Judul: Takkan Pernah Menyerah
Penulis: Sari Meutia, dkk
Penyunting: Budhyastuti R.H
Proofreader: Adriyani Kamsyach
Desainer sampul: Agung Wulandana
Ilustrasi hlm 130: Agung Wulandana
Foto: koleksi pribadi
Penerbit: Qanita
Cetakan pertama, Desember 2013
Jumlah halaman: 136 hal + xii, 20,5 cm
ISBN: 978-602-1637-17-3
Genre: Inspirasi, Kehidupan, Family, Non Fiksi, Memoar
"Aku kadang tidak tahu, apakah aku berdoa agar dia diberi usia panjang atau minta dihentikan saja penderitaannya."
"Dia pun pergi dengan meninggalkan aku yang tak kuasa membendung air mata.Bau parfumnya yang tertinggal di kamar membuatku semakin mual..."
"Tapi, putriku? Aku khawatir akan terjadi penyesalan di masa datang dan semua itu karena salahku dalam pengambilan keputusan saat ini."
Para ibu, tergabung dalam komunitas Arisan Antar Benua (AAB) yang mengawali persahabatannya di kegiatan Pembinaan Anak-anak Salman ITB,
Euis Fauziah - Hepti Mulyati Hakim - Ira Shintia - Keukeu Nurjannah Abdullah - Meilani Dewi Mayasari - Niken Sesanti Suci Rohani - Sangganiawaty - Sari Meutia - Sinta Asfandiyar - Ummi Aisyah,
menuliskan pengalaman mereka menjalankan bahtera rumah tangga dengan suka dukanya. Dari urusan mencari sekolah yang layak untuk anak, merawat suami atau anak yang divonis sakit berat bahkan meninggal, merantau menemani suami, hingga suami yang menikah lagi. Persoalan-persoalan khas istri yang tidak mudah dijalani, kecuali ketangguhan dan kesabaran menjadi perisainya. Perjuangan untuk menjadi manusia yang lebih baik, yang mandiri.
Halo, Kakak Ilman dan Adik Zidan...
Selamat tahun baru 2014.. masih "hangat" dari sisa-sisa pesta akhir tahun lalu. Pastinya penuh harapan. Bunda belum punya semangat buat bikin master post bakalan ikut challenge apa aja tahun ini. Bikin resolusi baca juga belum. Haha.
Bunda sih kepingin men-challenge sendiri dengan minimal 30 review bisa Bunda produksi di tahun 2014 ini. Entah, deh. Mari kita hadapi aja apa yang akan terjadi di tahun ini dengan semua harapan ;)
Nah, di tanggal awal di tahun baru ini akan Bunda isi dengan buku yang sudah selesai Bunda baca dengan penuh lelehan air mata. Lebay? Mungkin. Meski bukunya berwarna pink, yang Bunda sebut dengan "buku pinkih", bukan berarti isinya penuh keceriaan, romantisme yang mendayu-dayu menggetarkan hati sekaligus bikin kasmaran...
Jadi, buku ini berisi sepuluh kisah nyata para ibu dalam merawat keluarganya. Misalnya aja, ada Uwak Sari yang sepenuh hati merawat Uwak Basrah yang sakit dan harus bolak balik cuci darah. Jadi kebayang kayak apa perjuangan Uwak Sari juga Uwak Basrah saat menghadapi ujian itu. Bukan hanya waktu dan tenaga yang harus dikeluarkan, biaya juga nggak sedikit yang harus dikeluarkan. Banyak nahan napas pas baca kisah mereka.
Terus ada Uwak Ira yang nahan napas karena khawatir melihat kak Safa berkutat di bawah kayak pas kayaknya terbalik di air yang arusnya yang super deras. Meski kak Safa sudah ahli eskimo roll saat simulasi, tetep aja pas kayak kebalik di air yang arusnya deras beda urusan.
Ada lagi cerita tentang kak Fahmi-nya Uwak Nia yang termasuk ABK seperti Kakak Ilman. Gimana perjuangan Uwak Nia mengasuh dan mengantar kak Fahmi supaya mandiri dan bisa bersosialisasi dengan teman-teman biasa.
Juga cerita Uwak Maya yang bikin waswas karena anaknya tiba-tiba kena stroke pasca kejeduk... T_____T
Belum lagi cerita Bude Uci yang bikin.... napas sempat berhenti. Bunda nggak kuasa menuliskannya di sini. Selain jadi sop iler juga kok, malah nanti bikin mewek. Mending baca sendiri aja.
Nggak semua cerita di sini bikin sesak napas karena sedih, kok. Ada yang "ceria" seperti yang ditulis Uwak Euis, yang ceritain pengalamannya sewaktu sempat menjadi penduduk Jeddah. Atau cerita Uwak Sinta yang stres karena milih sekolah buat anaknya. Juga cerita inspiring yang bikin bersyukur banget dari cerita Uwak Hepti.
Empat bintang sangat layak Bunda persembahkan buat ibu-ibu hebat ini... ^_^
ah..ada yang salah di tulisan ini, saya masih 'tante' bukan uwak :D
BalasHapusah ada yang salah di review buku ini, saya bukan uwaaak..# saya kan tantenya ilman dan zidan :D
BalasHapusah..ada yang salah di tulisan ini, saya masih 'tante' bukan uwak :D
BalasHapus