Judul: Namaku Miiko Vol. 4 (Miiko Desu Vol. 4)
Penulis/Mangaka: Ono Eriko
Alih bahasa: Widya Winarya
Editor: Yoke Yuliana
Artistik: Pigar
Diterbitkan oleh: PT Gramedia
Cetakan kedua: Oktober 2005
Komik
Harga waktu beli: Rp. 11.000,-
Beli: 22 Januari 2006
Waduh,
ulangan IPA mendadak! Gara-gara nggak belajar waktu liburan, Miiko
nggak bisa menjawab soal-soal ulangan itu. Tengak-tengok... eitsss,
nggak sengaja Miiko lihat jawaban Nakamura, anak paling pintar di kelas.
Bukan berniat mencontek sih, tapi... sudah terlanjur melihat
jawabannya, gimana dong baiknya? (dari kaver belakang)
------
Halo, Kakak Ilman dan Adik Zidan...
Ketemu lagi sama Miiko's Time...
Walau
terbitnya udah menjelang sore... Tadi, Bunda meeting seharian. Lalu,
ketika tulisan ini dibuat, Bunda lagi nunggu papa jemput, karena bunda
dapet kabar dari yangkung kalo adik Zidan tiba-tiba demam... huaaah!
Hmmm...
Ngomong-ngomong,
Miiko edisi ini, ceweeeek banget. Bunda ngeliatnya, di sini, bu Ono
mulai menggiring pembaca Miiko sebagai pembaca cewek yang mengenal
pubertas. Kenapa? Di sini ada bahasan mengenai pertumbuhan payudara pada
anak gadis, ciuman, kemudian mengenai masalah perempuan yang lain, di
antaranya perasaan minder.
Bunda akan kasih sneak peek untuk masing-masing judul, ya. Seperti biasanya...
Dadaku Sakit
Di
sini awalnya cerita tentang Mari-Chan yang merasa dadanya sakit. Dia
pikir, dirinya sakit. Ternyata, dia sedang mulai mengalami masa
pubertas. Yaitu, mulai tumbuh payudara. Itu yang akan dialami anak
perempuan, menjelang menstruasi. Kalo pada anak laki-laki, tumbuh jakun
yang menandakan bahwa dia akan berangkat menjelang dewasa.
Trus,
karena ternyata Yukko sudah mengalaminya juga, Miiko merasa sendirian.
Sewaktu mamanya memperlihatkan foto-fotonya pas masih kelas 1 SMP, Miiko
merasa lega, karena pertumbuhan setiap anak berbeda.
Terus Berjuang, Yuuki!
Miiko
jadi panitia untuk menyemangati anak kelas satu yang akan bertanding
olahraga. Sewaktu ditanya anak bernama Yuuki kelas berapa, Miiko dikatai
kuntet karena kelas lima tapi badannya mungil. Awalnya Miiko kesal pada
Yuuki, karena selain mengatainya kuntet, Yuuki juga mengganggu
anak-anak lain. Ternyata, Yuuki kesal ayahnya nggak hadir pas
pertandingan olahraga. Dari situ, Miiko bertekad untuk menjadi
penyemangat untuk Yuuki.
Hadiah Miiko
Miiko
punya sarung tangan yang dibelinya dari tabungan. Dia senang sekali,
karena akhirnya bisa beli sarung tangan cakep itu. Mamoru juga senang,
karena berhasil dapat tiket nonton baseball yang dia harus antri lama
untuk bisa dapatinnya. Eh, ternyata, musibah terjadi. Tiket nonton
tersiram teh, dan sewaktu mau dikeringkan malah terbakar. Mamoru marah
sekali. Miiko berusaha menebusnya. Ah, Bunda sedih pas baca ini...
Gelang Janji Tomo-Chan
Di
kelas Miiko, ada anak bernama Tomo-Chan yang pandai membuat gelang dari
benang wol. Miiko minta diajari dan besoknya dia bawa benang wol. Eh,
ternyata, Tomomi nggak masuk sekolah, karena alerginya muncul. Tomomi ga
mau ditengok, karena malu. Oya, ini ada sedikit percakapan yang
mengingatkan Bunda akan Bunda dan Papa. Hahahaha... Iya! Papa kalian tuh
Tappei banget!
Tappei: "Kalau memang alergi, dilihat orang lama-lama juga biasa."
Miiko: "Me... Memang sih... tapi buat cewek, itu malapetaka!" Tappei: "Ya nggak usah ditengok." |
Miiko: "Tapi... kasihan Tomo-Chan sendirian di kamar terus..."
Tappei: "Ya udah, tengok sana! Rewel amat, sih...!"
Tappei: "Ya udah, tengok sana! Rewel amat, sih...!"
Miiko: ..... ngegebukin Tappei
Tappei: "Aku salah apa lagi!"
Tappei: "Aku salah apa lagi!"
Valentine yang Berantakan
Ceritanya,
Miiko mau buat coklat Valentine. Dia minta diajari bikin truffle sama
Yuka-Chan. Terus, pas udah jadi, Miiko bawa ke sekolah, dibagi-bagiin
buat tiap orang. Cowok-cowok yang ga dapet coklat valentine, seneng kan,
kebagian. Eh, sama Tappei dikacauin! Dia malah menjatuhkan sekotak
truffle itu. Akhirnya, ga seorangpun makan! Duh! Miiko maraaah banget.
Yah... Tappei punya cara sendiri buat menebus rasa bersalahnya, sih,
walau akhirnya dia jadi sakit perut. Haha banget, yak!
Kiss-Kiss-Kiss
Ummm...
ini materinya agak terlalu dewasa buat cerita anak, karena dimulai
dengan adegan ciuman dua orang dewasa. Jadi "berat", karena kita di
Indonesia, hal-hal kayak gini jarang dilakukan di depan umum. Orang Jawa
bilang, "ora ilok". Mungkin karena di Jepang, hal-hal semacam ini
lumrah, eh, padahal, orang Jepang setahu Bunda sangat pemalu, lho... apa
ada juga, ya, adegan colongan macam gini? Entahlah...
Nah,
di sini, sih, Miiko, Mari-Chan dan Yukko jadi penasaran, apa sih,
rasanya ciuman? Terus, mereka nanya Misaki, kakak Mari-Chan.
Hmmm...
Kakak Ilman dan Adik Zidan..., kalo kalian belum cukup umur, nggak
perlulah penasaran sama hal-hal semacam ciuman kayak begini, ya. Kalo
sudah dewasa, sudah mampu bertanggung jawab, dan Bunda lebih sarankan
lagi: sudah menikah, baru, deh, boleh melakukannya. Karena, dari ciuman
aja, bisa ke mana-mana nantinya.
Hari Terpanjang Miiko
Miiko
mau ulangan Kanji dan dia belum belajar. Akhirnya, dia pura-pura sakit
dan akhirnya bolos. Ternyata, selama ada di rumah, ada kejadian yang
membuatnya merasa takut berada sendirian di rumah, walau akhirnya ada
Tappei datang menengok, mengantarkan catatan. Setelah mengalami hari
yang menakutkan, ternyata ulangan Kanji nggak jadi, karena gurunya nggak
masuk. Hahaha....
Makasih, Teru-Chan
Rencana
piknik Miiko dan teman-temannya batal karena tiba-tiba hujan deras
turun. Miiko menjatuhkan boneka teru ke tempat sampah karena kesal.
Ternyata, Teru-chan, si boneka Teru yang dibuang Miiko, merintih minta
tolong. Dia merasa bahwa dia telah gagal menghentikan hujan. Lalu, dia
meminta tolong Miiko mengantarnya ke rumah Tappei, lalu berjuang bersama
boneka teru-teru milik Tappei untuk menghentikan hujan.
Di
Jepang, ada kepercayaan untuk menggantung boneka teru-teru di luar
rumah, untuk menghalau hujan. Kayaknya, kalo di sini sama dengan
menancapkan sate bawang dan cabe merah, kali, ya.
Bunda
pernah liyat beberapa varian boneka teru-teru, malah ngeri sendiri.
Kayaknya, masing-masing boneka ini punya nilai magis tersendiri....
-_____-"
Jangan Menyerah, Tomo-Chan
Nah! Ini kisah lanjutan Tomo-Chan.
Dia akhirnya masuk sekolah dan ikut pelajaran berenang. Tapi ada dua
anak yang ga mau satu kolam dengannya. Tappei dan Miiko membela
Tomo-Chan, sehingga Tappei sempat digosipin. Lalu, ketika Mari-Chan
dapat tiket berenang gratis, Tomo-Chan sempat menolak ajakan Mari-Chan.
Tapi kemudian dia berubah pikiran, karena Miiko memintanya.
Kelihatan!
Miiko nggak belajar sewaktu liburan.
Begitu masuk, ada ulangan mendadak IPA dan Miiko nggak bisa jawab. Tapi
dia sempat melihat jawaban anak pintar di kelas yang duduk di depannya.
Miiko nggak sengaja mencontek dan mendapat nilai tinggi. Miiko merasa
nggak tenang. Miiko akhirnya membuat pengakuan supaya hatinya tenang.
Bunda suka sekali cerita ini. Mari Chan menunggui Miiko di luar, ketika
Miiko menghadap pak guru untuk mengakui perbuatannya. Cerita ini membuat
Bunda melengkapi bintang lima untuk penutup serial Miiko Desu.
So far, dari sisi grafis, dialog, juga cerita, Namaku Miiko vol. 4 sudah banyak perkembangan dan membuat cerita semakin enak dibaca. Maka, mulai dari edisi ini, wajar banget kalo Bunda selalu kasih bintang 5... ;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tirimikisih udah ninggalin komen di sini... *\(^0^)/*