1 Mei 2013

[posting bareng] Mr. Penumbra's 24-Hours Bookstore

 Judul: Mr. Penumbra's 24-Hours Bookstore A Novel
Penulis: Robin Sloan
Diterbitkan oleh: Farrar, Straus and Giroux
First edition, 2012
e-book
273 pages
e-ISBN: 9780374708832



Sinopsis Goodreads:   

A gleeful and exhilarating tale of global conspiracy, complex code-breaking, high-tech data visualization, young love, rollicking adventure, and the secret to eternal life—mostly set in a hole-in-the-wall San Francisco bookstore

The Great Recession has shuffled Clay Jannon out of his life as a San Francisco Web-design drone—and serendipity, sheer curiosity, and the ability to climb a ladder like a monkey has landed him a new gig working the night shift at Mr. Penumbra’s 24-Hour Bookstore. But after just a few days on the job, Clay begins to realize that this store is even more curious than the name suggests. There are only a few customers, but they come in repeatedly and never seem to actually buy anything, instead “checking out” impossibly obscure volumes from strange corners of the store, all according to some elaborate, long-standing arrangement with the gnomic Mr. Penumbra. The store must be a front for something larger, Clay concludes, and soon he’s embarked on a complex analysis of the customers’ behavior and roped his friends into helping to figure out just what’s going on. But once they bring their findings to Mr. Penumbra, it turns out the secrets extend far outside the walls of the bookstore.

With irresistible brio and dazzling intelligence, Robin Sloan has crafted a literary adventure story for the twenty-first century, evoking both the fairy-tale charm of Haruki Murakami and the enthusiastic novel-of-ideas wizardry of Neal Stephenson or a young Umberto Eco, but with a unique and feisty sensibility that’s rare to the world of literary fiction. Mr. Penumbra’s 24-Hour Bookstore is exactly what it sounds like: an establishment you have to enter and will never want to leave, a modern-day cabinet of wonders ready to give a jolt of energy to every curious reader, no matter the time of day.

Halo, Kakak Ilman dan Adik Zidan...
Seharusnya, Bunda posting ini kemarin, dalam rangka #PostingBarengBBI untuk tema #Buku. Iya, kan, bulan April kemarin tuh ada World Books International Day yang jatuh pada tanggal 23. Cuma, berhubung koneksi internet yang seperti siput melendut, Bunda menyerah. Ditambah kan mesti nyiapin meeting untuk siangnya.

Sebetulnya, Bunda juga bingung kenapa milih buku ini untuk ikut event baca bareng BBI bulan April. Hihihi. Kenal juga nggak, tapi pas nemu e-booknya, malah milih ini. Awalnya sih satu: tertarik sama covernya yang simple namun misterius. Kesannya ga digarap serius supaya menarik. Justru Bunda malah penasaran. Apakah ceritanya sesimpel covernya?

Ternyata nggak! Di dalamnya, Bunda mendapatkan banyak ketegangan #halah dan misteri. Juga pengetahuan baru.

Mr. Penumbra's 24-Hours Bookstore cerita tentang Clay Jannon, seorang desainer web, yang baru saja kehilangan pekerjaan di NewBagel, karena perusahaan ini tutup. Di NewBagel, Clay bekerja sebagai desainer yang membuat tampilan website juga promo kit perusahaan. Karenanya, Clay akrab dengan berbagai macam desain. 

Berhubung hidup harus terus berjalan juga dibiayai, mau nggak mau Clay harus mendapatkan pekerjaan, kan? Iya, lah. Dengan bekerja, kita bisa menghasilkan uang untuk menyambung hidup, termasuk bayar sewa apartemen, seperti yang Clay lakukan. Lalu, di sanalah, di Mr. Penumbra's 24-Hours Bookstore, Clay bekerja sebagai clerk sekaligus penjaga toko shift malam.

Unik juga, ya, ada toko buku 24 jam. Biasanya, kan, toko yang buka 24 jam itu semacam toko obat atau apotek. Ini toko buku, lho!

Yang bikin aneh, selain karena buka 24 jam, buku yang dijual di sana juga ga umum. Clay baru menyadarinya ketika ada calon pelanggan masuk toko menanyakan buku biografi Steve Jobs, pendiri Apple Inc. Buku itu tidak tersedia di sana. Sebagai toko buku, tentu saja ini hal yang aneh. Bahkan, Clay hanya menjual beberapa kartu pos saja dari toko ini.

Keanehannya nggak hanya di situ. Pertama, Clay dilarang buka-buka buku yang ada di rak belakang. Dilarang baca pun. Clay menyebutnya "Waybacklist shelf". Kedua, pada jam-jam tertentu di giliran shift Clay bekerja, muncul pelanggan yang datang mengembalikan buku dan meminjam buku lain. Bukunya pun bukan buku biasa. Dan mereka punya kartu anggota dengan kode tertentu.

Akhirnya, Clay terpikir untuk membuat sebuah simulasi model dengan menggunakan software Ruby, di mana dia bisa memperkirakan siapa saja yang akan datang pada jam-jam tertentu. Oya, ada yang terlewat. Clay juga Oliver *yang jaga sebelum Clay*, diwajibkan menulis data pelanggan yang datang dengan ciri mendetail di logbook. Misalnya, pakai baju apa, dan lain-lain. Ternyata, logbook ini kemudian berguna dalam membuat simulasi model itu.

Clay punya cita-cita pengen membuat toko buku tempat bekerjanya ini dikenal orang banyak dan menjadi tempat mampir orang-orang karena menarik. Nggak hanya itu, Clay pun membuat semacam advertising di Google, yang membuatnya bertemu dengan Kat, seorang karyawan Google yang jenius. Pertemuannya dengan Kat-lah yang membuat cerita di buku ini mulai menemukan keseruannya.

Bukan! Bukan kisah kasih Kat dan Clay-nya yang seru. Malah kalo boleh dibilang, hambar banget. Sepertinya, fokus Robin Sloan memang bukan di kisah kasih Kat dan Clay. Melainkan pada pemecahan misteri. Bunda jadi inget serial The Secrets of The Immortal of Nicholas Flammel.

Oke, Bunda nggak mau spoiler, ya. Ini buku wajib kalian baca. Hihi... Dan, gara-gara baca ini, Bunda jadi melakukan beberapa riset, di antaranya mengenai

1. Ruby
Apa itu Ruby? Untuk penggemar perhiasan, ruby adalah batu mulia berwarna merah delima. Biasanya ya dipasang di perhiasan, semisal kalung, cincin atau gelang. Ruby yang diceritakan di sini adalah bahasa pemrograman yang dirancang oleh Yukihiro "matz" Matsumoto. Kelebihan Ruby adalah walau berbasis script, pemrograman ini berorientasi pada obyek. 
Apa maksudnya berorientasi pada obyek?

Di Ruby, semua adalah obyek. Setiap informasi dan kode bisa diberi property dan action. Pemrograman berorientasi obyek memanggil property dengan nama variabel instan dan action, yang disebut sebagai metode. Pendekatan murni berorientasi obyek terutama terlihat pada demonstrasi sedikit kode yang diberikan pada number. (sumber: website Ruby)

Aplikasinya di cerita ini, Clay memasukkan data-data dari logbook. Kemudian setelah dicompile, muncullah visualisasi yang tampak nyata. Misalnya: Fedorov *salah satu pelanggan unik itu* datang jam berapa, pakai baju apa dan apa yang dikatakannya. Di sini, Clay bisa memperkirakan sehabis pinjam buku C, Fedorov akan pinjam buku F. Kurang lebih seperti itu. Maka, ada kejadian, di mana ketika Clay berhadapan dengan satu tamu dalam dua dunia. Satu di dunia nyata, satunya di layar monitor.

2. Typografi
Sewaktu Clay harus "mencuri" salah satu logbook lama demi kepentingan modelling di Ruby, Clay dan Mat membuat tiruan logbook yang "dicuri" itu supaya bisa sama persis. Mat, teman seapartemen Clay, adalah pembuat model. Jadi, membuat tiruan logbook dengan sangat presisi ini membutuhkan ketelitian, termasuk font yang digunakan pada embosan sampul logbook. Yang digunakan di logbook ini adalah Gerritszoon Display.

Sebagai seseorang yang pernah menjadi web designer, tentu Clay sangat akrab dengan berbagai macam font. Clay pun bercerita, sewaktu kuliah, dia pernah dapat tugas membuat font yang akhirnya nggak selesai. Makanya, Clay nggak pernah berani pakai font bajakan, karena tahu susahnya mendesain font. Berhubung font Gerritszoon Display ini ternyata harganya ribuan dolar dan Clay nggak punya uang sebanyak itu untuk membelinya... dia terpaksa mengerahkan salah satu kenalannya, Grumble, untuk mendapatkan bajakannya.

Ternyata proses membuat font rumit juga, ya. Bunda baca di sini dan di sini. Bunda jadi ingat. Salah satu teman Bunda di kantor, pernah cerita, font buatannya yang diupload di sebuah website khusus font mendapat komentar dari seseorang di luar negeri sana. Dia minta ijin buat pakai font karya teman Bunda itu. Dan nanya, kalo dipake buat bikin kaos 50 buah, dia mesti bayar berapa? Teman Bunda kaget, sih. Ternyata font-nya dihargai sebegitunya. Awalnya, dia mau pasang tarif. Tapi, akhirnya, dia memutuskan untuk menggratiskan alias silakan pakai aja, toh, cuma sedikit ini kaosnya dan sudah minta ijin.

Bunda yang selama ini sembarangan pake font buat scrapbook, jadi mikir. Eh, tapi Bunda sih dapat font gratisan, kok. Cuma ga tau juga. Jangan-jangan, gratisannya hasil bajakan, ya? #berpikirkeras. Terus terang, Bunda jadi pengen bikin font sendiri. Nanti Bunda namai font Bunda: Peni Astiti. Hahahahahaha....

Dari teman Bunda ini juga, katanya sih, ada film mengenai typografi ini. Judulnya Helvetica. Mungkin bisa dilihat trailernya di bawah ini... ^_^



3. Aldus Manutius
Manutius disebut-sebut di sini sebagai "leluhur" pemilik toko buku misterius ini. Jadi, Penumbra itu salah satu "murid" Manutius. Karena Bunda kepo, maka Bunda meluncur ke engine search, mencari nama Aldus Manutius
Aldus Manutius adalah seorang publisher yang mendirikan Aldine Press pada tahun 1495. Aldus juga menciptakan beberapa font, di antaranya Aldine 401, Poliphilus, juga Bembo. 

Kesan Bunda terhadap buku ini? Buku ini keren banget, menurut Bunda. Walau nggak disebut setting tahun cerita berlangsung secara pasti seperti di buku yang ngayal edan ini, buku ini up to date banget. Iya, sih, terbit tahun 2012. Cuma semuanya berasa nyata. Bunda sampai googling tuh, penasaran sama yang namanya font Gerritszoon Display itu, yang ternyata hanya rekaan semata. Hahaha. Sebel... -_____-"

Trus, Robin Sloan berhasil membuat Bunda percaya dengan khayalan-khayalan mengenai apa yang akan dihasilkan oleh Google. Seperti Google Smell, mungkin? :P

Pasti kalian bertanya-tanya, terus buku tentang bukunya di sebelah mana? Cuma cerita tentang toko bukunya? Nah... itu dia. Di sini diceritain tentang codex-vitae. Semacam catatan perjalanan hidup seseorang yang bisa menjadikannya immortal. Hihi... Baik Manutius mau pun Penumbra, bahkan punya tuh codex vitae-nya. Dari sini juga, Bunda ngerti soal proses bikin e-book...

Oya, ini adalah quotes yang sempat Bunda abadikan:

"I did not know people your age still read books," Penumbra says. He raises his eyebrow. "I was under the impression they read everything on their mobile phones."
"Not everyone. There are plenty of people who, you know-people who still like the smell of books."

"It is the text that matters, brothers and sisters. Remember this. Everything we need is already here in the text. As long as we have that, and as long as we have our minds, we don't need anything else."

"How can you stay interested in anything - or anyone - for long when the whole world is your canvas?"

"When you read a book, the story definitely happens inside your head. When you listen, it seems to happen in a little cloud all around it, like a fuzzy knit cap pulled down over your eyes."

"It's easy to find a needle in a haystack! Ask the hays to find it!"

Buku ini rekomen buat kalian? Banget! Wajib baca! :D

Diposting juga buat ikutan:

Fantasy Reading Challenge



Finding New Authors 2013 Challenge

What's in a Name Challenge 2013


Books in English

6 komentar:

  1. Mewakili kakak ilman dan adik zidan : " ke AW "

    BalasHapus
  2. aroma bukunya kerasa banget ya

    BalasHapus
  3. yeaaay suka banget sama buku ini yaaa...terus suka juga perbandingan org2 yg gadget freak sama yg old school kayak mr penumbra hhehe

    BalasHapus
  4. Aaaah aku juga suka buku ini, Teh Peni! Kapan lalu mau review buku ini buat posting bareng, tapi.. *sinyal hilang* :p

    Reviewnya bagus! :)

    BalasHapus
  5. Oalah, keren ternyata bukunya. *melipir donlod*

    BalasHapus
  6. Mbak Peni, kalo mo ikutan tapi baru bulan ini dan mau masukin link review bulan Maret gimana ya? Linky Maret kan udah ditutup.

    BalasHapus

tirimikisih udah ninggalin komen di sini... *\(^0^)/*