know... I will open the link until 27th February 2014.
Thank you so much for joining my 2013 Books in English Reading Challenge. I love you all and see you in the 2014 Books in English Reading Challenge...
Diterbitkan oleh: Knopf Books for Young Reader, 14 Februari 2012
ISBN: 978-037-589-9881
Jumlah halaman: 314 halaman
Format: e-book
Bahasa: Inggris
Genre: Young Adult, Realistic Fiction, Childrens - Middle Grade, Fiksi Kontemporer, Book Club, Family, Academic, Young Adult - Teen
Status: Punya. Dan pengen punya paperbacknya
I won't describe what I look like. Whatever you're thinking, it's probably worse. August
Pullman was born with a facial deformity that, up until now, has
prevented him from going to a mainstream school. Starting 5th grade at
Beecher Prep, he wants nothing more than to be treated as an ordinary
kid—but his new classmates can’t get past Auggie’s extraordinary face. WONDER, now a #1 New York Times
bestseller and included on the Texas Bluebonnet Award master list,
begins from Auggie’s point of view, but soon switches to include his
classmates, his sister, her boyfriend, and others. These perspectives
converge in a portrait of one community’s struggle with empathy,
compassion, and acceptance. (dari Goodreads)
Lalu Bunda mulai baca. Sayangnya, nggak seperti yang diperkirakan. Adaaaa aja distraksi yang membuat Bunda lama banget menyelesaikan baca buku ini. Jadi semakin mempertanyakan kemampuan Bunda dalam membaca sepanjang tahun ini. Turunnya kok makin mengenaskan begini, ya? #iyainicurhat
Oke, seperti kata sinopsis di atas, buku ini bercerita tentang August Pullman atau Auggie, yang mengalami deformed face sejak lahir. Walau sudah dilakukan banyak operasi untuk memperbaiki bentuk wajahnya, tetap saja dia mirip alien. Membuat semua orang yang melihatnya pertama kali takut. Dan buku ini bercerita tentang pengalaman Auggie memasuki middle school, yang mana ini pertama kalinya Auggie masuk ke sekolah resmi. Sekolah di mana ada gedung berisikan ruang kelas, auditorium, laboratorium, loker, kantin, guru, kepala sekolah, teman-teman sekelas, dan masih banyak lagi.
Sebelumnya, Auggie bersekolah di rumah alias home schooling. Ibunya yang menjadi gurunya. Auggie terpaksa home schooling karena jadwal operasinya yang memakan waktu sekolah. Meski begitu, Auggie bukan anak yang bodoh. Dia bahkan tertarik pada science subject.
Sebagai anak dengan deformed face, tentu dia mengalami banyak hal. Terutama reaksi orang-orang sekitar setiap melihat wajahnya. Dan Auggie sebetulnya sudah terbiasa dengan hal-hal seperti itu. Tepatnya, dia berusaha membiasakan diri. Auggie punya kakak, ibu, dan ayah yang sayang padanya. Dan itu bisa menjadi salah satu kekuatan Auggie menghadapi semuanya.
Buku ini disampaikan dalam berbagai PoV. Baik itu dari sisi Auggie sendiri, Via (kakak Auggie), Justin (pacar Via), Miranda (sahabat Via), Jack (teman sekelas Auggie), juga Summer (teman sekolah Auggie yang sering bersamanya di saat istirahat makan). Masing-masing PoV terkait satu sama lain, tapi alurnya ga terlalu jauh mundur, sehingga meski buku ini mirip puzzle, kita tetap bisa menikmati buku ini, walau berbeda sudut pandang.
Di sini diceritakan gimana pertama kalinya Auggie ditawari untuk bersekolah di sekolah formal oleh orangtuanya. Kita bisa merasakan kegalauannya. Kekhawatirannya untuk menapaki dunia baru. Pengalaman hari pertama di sekolah barunya. Gimana perasaannya sewaktu dia menemukan fakta bahwa orang yang dia kira best friend-nya ternyata bersandiwara. Cuma suruhan Mr. Tushman, kepala sekolahnya.
Semua karakter di buku ini adorable. Auggie yang bikin Bunda pengen meluk. Mom dan Dad-nya yang keren. Via yang yeah, meski abege dan sempat labil, tapi dia kakak penyayang. Daisy, anjing mereka yang adorable. Justin yang ternyata punya sifat melindungi. Summer yang unyu. Jack yang setia. Mr. Tushman yang wow! Beliau ini mengingatkan Bunda pada pak Kobayashi di cerita Totto Chan.
Meski begitu, nggak semua karakter di sini adorable, sih. Ada Justin dan ibunya yang bikin pengen lemparin kulit pisang. Ke ibunya, sih. Soalnya, ibunya Justin ini ngingetin Bunda ke Malcius Malfoy. Kenapa, ya, dewan sekolah itu, kok, isinya orang songong semua? Atau karena mereka songong, makanya dijadiin dewan sekolah? Kalo ya, crap banget!
Ada anak bernama Eddie yang perlu diajari sopan santun. Perlu diajari empati. Kemungkinan besar, dia berasal dari keluarga yang nggak pernah punya kasih sayang di dalamnya. Karena, untuk menumbuhkan empati pada orang lain, harus dibangun di dalam keluarga dulu. Keluarga itu rumah segala perasaan, kok...
Setiap chapter dalam buku ini hanya satu-tiga halaman. Nggak lebih. Dan ini yang membuat cerita mudah dicerna. Penggunaan kalimatnya nggak bertele-tele. Meski to the point, cara penceritaannya berhasil membangun emosi pembaca. Nggak salah emang, kalo buku ini memenangkan berbagai award. Karena emang buku ini keren banget. Dapet banget emosinya. Dan ada banyak quote yang pantas menenangkan hati kita.
Ini Bunda kumpulin quote-nya. Bunda mau bikin bookmark dengan quote ini.
The things we do are like monuments that people build to honor heroes
after they've died. They're like the pyramids that the Egyptians built
to honor the pharaohs. Only instead of being made out of stone, they're
made out of the memories people have of you. That's why your deeds are
like your monuments. Built with memories instead of with stones. - Auggie
"Sometimes you don't have to mean to hurt someone to hurt someone", said Veronica, Jack's baby sitter
Do people look the same when they get to heaven?"
“I don’t know, sweetie.” She sounded tired. “They just feel it. You
don’t need your eyes to love, right? You just feel it inside you. That’s
how it is in heaven. It’s just love, and no one forgets who they love.
Dan masih ada lagi. Nanti Bunda masukkan ke bookmark dan Bunda jadiin freebies ^_^
Akhirnya, nambah satu lagi, deh, wish list Bunda. Worth it to collect, kok. Walau kavernya (meski representatif) kurang catchy :D
Tentang penulis:
R.
J. PALACIO lives in NYC with her husband, two sons, and two dogs. For
more than twenty years, she was an art director and graphic designer,
designing book jackets for other people while waiting for the perfect
time in her life to start writing her own novel. But one day several
years ago, a chance encounter with an extraordinary child in front of an
ice cream store made R. J. realize that the perfect time to write that
novel had finally come. Wonder is her first novel. She did not design
the cover, but she sure does love it. (copas dari Goodreads)
Status: Punya. Trus lagi pre-order juga di Bookdepository, seperti diceritakan di sini
Eleanor is the new girl
in town, and she's never felt more alone. All mismatched clothes, mad
red hair and chaotic home life, she couldn't stick out more if she
tried. Then she takes the seat on the bus next to Park. Quiet, careful
and, in Eleanor's eyes, impossibly cool, Park's worked out that flying
under the radar is the best way to get by. Slowly, steadily, through
late-night conversations and an ever-growing stack of mixed tapes,
Eleanor and Park fall in love. They fall in love the way you do the
first time, when you're 16, and you have nothing and everything to lose
.. Set over the course of one school year in 1986, Eleanor and Park is
funny, sad, shocking and true - an exquisite nostalgia trip for anyone
who has never forgotten their first love.
Halo, Kakak Ilman dan Adik Zidan...
Sebetulnya, Bunda ga tau mau review apa dengan buku ini. Yang jelas... Bunda tersepona banget sama cerita di buku ini. Terutama, Bunda tersepona dengan karakter cowok yang bernama Park Sheridan. Lah, kok, namanya agak mirip dengan nama adek Zidan, ya? *maksaaaa*
Ceritanya, Park ketemu dengan Eleanor, yang murid baru ketika itu, di bis sekolah. Sewaktu baru naik, Eleanor ini kayak "raksasa" gitu keliatannya. Badannya tinggi besar *kayaknya montok banget*, wajahnya penuh bintik dan rambutnya merah kayak api. Seketika itu, dia langsung nggak disukai karena penampilannya oleh teman-teman sebisnya. Tapi, Park nggak bersikap lain. Dia sih biasa aja. Untuk beberapa pelajaran, Park sekelas dengan Eleanor. Di antaranya pelajaran Bahasa Inggris. Dan Eleanor langsung jadi idola guru Bahasa Inggris.
Suatu ketika, Park memperhatikan, Eleanor kayak memandangnya. Sebenernya bukan. Setelah diperhatikan lagi, ternyata Eleanor lagi baca komik yang dibawanya. Sejak saat itu, Park menaruh komik yang dia maksud pinjamkan ke Eleanor, di bangku tempat Eleanor duduk. Lucunya, mereka tetap nggak bicara satu sama lain. Cuma minjemin, terus ntar Eleanor balikin bukunya. Lucu, yaaa...
Trus ada momen, yang bikin Bunda merinding ngebayanginnya saking romantisnya, Park masangin headset ke telinga Eleanor, supaya Eleanor dengerin musik yang lagi didengerin Park. Ketika mereka mulai berbicara satu sama lain, Park bahkan bikinin kompilasi musik di kaset tersendiri. Juga minjemin walkman ke Eleanor. Kyaaaa... soooo sweeeeet!
Eleanor & Park mengambil setting tahun 1986, di Omaha, Nebraska.
Dengan settingan tahun itu, masih musim kaset dan walkman. Jadi, yang diceritain ya kaset dan tape, juga walkman. Walkman itu biasanya pake batre kecil AA, dua buah. Yang kekuatannya cuma beberapa jam aja. Kalo rajin tekan Rewind, ya paling cuma tiga jam tahannya. Nggak kayak sekarang, yang semua gadget dengerin musik bisa dicharge. Dulu, kalo ga punya batre, terus ga punya duit... ya wassalaam.
Jadi inget, Bunda juga dulu suka bikin kompilasi musik dalam kaset. Kayaknya pernah cerita di sini, deh, ya, sampai dibisnisin segala. Hahaha...
Balik lagi ke apa yang bikin Bunda terpesona dengan Park... Dia nggak seperti cowok kebanyakan yang mementingkan fisik. Dengan fisik Eleanor yang katanya ajaib itu, Park tetep suka. Kadang, Park berpikir, apakah Eleanor emang pengen terlihat jelek? Park berasal dari keluarga yang hangat. Ibunya seorang Korea, makanya Park berwajah Asia. Kalo mau dijelasin lagi, mungkin berwajah Asia Timur, kali, ya. Dan bukan Oriental. Sebab, Oriental itu buat makanan. Gitu kata buku ini.
Park punya ayah dan ibu yang hangat dan perhatian. Nenek dan kakek dari pihak ayahnya juga begitu hangat. Pokoknya bertentangan banget dengan keadaan keluarga Eleanor, deh.
Sementara itu, Eleanor berasal dari keluarga broken home. Ibunya bercerai, tapi punya anak lima. Terus menikah lagi dengan seorang pemabuk, pemarah juga kasar. Bahkan, Eleanor pernah terusir sampai tinggal di rumah tetangganya. Bukan tinggal bersama ayah kandungnya. Entah demi apa, ibunya sepertinya sangat berusaha supaya suami barunya ini nggak pernah marah. Padahal, Eleanor sangat membenci Richie.
Singkat cerita, mereka berdua, Park dan Eleanor jadian. Ibu Park sempat nggak suka, tapi pas tahu gimana latar belakang Eleanor, bahkan ibu Park mengundang Eleanor untuk sering datang ke rumah mereka.
Cerita kisah manis mereka tiba-tiba berubah ketika akhirnya Eleanor tahu siapa yang suka menulis di balik buku Matematikanya dengan kata-kata menjijikkan, lebih ke melecehkan Eleanor. Semula, Eleanor mencurigai Tina, salah satu cewek populer di sekolahnya. Sebab, Tina ini suka menghina dia.
Jadiiii.... Sungguh! Bunda jatuh cinta sama Park! Baca buku ini, bikin Bunda tersipu-sipu sendiri. Tertawa. Dan jatuh cinta! Kok, malah Bunda yang kasmaran, sih? Yeah! Congratulations, Sheridan Park! You're my first book boyfriend now. And also, your dad. He's my second book father now, after Atticus.
Cuma, yang sama sekali nggak nyangka, ending buku ini. Bikin pengen banting e-book reader. Nggak jadi, sih. Buktinya, tetep pre-order paperbacknya. Walau lama. Hahaha...
Oke...
Ini sebagian kata-kata Park yang bikin....
"I don't like you. I need you."
"Nothing before you counts," he said. "And I can't even imagine an after."
"I look like a hobo?" "Worse," he said. "Like a sad hobo clown." "And you like it?" "I love it." As soon as he said it, she broke into a smile. And when Eleanor smiled, something broke inside of him. Something always did."
Mau nggak gedebuk in lap gimana, coba?
Ya udah. Bunda ga mau bahas lebih jauh. Ini aja berusaha menajamkan otak, biar bisa cerita serileks mungkin. Ternyata, kalo udah menyangkut Park... susah!
Note:
Eleanor and Park adalah buku pertama yang jadi bahan baca bareng Grup Spank. Nantikan postingan baca bareng bulan berikutnya, ya...
Diterbitkan oleh: Puffin Books (Penguin Groups), 2001
Jumlah halaman: 231 halaman
ISBN: 0-141-31136-3
Status: punya. beli seken di BukuMoo
Genre: Fantasy, Children, Classics
Matilda's parents have called her some terrible things. The truth is, she's a genius and they're the stupid ones. Find out how she gets the better of them and her spiteful headmistress, Miss Trunchbull, as well as discovering that she has a very special power. (dari kaver belakang buku)
Halo, Kakak Ilman dan Adik Zidan...
Aduh... Bunda baru sadar, kalo ini udah tanggal 20-an dan linky buat Books In English Reading Challenge belum Bunda buka...
Maafkan, ya, buat semua peserta Books In English Reading Challenge... :(
Belakangan lagi hectic banget, terus ga kekontrol, deh jadinya..
Tapi tenang aja. Penilaian semua link yang masuk bukan berdasarkan tanggal kapan baca, kok. Jadi, walaupun masukin review bulan Januari di linky Juni pun tak apa-apa...
Kalo ada yang nanya, ih, kok challenge-nya nyantei gitu?
Menurut Bunda, nggak semua orang pintar berbahasa Inggris. Nggak semua orang sanggup baca buku berbahasa Inggris dalam waktu sebentar. Makanya, bikin aturan challengenya juga nggak terlalu maksa. Cuma, tetep, kenapa ada hadiah, karena emang harus buat review dan masukin linknya di linky.
Setiap host challenge bebas-bebas aja, kok, dalam bikin aturan challenge.. Hehehe..
Nah, udah, ya...
Matilda ini Bunda baca dua kali. Pertama kali dulu banget, baca terjemahannya, hasil pinjaman. Trus, Bunda pernah nonton filmnya juga, walau ga dari awal. Maklum, nontonnya lewat channel tipi, taunya udah setengah jalan baru lihat.
Terus, di BukuMoo ada stok Matilda, Bunda jadi kepingin punya. Iya, buku-buku itu kan nantinya akan Bunda wariskan buat anak-anak Bunda... ^^;
Sekarang, Bunda mau cerita soal kesan Bunda tentang Matilda...
Matilda Wormwood lahir dari keluarga berkecukupan. Ayahnya punya perusahaan Wormwood Motor Company, yang bergerak di bidang jual beli mobil bekas. Ibunya termasuk sosialita, suka bergaul dan main kartu. Karena kakak Matilda, Michael juga sibuk, Matilda sering kesepian di rumah.
Matilda mulai belajar membaca lewat koran yang dibaca ayahnya. Juga buku resep punya ibunya. Lama-lama, Matilda mulai haus akan membaca, sementara orangtuanya nggak suka baca buku apalagi punya buku di rumah untuk dibaca - selain buku masak, tentu saja, dia mulai mencoba datang ke perpustakaan setempat. Semula, Mrs. Phelps, pustakawan di perpustakaan itu, tertegun karena melihat Matilda datang sendirian, tanpa orangtua. Bayangkan, anak sekecil itu. Ternyata, pada akhirnya, justru Mrs. Phelps lah yang meminjamkan Matilda banyaaaaak sekali buku yang dengan cepat dilahap oleh Matilda.
Kemudian, Matilda mulai bersekolah. Kemampuan Matilda akan banyak hal membuat Miss Honey, guru kelasnya terkesima, sehingga memberanikan diri untuk menemui Miss Trunchbull, kepala sekolah tempat Matilda bersekolah, yang mengerikan. Miss Honey bermaksud ingin memindahkan Matilda ke kelas yang lebih tinggi, karena kemampuan Matilda membuatnya nggak cocok berada di kelasnya. Matilda butuh kelas yang lebih tinggi supaya kemampuan Matilda bisa terus terasah. Karena ditolak dan justru membuat Miss Trunchbull marah, akhirnya Miss Honey berusaha untuk mengajari Matilda sendiri di kelas, dibedakan materinya dengan teman-temannya yang baru bisa mengeja.
Iya, Miss Trunchbull, meski dia kepala sekolah dasar, dia tidak suka anak-anak dan sering menyakiti anak-anak. Bahkan dia menebar kebencian di hati anak-anak terhadap dirinya. Miss Trunchbull suka memakai kekerasan dalam mengajar anak-anak. Sementara Miss Honey mengajar dengan lembut dan penuh kasih sayang, sehingga Miss Honey disukai oleh murid-muridnya.
Matilda akrab dengan Miss Honey, sampai suatu ketika Miss Honey mengundang Matilda main ke rumahnya. Matilda merasa miris dengan keadaan Miss Honey, apalagi ketika tahu bagaimana keadaan ekonomi Miss Honey sebenarnya dan siapa yang merampas kebahagiaan Miss Honey. Dengan sebuah kekuatan, Matilda melakukan suatu hal yang membuat Miss Honey mendapatkan kembali harta bendanya.
Lalu... ini pendapat Bunda tentang Matilda.
Ah! Bunda iri sama kehebatan Matilda...
Belum umur lima tahun, dia udah mampu baca banyak buku klasik.... Bunda belum pernah baca buku karya Charles Dickens, Charlote Bronte atau siapa lagi, ya? Yang semuanya terkenal. Belum pernah. Huhuhu...
Ternyata, walaupun memiliki ayah yang sering membentaknya, Matilda tidak goyah. Kecerdasan Matilda tidak berubah, meski ayahnya sering mengatainya, "bodoh", "pembohong", dan lain-lain. Meskipun orangtua Matilda tidak suka buku, Matilda mampu melahap banyak buku. Matilda tidak terpengaruh oleh keluarganya yang nggak suka baca buku, untuk tetap membaca buku.
Pesan yang mau disampaikan oleh Roald Dahl lewat cerita ini, menurut Bunda, antara lain adalah... walaupun kalian (misalnya) punya orangtua yang nggak suka baca buku, bukan berarti kalian tidak perlu suka membaca buku. Gara-gara membaca buku lah, Matilda punya pengetahuan yang sangaaaaaat luas. Mampu menjawab banyak hal. Selama hal itu baik dan belum ada contohnya, lakukanlah.
Pesan lain Roald Dahl lewat Matilda adalah: "membacalah, kalian akan pintar". Kalian tahu, kan, ayat pertama yang Allah turunkan adalah "iqra". Iqra berarti membaca. Nah, kalo Allah saja sudah menyuruh kita membaca, maka bacalah. Membaca itu meluaskan wawasan kita. Syukur-syukur kita bisa berbagi pengetahuan karena kita membaca. Cuma, Bunda berpesan. Kalian nggak perlu pamer udah baca apa aja. Kalian nggak perlu menertawakan atau mengejek orang lain yang nggak belum suka membaca. Rekomendasikan bacaan apa yang menurut kalian bagus, dengan bahasa yang baik.
Oya, ada lagi, nih, pesan lain yang Bunda tangkap di sini. Kejahatan nggak harus dilawan dengan kejahatan lagi. Dalam hal ini, Matilda berusaha melawan Miss Trunchbull, tapi dia nggak mengatakan hal-hal yang buruk pada Miss Trunchbull. Dia hanya menggunakan kecerdasannya untuk membalas kejahatan Miss Trunchbull.
Ah, Bunda makin kagum dengan kakek Roald Dahl. Bunda sangaaaat berterima kasih pada Kakek Roald Dahl yang udah bikin banyak cerita mengagumkan, seperti cerita Matilda ini. Bintang limapun rasanya nggak cukup untuk menyampaikan kekaguman Bunda pada beliau....
Kim's gang had better watch out! Because Tanya's my friend now, and she'll show them!
Mandy has been picked on at school for as long as she can remember. That's why she is delighted when cheeky, daring, full-of-fun Tanya picks her as a friend. Mum isn't happy - she thinks Tanya's a BAD GIRL and a bad influence. Mandy's sure Tanya can only get her out of trouble, not into it... or could she? (from back cover)
Halo, Kakak Ilman dan Adik Zidan...
Walau Bunda ngumpulin e-book Jacqueline Wilson, jujur aja, baru dua yang dibaca. *sigh*
Kenapa Bunda suka buku-buku bu Jacqueline Wilson? Bukunya cewek banget. Hehehe...
Gaya bu JW agak mirip lah dengan gaya bu Ono Eriko dalam menyampaikan cerita. Bedanya, kalo bu Ono kan pake komik, kalo bu JW pake cerita dalam bentuk novel.
Bad Girls ini tentang apa, Bun?
Ada gadis bernama Mandy White yang selalu jadi sasaran empuk bullying teman sekelasnya, Kim. Nggak hanya itu, Kim bersekongkol dengan Melanie, yang dulu pernah jadi sahabat karib Mandy dalam bullying ini.
Suatu ketika, Mandy tidak melihat jalan dan dia tertabrak bus. Hal ini membuat ibunya protes pada gurunya, bullying sudah membuat Mandy celaka.
Di saat masa istirahat pemulihan dari kecelakaan itu, Mandy kenalan dengan gadis berpenampilan aneh, bernama Tanya, yang ternyata usianya nggak terlalu jauh. Yah, keliatannya, Tanya bukan gadis baik-baik kalo dari penampilannya.
Setelah berakrab ria dengan Tanya, ibu Mandy justru resah. Pertama, karena ibu Mandy tidak suka penampilan Tanya, berikutnya, karena Tanya nggak jelas latar belakangnya. Ibu Mandy khawatir kalo Tanya justru akan memberi pengaruh pada Mandy yang cerdas.
Dan memang, sih, ada beberapa perilaku Tanya yang justru melibatkan Mandy dalam masalah. Hanya saja, itu tidak membuat rasa sayang Mandy terhadap Tanya luntur, karena Tanya-lah yang tulus padanya.
So far, ceritanya begitu seru dan menakjubkan. Banyak kejutan yang nggak Bunda sangka ada di dalam cerita ini. Bullying, apapun bentuknya, bukanlah perbuatan baik dan menyenangkan.
Bunda mau kutip kalimat yang diucapkan guru kelas enam Mandy, Miss Moseley, ketika mereka membuat lingkaran di kelas, membahas bullying.
"And I think we have to try to work out why people bully. Then we can maybe stop it before it gets too much of a habit. So. Why do you think people bully?"
"Are bullies happy people?"
"Think about when you're very very happy. Say it's your birthday and all your family and friends have given you a big hug and some lovely presents and you feel really great. Now, do you want to hurt anyone when you're in that short of situation?"
"Of course not, you just want to be nice to people. But suppose you've had a really bad day and got into trouble at school and your friends got off with someone else and your mum and dad are cross and they've given you little sister a treat and yet they just tell you off... Do you want to be nice to people now? Or do you feel like being nasty?"
"No-one ever asks to be bullied. But you're right, sometimes people get bullied because they're stupid. Though that's not a very kind word. People can't help it if they're not very bright. And that's a terrible reason for bullying someone, just because they're not clever."
"And other times someone can get bullied because they're ever so clever. Say they come top of the class and the bully doesn't like it because they're clever too and they want to be top."
"The big baboon screams a lot and bites all the little ones. All the other big baboons copy, screeching and scratching for fleas. Now, no-one here in my class wants to act like a bully baboon with a bright red bottom, do they?"
Nah. Kalo Kakak Ilman dan Adik Zidan menjadi saksi bullying, laporkan. Kalo kalian juga jadi korban bullying, ngomong ke Bunda atau Papa, ya... Kita harus hentikan semua bentuk bullying. Bunda pengen kalian berdua tahu, Bunda akan memerangi semua bentuk bullying...
Love you, kiddos...
diposting untuk ikut Fun Year Event with Children's Literature
Oh! Anyway by the way busway! Bunda punya freebies buat teman-teman Bunda berupa bookmark yang bisa diunduh!
A gleeful and exhilarating tale of global conspiracy, complex code-breaking, high-tech data visualization, young love, rollicking adventure, and the secret to eternal life—mostly set in a hole-in-the-wall San Francisco bookstore
The Great Recession has shuffled Clay Jannon out of his life as a San Francisco Web-design drone—and serendipity, sheer curiosity, and the ability to climb a ladder like a monkey has landed him a new gig working the night shift at Mr. Penumbra’s 24-Hour Bookstore. But after just a few days on the job, Clay begins to realize that this store is even more curious than the name suggests. There are only a few customers, but they come in repeatedly and never seem to actually buy anything, instead “checking out” impossibly obscure volumes from strange corners of the store, all according to some elaborate, long-standing arrangement with the gnomic Mr. Penumbra. The store must be a front for something larger, Clay concludes, and soon he’s embarked on a complex analysis of the customers’ behavior and roped his friends into helping to figure out just what’s going on. But once they bring their findings to Mr. Penumbra, it turns out the secrets extend far outside the walls of the bookstore.
With irresistible brio and dazzling intelligence, Robin Sloan has crafted a literary adventure story for the twenty-first century, evoking both the fairy-tale charm of Haruki Murakami and the enthusiastic novel-of-ideas wizardry of Neal Stephenson or a young Umberto Eco, but with a unique and feisty sensibility that’s rare to the world of literary fiction. Mr. Penumbra’s 24-Hour Bookstore is exactly what it sounds like: an establishment you have to enter and will never want to leave, a modern-day cabinet of wonders ready to give a jolt of energy to every curious reader, no matter the time of day.
Halo, Kakak Ilman dan Adik Zidan...
Seharusnya, Bunda posting ini kemarin, dalam rangka #PostingBarengBBI untuk tema #Buku. Iya, kan, bulan April kemarin tuh ada World Books International Day yang jatuh pada tanggal 23. Cuma, berhubung koneksi internet yang seperti siput melendut, Bunda menyerah. Ditambah kan mesti nyiapin meeting untuk siangnya.
Sebetulnya, Bunda juga bingung kenapa milih buku ini untuk ikut event baca bareng BBI bulan April. Hihihi. Kenal juga nggak, tapi pas nemu e-booknya, malah milih ini. Awalnya sih satu: tertarik sama covernya yang simple namun misterius. Kesannya ga digarap serius supaya menarik. Justru Bunda malah penasaran. Apakah ceritanya sesimpel covernya?
Ternyata nggak! Di dalamnya, Bunda mendapatkan banyak ketegangan #halah dan misteri. Juga pengetahuan baru.
Mr. Penumbra's 24-Hours Bookstore cerita tentang Clay Jannon, seorang desainer web, yang baru saja kehilangan pekerjaan di NewBagel, karena perusahaan ini tutup. Di NewBagel, Clay bekerja sebagai desainer yang membuat tampilan website juga promo kit perusahaan. Karenanya, Clay akrab dengan berbagai macam desain.
Berhubung hidup harus terus berjalan juga dibiayai, mau nggak mau Clay harus mendapatkan pekerjaan, kan? Iya, lah. Dengan bekerja, kita bisa menghasilkan uang untuk menyambung hidup, termasuk bayar sewa apartemen, seperti yang Clay lakukan. Lalu, di sanalah, di Mr. Penumbra's 24-Hours Bookstore, Clay bekerja sebagai clerk sekaligus penjaga toko shift malam.
Unik juga, ya, ada toko buku 24 jam. Biasanya, kan, toko yang buka 24 jam itu semacam toko obat atau apotek. Ini toko buku, lho!
Yang bikin aneh, selain karena buka 24 jam, buku yang dijual di sana juga ga umum. Clay baru menyadarinya ketika ada calon pelanggan masuk toko menanyakan buku biografi Steve Jobs, pendiri Apple Inc. Buku itu tidak tersedia di sana. Sebagai toko buku, tentu saja ini hal yang aneh. Bahkan, Clay hanya menjual beberapa kartu pos saja dari toko ini.
Keanehannya nggak hanya di situ. Pertama, Clay dilarang buka-buka buku yang ada di rak belakang. Dilarang baca pun. Clay menyebutnya "Waybacklist shelf". Kedua, pada jam-jam tertentu di giliran shift Clay bekerja, muncul pelanggan yang datang mengembalikan buku dan meminjam buku lain. Bukunya pun bukan buku biasa. Dan mereka punya kartu anggota dengan kode tertentu.
Akhirnya, Clay terpikir untuk membuat sebuah simulasi model dengan menggunakan software Ruby, di mana dia bisa memperkirakan siapa saja yang akan datang pada jam-jam tertentu. Oya, ada yang terlewat. Clay juga Oliver *yang jaga sebelum Clay*, diwajibkan menulis data pelanggan yang datang dengan ciri mendetail di logbook. Misalnya, pakai baju apa, dan lain-lain. Ternyata, logbook ini kemudian berguna dalam membuat simulasi model itu.
Clay punya cita-cita pengen membuat toko buku tempat bekerjanya ini dikenal orang banyak dan menjadi tempat mampir orang-orang karena menarik. Nggak hanya itu, Clay pun membuat semacam advertising di Google, yang membuatnya bertemu dengan Kat, seorang karyawan Google yang jenius. Pertemuannya dengan Kat-lah yang membuat cerita di buku ini mulai menemukan keseruannya.
Bukan! Bukan kisah kasih Kat dan Clay-nya yang seru. Malah kalo boleh dibilang, hambar banget. Sepertinya, fokus Robin Sloan memang bukan di kisah kasih Kat dan Clay. Melainkan pada pemecahan misteri. Bunda jadi inget serial The Secrets of The Immortal of Nicholas Flammel.
Oke, Bunda nggak mau spoiler, ya. Ini buku wajib kalian baca. Hihi... Dan, gara-gara baca ini, Bunda jadi melakukan beberapa riset, di antaranya mengenai
1. Ruby
Apa itu Ruby? Untuk penggemar perhiasan, ruby adalah batu mulia berwarna merah delima. Biasanya ya dipasang di perhiasan, semisal kalung, cincin atau gelang. Ruby yang diceritakan di sini adalah bahasa pemrograman yang dirancang oleh Yukihiro "matz" Matsumoto. Kelebihan Ruby adalah walau berbasis script, pemrograman ini berorientasi pada obyek.
Apa maksudnya berorientasi pada obyek?
Di Ruby, semua adalah obyek. Setiap informasi dan kode bisa diberi
property dan action. Pemrograman berorientasi obyek memanggil property
dengan nama variabel instan dan action, yang disebut sebagai metode.
Pendekatan murni berorientasi obyek terutama terlihat pada demonstrasi
sedikit kode yang diberikan pada number. (sumber: website Ruby)
Aplikasinya di cerita ini, Clay memasukkan data-data dari logbook. Kemudian setelah dicompile, muncullah visualisasi yang tampak nyata. Misalnya: Fedorov *salah satu pelanggan unik itu* datang jam berapa, pakai baju apa dan apa yang dikatakannya. Di sini, Clay bisa memperkirakan sehabis pinjam buku C, Fedorov akan pinjam buku F. Kurang lebih seperti itu. Maka, ada kejadian, di mana ketika Clay berhadapan dengan satu tamu dalam dua dunia. Satu di dunia nyata, satunya di layar monitor.
2. Typografi
Sewaktu Clay harus "mencuri" salah satu logbook lama demi kepentingan modelling di Ruby, Clay dan Mat membuat tiruan logbook yang "dicuri" itu supaya bisa sama persis. Mat, teman seapartemen Clay, adalah pembuat model. Jadi, membuat tiruan logbook dengan sangat presisi ini membutuhkan ketelitian, termasuk font yang digunakan pada embosan sampul logbook. Yang digunakan di logbook ini adalah Gerritszoon Display.
Sebagai seseorang yang pernah menjadi web designer, tentu Clay sangat akrab dengan berbagai macam font. Clay pun bercerita, sewaktu kuliah, dia pernah dapat tugas membuat font yang akhirnya nggak selesai. Makanya, Clay nggak pernah berani pakai font bajakan, karena tahu susahnya mendesain font. Berhubung font Gerritszoon Display ini ternyata harganya ribuan dolar dan Clay nggak punya uang sebanyak itu untuk membelinya... dia terpaksa mengerahkan salah satu kenalannya, Grumble, untuk mendapatkan bajakannya.
Ternyata proses membuat font rumit juga, ya. Bunda baca di sini dan di sini. Bunda jadi ingat. Salah satu teman Bunda di kantor, pernah cerita, font buatannya yang diupload di sebuah website khusus font mendapat komentar dari seseorang di luar negeri sana. Dia minta ijin buat pakai font karya teman Bunda itu. Dan nanya, kalo dipake buat bikin kaos 50 buah, dia mesti bayar berapa? Teman Bunda kaget, sih. Ternyata font-nya dihargai sebegitunya. Awalnya, dia mau pasang tarif. Tapi, akhirnya, dia memutuskan untuk menggratiskan alias silakan pakai aja, toh, cuma sedikit ini kaosnya dan sudah minta ijin.
Bunda yang selama ini sembarangan pake font buat scrapbook, jadi mikir. Eh, tapi Bunda sih dapat font gratisan, kok. Cuma ga tau juga. Jangan-jangan, gratisannya hasil bajakan, ya? #berpikirkeras. Terus terang, Bunda jadi pengen bikin font sendiri. Nanti Bunda namai font Bunda: Peni Astiti. Hahahahahaha....
Dari teman Bunda ini juga, katanya sih, ada film mengenai typografi ini. Judulnya Helvetica. Mungkin bisa dilihat trailernya di bawah ini... ^_^
3. Aldus Manutius
Manutius disebut-sebut di sini sebagai "leluhur" pemilik toko buku misterius ini. Jadi, Penumbra itu salah satu "murid" Manutius. Karena Bunda kepo, maka Bunda meluncur ke engine search, mencari nama Aldus Manutius.
Aldus Manutius adalah seorang publisher yang mendirikan Aldine Press pada tahun 1495. Aldus juga menciptakan beberapa font, di antaranya Aldine 401, Poliphilus, juga Bembo.
Kesan Bunda terhadap buku ini? Buku ini keren banget, menurut Bunda. Walau nggak disebut setting tahun cerita berlangsung secara pasti seperti di buku yang ngayal edan ini, buku ini up to date banget. Iya, sih, terbit tahun 2012. Cuma semuanya berasa nyata. Bunda sampai googling tuh, penasaran sama yang namanya font Gerritszoon Display itu, yang ternyata hanya rekaan semata. Hahaha. Sebel... -_____-"
Trus, Robin Sloan berhasil membuat Bunda percaya dengan khayalan-khayalan mengenai apa yang akan dihasilkan oleh Google. Seperti Google Smell, mungkin? :P
Pasti kalian bertanya-tanya, terus buku tentang bukunya di sebelah mana? Cuma cerita tentang toko bukunya? Nah... itu dia. Di sini diceritain tentang codex-vitae. Semacam catatan perjalanan hidup seseorang yang bisa menjadikannya immortal. Hihi... Baik Manutius mau pun Penumbra, bahkan punya tuh codex vitae-nya. Dari sini juga, Bunda ngerti soal proses bikin e-book...
Oya, ini adalah quotes yang sempat Bunda abadikan:
"I did not know people your age still read books," Penumbra says. He raises his eyebrow. "I was under the impression they read everything on their mobile phones."
"Not everyone. There are plenty of people who, you know-people who still like the smell of books."
"It is the text that matters, brothers and sisters. Remember this. Everything we need is already here in the text. As long as we have that, and as long as we have our minds, we don't need anything else."
"How can you stay interested in anything - or anyone - for long when the whole world is your canvas?"
"When you read a book, the story definitely happens inside your head. When you listen, it seems to happen in a little cloud all around it, like a fuzzy knit cap pulled down over your eyes."
"It's easy to find a needle in a haystack! Ask the hays to find it!"
Buku ini rekomen buat kalian? Banget! Wajib baca! :D
Suatu hari, si sayah tersinggung sekali dengan ucapan seorang aki Hippo dari Hongkong, waktu itu dia bertanya kepada si Ipin, tentang link review Eleanor and Park. Si sayah kan nanya, "aki nggak nanyain review sayah?" Dia kemudian jawab,...
Saya memulai tahun 2015 ini dengan baca serial Warna karya Kim Dong Hwa. Aduh, mak! Meski komik, tapi isinya sarat makna banget. Bahasanya indah, bikin agak melayang-layang... hihihi...
yang jelas, buku ini saya umpetin dari anak-anak....
tagged:
bintang-5, cover-cakep, dibaca-2015, and korean-literature
denger dari temen yang udah nonton filmnya, sih, The Giver versi buku jauh lebih sederhana ketimbang filmnya yang udah banyak penambahan karakter, dll. Iya, saya belum nonton :D
suka dengan terjemahannya, mudah dikunyah juga dicerna.
r...
Pertamax! *ditabok segoodreads* :))
Waktu mau ngisi rak buku, terkaget-kaget, ternyata buku ini belum masuk di daftar Goodreads. Dengan senang hati, status sebagai Librarian bisa dimanfaatkan buat masukin buku ini. Pas gugling image bua...