Judul: Negeri 5 Menara - Man Jadda Wajada
Penulis: Alif Fikri Ahmad Fuadi
Editor: Mirna Yulistianti
Setting: Rahayu Lestari
Proofreader Danya Dewanti Fuadi
Diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 432 hlm
Cetakan kedelapanbelas (cover film) Juni 2012
ISBN: 978-979-22-8004-3
Status: Punya. Dikasih Secret Santa
Genre: Indonesian Literature, Novel, Religi (Islam)
Seumur hidupnya Alif tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya dilalui dengan berburu durian runtuj di rimba Bukit Barisan, main bola di sawah dan mandi di air biru Danau Maninjau. Tiba-tiba dia harus melintasi punggung Sumatera menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie. Dan setengah hati dia mengikuti perintah ibunya: belajar di pondok.
Di hari pertama di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan "mantera" sakti man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, Alif berteman dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung, dan Baso dari Gowa. Di bawah menara masjid, mereka menunggu Magrib sambil menatap awan lembayung yang berarak ke ufuk. Awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Ke mana impian membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: jangan pernah meremehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.
Halo, Kakak Ilman dan Adek Zidan...
Waktunya untuk mereview buku hadiah dari Secret Santa, nih!
Udah lama buku ini masuk ke rak wish list Bunda. Ada lah sekitar 3 tahunan. Maju mundur terus mau beli apa nggak, karena rata-rata review bilang buku ini mirip Laskar Pelangi. Ah... Bunda tuh antara suka dan nggak suka dengan buku itu. Maksudnya, Bunda nggak selesai baca bukunya. Tapi, Bunda nonton filmnya berulang-ulang. Kemudian, ketika penulis bukunya mulai "ngawur", espektasi Bunda terhadap buku LP turun, anjlok mendadak. Sigh....
Nah, berkat rasa ragu dan review banyak orang, Bunda takut kecewa kalo jadi beli buku ini. Akhirnya Bunda hanya sanggup naruh di rak wish list, sambil berharap, suatu hari akan ada orang baik hati yang menghadiahi buku ini.
Oke. Sekarang Bunda akan cerita sedikit tentang Negeri 5 Menara.
Ada seorang pemuda belasan tahun yang baru lulus Madrasah Tsanawiyah (MT) - setingkat SMP - bernama Alif Fikri yang bercita-cita masuk SMA. Cita-citanya sederhana, memang. Cuma pengen melanjutkan sekolah di SMA. Namun, ibunya memintanya untuk melanjutkan ke Madrasah tingkat lanjut.
Merasa sejak SD, SMP sudah kenyang belajar di sekolah berbau agama, Alif pengen, dong, sesekali belajar di sekolah umum. Gaul gitu. Tapi, ibunya bersikukuh ingin Alif menjadi seorang berilmu agama dan bertugas menyampaikannya kelak. Dan anehnya, biasanya ayahnya bisa membujuk sang ibu, kali ini bahkan beliau mendukung kemauan sang ibu.
Alif mulai memberontak. Pundung, mengurung diri di kamar. Sampai akhirnya dia dapat surat dari pamannya yang cerita kalo beliau punya teman yang bersekolah di Mesir dan berasal dari pesantren Pondok Madani di Jawa Timur. Dari sini, Alif pun mulai berubah pikiran dan dia mau sekolah di pesantren, asalkan di Pondok Madani.
Cerita selanjutnya sih, bisa ketebak, lah, ya, gimana ibunya berat melepas anaknya terus anaknya juga jadi galau karena sekalinya nurutin keinginan ibunya, tapi langsung melesat jauh ke pulau yang belum pernah kebayang di kepalanya seumur hidup.
Terus, ya dilanjutkan dengan cerita mengenai kehidupannya di pesantren.
Sekarang, Bunda ngerti kenapa sebagian orang menganggap cerita ini membosankan, terlalu LP. Karena mungkin ceritanya sama-sama tentang sekolah. Tapi, buat Bunda cerita ini menarik. Penuturannya nggak terlalu mendayu-dayu kayak LP (mungkin itu yang bikin Bunda nggak kuat ngeberesin baca LP), lebih taktis dan sistematis. Hahaha. Yah, gaya bahasa wartawan kali, ya.
Hal lain yang bikin Bunda suka adalah karena Bunda serasa diingatkan akan kehidupan pesantren. Gini-gini, Bunda pernah jadi santriwati spesial selama seminggu, lho. Semua aturan yang ada di Pondok Madani ini mengingatkan Bunda akan Pesantren Gontor yang terkenal itu. Jangan dianggap remeh yang namanya pesantren. Bahkan di sekolah yang tadinya Bunda mau daftarkan Kakak Ilman, kalo mau masuk Gontor, dari kelas 4 sudah mulai masuk kelas penggemblengan supaya siap ikut Ujian Masuk Pesantren Gontor.
Adik-adik mentor Bunda sewaktu di Salman dulu ada beberapa yang sukses jadi santri/santriwati Gontor. Beberapa melanjutkan ke Kuala Lumpur dan negara lain. Tapi ada juga yang DO di tahun kedua, karena melakukan tiga kesalahan fatal yang satu aja bisa dikeluarkan apalagi kalo tiga! Sedih pas denger sih.
Mungkin kalian bertanya-tanya, kenapa, sih, aturan pesantren itu kejam? Sebetulnya bukan kejam. Tapi disipliner. Tidak dibenarkan melakukan kesalahan sekecil apa pun. Karena kesalahan kecil yang dianggap remeh, akan membuat kesalahan yang lebih besar pun diremehkan. Kesalahan kecil itu sebetulnya mirip fenomena bola salju. Semakin dibiarkan menggelinding akan semakin besar. Ketika sudah menghancurkan, barulah orang sadar, bahwa itu adalah kesalahan. Orang baru sadar kalo semua sudah hancur.
Selain itu, semasa SMP, Papa kalian kan bersekolah di pesantren. Hihihi...
Jadi, tentu saja, karena Bunda menyukai cerita dan semua kisah-kisahnya, termasuk kisah curi-curi pandang ngeliat Sarah, anak salah satu ustadz, yang katanya cantiiiiiiik buanget itu, semua serasa mengingatkan Bunda pada masa puber dulu.
Selain itu, yang membuat Bunda suka dengan cerita ini, hampir di setiap halamanya membuat tergelak. Bunda membayangkan keluguan pemuda ABG yang punya kehidupan yang sama selama 24 jam sehari selama berbulan-bulan. Intinya, Bunda menikmati cerita Negeri 5 Menara ini, walau banyak yang ummm... grammar-nya mesti diperbaiki.
Semisal, di surat Randai untuk Alif, ada kata "disini" yang mestinya kan "di sini"
Atau kata "mengkilap" yang mestinya "mengilap", dan seterusnya.
Sayang aja, sih. Agak mengganggu. Atau Bunda aja yang keganggu? Hahaha... Padahal kan ada editornya. Plus, ini Gramedia, loh. Penerbit besoaaaaar...
Tadinya mau kasih 5 bintang. Tapi, karena cara nulisnya gitu, nggak semuanya sesuai kaidah penulisan dalam Bahasa Indonesia, Bunda kepaksa nurunin satu bintang... huhuhuhu...
Selain itu, yang membuat Bunda suka dengan cerita ini, hampir di setiap halamanya membuat tergelak. Bunda membayangkan keluguan pemuda ABG yang punya kehidupan yang sama selama 24 jam sehari selama berbulan-bulan. Intinya, Bunda menikmati cerita Negeri 5 Menara ini, walau banyak yang ummm... grammar-nya mesti diperbaiki.
Semisal, di surat Randai untuk Alif, ada kata "disini" yang mestinya kan "di sini"
Atau kata "mengkilap" yang mestinya "mengilap", dan seterusnya.
Sayang aja, sih. Agak mengganggu. Atau Bunda aja yang keganggu? Hahaha... Padahal kan ada editornya. Plus, ini Gramedia, loh. Penerbit besoaaaaar...
Tadinya mau kasih 5 bintang. Tapi, karena cara nulisnya gitu, nggak semuanya sesuai kaidah penulisan dalam Bahasa Indonesia, Bunda kepaksa nurunin satu bintang... huhuhuhu...
Eh, ini ada quote favorit yang Bunda sukaaaa banget. Jleb, deh! Ini kata-kata senior Alif di Pondok Madani, sewaktu ada seorang ayah bertanya, kapan belajar agamanya?
Di Madani, agama adalah oksigen, dia ada di mana-mana.
Dan karena yang Bunda punya saat ini berkaver edisi film, maka Bunda akan kasih lihat trailer filmnya.
Ini sekilas mengenai Ahmad Fuadi:
Nah. Udah, ya. Urusan review kelar. Sekarang kita bahas mengenai siapa Secret Santa Bunda. Di posting yang lalu, ada clue penentu yang sengaja nggak Bunda keluarkan. Karena, Bunda ingin teman-teman Bunda bisa menebak hanya dari depannya aja. Ternyata nggak ada yang bisa menebak kalo nggak ada clue "dahsyat" yang langsung menunjuk hanya pada satu nama saja.
Sebetulnya, kalo Bunda boleh jujur, Bunda belum pernah baca karyanya. Jadi, walau ada clue begini tetep aja nggak dhong. Tapi, hari itu, pas Bunda dapet paket dari Santa, Bunda kebeneran banget buka grup pesbuk BBI dan ternyata SS Bunda baruuuuuu aja posting di sana. Ngeliat profile picture-nya langsung ke clue! Wah! Ini sih... kayak disuruh nebak mie goreng instant di piring yang ditutup di hadapan Bunda, tapi dari wanginya udah kecium kalo itu mie goreng instant. Hihihi... Langsung ketebak, lah, ya... Andai SS Bunda malah ngirimin petunjuknya berupa buku karyanya plus tanda tangan. Udah, deh. Bunda ga usah nyari tau lagi. #dikeplakseBBI
Ini sekilas mengenai Ahmad Fuadi:
Ini clue sesungguhnya menurut sang Santa:
Sebetulnya, kalo Bunda boleh jujur, Bunda belum pernah baca karyanya. Jadi, walau ada clue begini tetep aja nggak dhong. Tapi, hari itu, pas Bunda dapet paket dari Santa, Bunda kebeneran banget buka grup pesbuk BBI dan ternyata SS Bunda baruuuuuu aja posting di sana. Ngeliat profile picture-nya langsung ke clue! Wah! Ini sih... kayak disuruh nebak mie goreng instant di piring yang ditutup di hadapan Bunda, tapi dari wanginya udah kecium kalo itu mie goreng instant. Hihihi... Langsung ketebak, lah, ya... Andai SS Bunda malah ngirimin petunjuknya berupa buku karyanya plus tanda tangan. Udah, deh. Bunda ga usah nyari tau lagi. #dikeplakseBBI
Jadi, siapakah gerangan SS Bunda?
Makasih, ya, Santa... Bukumu bikin aku pengen ngelengkapin koleksi triloginya.... Pilihanmu keren banget. Dan ini hadiah terindah darimu buatku.... Muah!
Cheers, Love you both!
Itu fotonya mput? o.O
BalasHapusKok lain dengan yang datang waktu IRF? Jadi yg di IRF kemarin sapa? apa mput operasi plastik?
Teh...bukunya bagus ya. Aku juga suka walo masih nimbun buku ke-2nya
jangan-jangan mput yang dateng ke IRF pake joki, bu dokter? #ketawadurjana
Hapusiyaaa... kata siapa mirip LP... T____T jauh banget....
kaliaann! kalian gosipin akuh di sini :( *bubarin :))
Hapusngahahaha... eh, fotonya boleh dikoreksi, nggak, nih? atau mau dia aja yang nampang di sini? :D
Hapuseh, ini seri pertama kan ya? terus itu judulnya typo teh.. bukan anwar fuadi yang nulis tapi ahmad fuadi ._.
BalasHapusoh... iya... aku baru nyadar. siapa, ya, Anwar Fuadi? kok bisa jadi nama itu? (. _ .)
Hapusudah dibenerin, vin. makasih :*
Buuuunnnn.... Hahahha.. Aduh aku bingung ngomongnya.. :)) biar besok aja deh bunda tahu kenyataan yg sebenarnya :))
BalasHapusapa, nih? apa, nih, luuuun? x))
Hapusjyah, riddle intinya ya yg dihidden itu, teh xD
BalasHapuskan langsung ketebak, daniiii... :P
Hapussuka banget sama quotenya, agama kayak oksigen, kerennnnn :D. Aku dulu juga g bisa bayangin kalau misalnya sekolah di madrasah, bosan gila, waktu SMA ada temenku yg nggak kuat karena aturannya akhirnya setelah lulus SMP dia milih sekolah umum, emang harus tahan banting ya :D
BalasHapusriddlenya mah gampang banget kalau tau Love You Ever More itu judul buku :D
kalo baca Negeri 5 Menara kayaknya gak akan bosan gila, deh. tapi, yang jelas dikejar-kejar waktu melulu...
Hapusiyaaa... riddle-nya gampang kalo udah tau siapa itu Love You Even More...
Wah, ternyata ketebak, ya :D
BalasHapusTadinya ragu mau ngasih riddle gimana, soalnya aku baru sekali ikutan SS :) Kalo ngasih yang susah takutnya bikin target bingung. Hehe.
Btw, semua tebakannya bener, Mbak.
Judul buku, nama, url blog, dan twitter.
Tapi, itu bukan fotoku ^^
Memang, kalo googling akan nemu foto itu, karena aku sendiri jarang pajang foto di socmed. Hahaha, dia cuma kebetulan namanya sama (padahal aku ndak kenal juga dia siapa) :p
Tapi senang deh, ternyata Mbak suka bukunya :)
Happy Secret Santa 2013 :D
\m/
Jadi, boleh pasang fotomu, ga? soalnya kan dikau jarang pajang foto di sosmed... :D
HapusThanks nice post
BalasHapusyou're welcome :)
Hapus