Evolusi Calpurnia Tate (The Evolution of Calpurnia Tate)
Penulis: Jacqueline Kelly
Penerjemah: Berliani M. Nugrahani
Penyunting: Nadya Andwiani
Korektor: Nani
Tata Letak: MAB
Diterbitkan oleh Penerbit Matahati
Cetakan Pertama, November 2010
Teen Fiction
Cover Designer: Dwi Siti Aisyah
ISBN: 978-6028-590-228
384 hlm; 20 x 13.5 cm
5 dari 5 bintang
Calpurnia Tate, yang biasa dipanggil Callie Vee, adalah satu-satunya anak perempuan dari tujuh bersaudara. Sebagai satu-satunya anak perempuan, tentu dia diharapkan segera menikah di usia muda dan memasuki kehidupan para wanita dengan korset ketatnya, memiliki keahlian rumah tangga seperti memasak juga membuat kerajinan rumah tangga. Calpurnia bahkan dipaksa harus menguasai permainan piano dengan belajar pada Mrs. Brown yang tidak segan-segan akan memukul buku tangan dengan penggaris jika membuat kesalahan.
Calpurnia sama sekali tidak tertarik dengan itu semua. Kakak tertuanya, Harry, pernah menghadiahinya sebuah buku tulis. Di buku tulis itu, Calpurnia sering menuangkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan alam dan dia sangat suka mengumpulkan spesimen. Dia ingin menjadi seorang naturalis dan dapat mengecap pendidikan di universitas, suatu hari nanti.
Calpurnia memiliki seorang kakek yang sering bekerja keras sendirian di laboratoriumnya. Calpurnia dan saudara-saudaranya bahkan segan pada kakeknya, karena sang kakek seakan tidak mengenal mereka dan bersikap tak acuh.
Setiap ada pertanyaan yang Calpurnia belum bisa menemukan jawabannya, dia sering bertanya pada Harry atau ayahnya. Harry pernah menyarankannya untuk bertanya pada kakek, karena menurut Harry, kakek tahu banyak. Ketika itu, Calpurnia masih merasa enggan, hingga suatu ketika dia menemukan spesimen belalang berwarna kuning janggal yang belum pernah ditemuinya. Dia sibuk bertanya pada seluruh anggota keluarganya, jangankan member jawaban, bahkan menaruh minat pun tidak. Demi mendapatkan jawabannya, Calpurnia berusaha mengumpulkan keberaniannya untuk menemui sang kakek di laboratorium, yang sedang sibuk mencari cara untuk menyuling biji pecan menjadi wiski – dengan mengutarakan kebingungannya tentang belalang kuning janggal tadi.
Pertemuan pertamanya dengan sang kakek seperti bertemu dengan naga. Tidak menyemburkan api tapi juga tidak memberikan jawaban yang memuaskan, karena sang kakek malah menyuruhnya kembali padanya jika Calpurnia sudah tahu jawabannya.
Suatu hari, Harry pergi ke Lockhart, ibukota Caldwell County, untuk mengambil persediaan. Calpurnia meminta ikut. Dia ingin meminjam buku The Origin of Species karya Charles Darwin di perpustakaan daerah itu. Namun, jawaban petugas perpustakaan itu sungguh membuatnya kesal. Petugas perpustakaan mengatakan bahwa perpustakaan itu tidak akan memiliki buku semacam itu. Buku itu hanya ada di perpustakaan Austin, dan jika menginginkannya perlu lima puluh sen untuk ongkos kirim. Petugas perpustakaan itu bertanya apakah Calpurnia punya uang sebanyak itu dan untuk bisa meminjam buku itu, Calpurnia harus memiliki surat izin dari ibunya. Calpurnia sangat marah, hingga muncul bentol-bentol ungu di lehernya.
Ketika sampai di rumah, Calpurnia merasa tidak tahan lagi, dia berlari ke sungai dekat rumahnya, menceburkan diri ke dalamnya dan membenamkan kepalanya berkali-kali sambil berteriak sampai rasa kesalnya hilang. Seketika itu dia mulai memikirkan rumahnya, rumput kasar berwarna keemasan pada musim panas itu dan dia mulai tahu jawaban tentang belalang itu.
Dia akhirnya tahu, bahwa itu bukan belalang yang baru. Belalang kuning janggal itu menyerupai warna rumput yang menguning, sehingga tidak bisa dengan mudahnya menjadi santapan burung-burung, sementara belalang hijau berumur lebih pendek karena mudah menjadi mangsa.
Calpurnia melaporkan hasil pengamatannya pada sang kakek dan sejak itulah mereka mulai dekat, sering mengumpulkan spesies bersama-sama. Calpurnia bahkan mendapatkan buku yang diinginkannya itu, The Origin of Species karya Charles Darwin dari sang kakek. Hingga suatu ketika, mereka menemukan sebuah vetch yang belum pernah ada di referensi manapun. Calpurnia dan kakeknya mendaftarkan spesies temuan mereka itu.
Cerita ini mengambil latar abad ke-19 dan Texas. Meski sang ibu memaksa Calpurnia untuk menguasai keterampilan rumah tangga, Calpurnia “keukeuh” untuk bisa tetap mencari apa yang disukainya.
Yang saya suka dari karakter Calpurnia ini adalah meski dia berada di bawah tekanan ibunya yang menginginkan Calpurnia meneruskan cita-cita beliau yang tak sampai, dia tidak sampai menjadi pemberontak seutuhnya. Maksud saya, Calpurnia masih berusaha menjalankan yang diminta ibunya, dan di satu sisi dia tidak berhenti untuk menemukan spesimen dan melakukan penelitian bersama sang kakek.
Lucu juga menikmati cerita bagaimana Calpurnia menjalani hidupnya sebagai satu-satunya anak perempuan, dengan banyak saudara laki-laki yang kelakuannya lumayan bikin mengelus dada. Belum lagi ketika tiga saudara laki-lakinya berebut perhatian Lula Gates, sahabat Calpurnia. Juga ketika Harry jatuh cinta pada seorang perempuan yang menurut Calpurnia wanita jahat, sehingga Calpurnia merasa dirinya bukan lagi kesayangan Harry.
Meski menunjukkan sikap pemberontakan seorang anak perempuan yang berusaha menentang apa yang ditetapkan untuknya sebagai seorang gadis muda, cerita di buku ini secara halus menunjukkan bahwa ada cara-cara yang baik untuk menunjukkan minat kita, tanpa mengecewakan orangtua kita yang sudah membuat ketetapan untuk kita. Intinya, buku ini mengajarkan kita bahwa kita masih bisa lho, menekuni dan mendapatkan apa yang kita mau, sambil sekaligus berusaha menyenangkan kedua orang tua kita. Sayangnya, buku ini nggak ada lanjutannya. Ceritanya selesai di satu buku itu aja. Padahal, saya pengen tahu, apa yang akan terjadi pada Calpurnia berikutnya… apakah dia berhasil mengecap pendidikan di universitas? Apakah dia jadi naturalis? Apa penemuan berikutnya bersama sang kakek? Entahlah…
-p3n1-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tirimikisih udah ninggalin komen di sini... *\(^0^)/*