Judul: Cookie
Penulis: Jacqueline Wilson
Penerjemah: Muntya Ayudya
Editor: Mery Riansyah
Ilustrasi: Nick Sharratt
Diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama
Januari, 2012
ISBN: 978-979-22-7934-4
Jumlah halaman: 376 hlm; 20 cm
Genre: Realistic Fiction, Childrens, Young Adult, Young Reader, Family, Liburan (oke, yang terakhir rada maksa :P)
Status: Punya. Beli di Rumah Buku. Harga IDR 48,000
Wajah Beauty Cookson biasa saja, ia juga pemalu. Karena itu teman-teman di sekolahnya memberinya julukan baru-Ugly, si Jelek!Tapi ada yang lebih parah daripada ejekan itu: Dad. Suasana hati Dad gampang berubah, hal paling sepele bisa memicu amarahnya. Untung ada Mum yang sangat menyayangi Beauty dan selalu berusaha membahagiakannya. Mereka bahkan punya hobi baru, yaitu membuat cookie.Makin lama, Dad sayangnya makin tak terkendali. Mampukah Beauty dan Mum terus bertahan? Ataukah ada cara lain untuk memulai hidup baru yang lebih indah?
Halo, Kakak Ilman dan Adik Zidan...
Tak terasa, ini sudah masuk ke penghujung tahun 2013. Posting bareng terakhir dengan BBI di tahun 2013. Tema yang dipilih untuk posting bareng tanggal 31 Desember 2013 adalah liburan. Kebetulan Bunda sedang baca ini, ya sudah, Bunda jadiin salah satu pilihan aja buat posting bareng. Maksa banget sih, padahal.
Sekilas cerita mengenai Cookie
Jadi ceritanya ada anak perempuan yang biasa banget, badannya besar, wajahnya bundar berbintik-bintik, rambut panjang bernama Beauty. Nah, karena dia nggak cantik, pas dia masuk ke sekolah baru, sekolah khusus anak perempuan, dia malah dapat julukan Ugly alias si Jelek, oleh beberapa anak yang populer di sekolahnya, seperti Skye - yang sialnya, dia emang cantik banget. Kayaknya lebih cocok jadi anak Mr. Cookson, deh, daripada Beauty.
Di satu sisi, Mr. Cookson ini seorang kontraktor kaya raya banget. Dia punya berbagai Happy Homes. Mulai dari Happy Home sederhana sampai Happy Home Deluxe.
Meski Beauty terlahir sebagai anak orang kaya banget yang kamarnya itu mungkin harganya milyaran, dia sama sekali nggak bahagia. Dad bukanlah seorang yang penyabar. Dad tuh moody banget. Kalo mood swing Dad buruk, beuh... abis, deh...
Di balik semuanya, Beauty punya Mum yang teramat menyayanginya. Mum juga takut pada Dad. Jadi, setiap Beauty bermaksud memberontak pada Dad, Mum selalu membelanya. Oya, Beauty juga punya sahabat, yang sayangnya, sahabatnya ini udah sahabatan duluan dengan Skye, bernama Rhona. Rhona sayaaang banget pada Beauty. Ibunya pun menyayangi Beauty. Dia dapat hadiah kembaran boneka teddy bear Rhona - saat pesta ulang tahun Rhona, yang dicemplungin Skye di kolam renang sehingga ga ketemu meski sudah dicari ke mana-mana.
Suatu ketika, Beauty dan Mum sudah tidak tahan dengan seluruh perlakuan Dad. Mum mengajak Beauty melarikan diri. Ternyata, Mum tak tahu mau melarikan diri ke mana. Yang jelas, Mum menyuruh Beauty membawa barang terpenting, dia membawa semua peralatan gambarnya juga hasil karyanya yang selama ini dia buat untuk Sam dan Lily si kelinci, di acara Rabbit Hutch, acara yang menurut Beauty, hanya untuk bayi.
Sementara Mum membawa serta semua buku petunjuk memasak cookie, karena Mum bertekad untuk punya keterampilan membuat Cookie, supaya Beauty tidak dipanggil Ugly lagi, melainkan Cookie, karena Mum bermaksud "mengubah" Beauty menjad "peri Cookie" :D
Setelah berkelana tanpa tujuan, mereka berdua sampai di sebuah tempat indah bernama Rabbit Cove. Langsung saja, Beauty dan Mum menyebut kunjungan mereka ke sana sebagai liburan. Tempat di Rabbit Cove begitu tenang dan menyenangkan, sehingga mereka lupa, bahwa mereka baru saja mengalami kejadian menyedihkan. Mereka berdua betah sekali berada di sana. Terlebih, pemilik cottage tempat mereka tinggal di sana, Mike, orang yang sangat baik hati dan suka melukis. Dia sangat menyayangi Beauty.
Yang jelas, setelah semuanya terjadi, meski Dad datang menyusul mereka, Beauty berkeras tidak mau pulang. Dan cookie buatan Mum semakin hari semakin enak dan bagus, membuat Beauty dan Mum menjadi terkenal di Rabbit Cove.
Review Bunda
Aduh! Cerita karya bu Jackie ini lagi-lagi, deh... bikin hati berasa diremas-remas. Nggak sampai nangis, sih. Tapi emosinya selalu dapat. Ceritanya dalem banget. Cerita kayak gini sebetulnya "lazim" terjadi di beberapa keluarga. Terutama, para ayah yang punya tekanan tinggi dalam pekerjaan mereka, keinginan untuk membahagiakan keluarga secara materi, jadi lupa, bahwa kebahagiaan sejati letaknya bukan pada materi. Meski memang, untuk bisa berlibur bersama keluarga ke tempat indah, makan enak di tempat mewah, semua perlu uang yang sangaaaaat banyak.
Jadi ingat, Papa pernah minta maaf pada Bunda, karena sampai sekarang, belum pernah bisa bawa kita liburan ke tempat-tempat keren seperti Disneyland - Tokyo, atau bahkan tempat sedekat Kuta, Bali. Well, Bunda cuma nyengir aja tiap Papa minta maaf begitu. Buat Bunda, liburan itu ga penting ke mananya. Toh, meski "cuma" pergi ke Semarang buat nengokin si Mbah (om Bunda) atau ke Garut buat ke rumah Nenek, itu udah bisa kita anggap liburan, kan? Atau bisa spare time di rumah dengan bikin sesuatu yang menyenangkan, itu sudah liburan yang luar biasa menurut Bunda.
Kadang-kadang, cuma keliling Cimahi, kejebak macet aja, itu udah liburan menyenangkan buat Bunda, lho. Bisa pergi berempat, menikmati banyak hal di jalan, ngobrol dengan Papa dalam keadaan macet itu jadi hiburan tersendiri.
So... liburan itu adalah gimana kita mau manfaatin situasinya aja. Kalo kita ada di tempat seindah Kuta Bali, misalnya, tapi kita nggak bisa menikmatinya karena sakit perut atau lagi sedih luar biasa, ya, percuma udah keluar uang banyak. Meski murah atau nyaris ga keluar uang sama sekali, kalo kita enjoy dengan liburan itu, ya tetap jadi liburan yang menyenangkan. Liburan bukan sekedar menghasilkan foto supaya ga dibilang "no picture = hoax" :D
Liburan terletak pada hati kita menyukai apa yang ada di luar rutinitas dan bahagia dengan itu. Misalnya, liburan ke hati Lee Min Ho. Uuuuuuuppppsssss!
Nah, balik lagi ke cerita Cookie di atas, meski cerita liburannya nggak banyak, tapi di sana Beauty menemukan arti sesungguhnya dari liburan itu sendiri. Jauh dari rutinitas yang sering membuatnya tertekan menjadi lebih rileks, menemukan sesuatu yang mengubah caranya berpikir, lebih banyak menghargai dirinya sendiri, dan seterusnya. Liburan memang harus seperti itu. Bisa membuat kita lebih rileks - alih-alih stres karena pengeluaran biayanya, lebih menghargai diri kita sendiri, dan lain-lain.
Lagi-lagi, bu Jackie membuat hati teremas-remas karena kita harus "menikmati" kemarahan Dad pada Mum atau Beauty. Sungguh, pengalaman "wisata hati" yang membuat perasaan diaduk-aduk. Kita dibuat bisa berempati pada Beauty juga Mum. Dan selalu khas karya Bu Jackie, setiap bikin cerita penuh masalah, beliau juga kasih penyelesaiannya. Karena memang Tuhan menciptakan masalah selalu bersama solusinya. Sooo, keep the spirit high, ya....
Nah, ga salah, deh, ya, kalo Bunda kasih 4 untuk Cookie. Terjemahannya juga oke, kok...
Cheers! Love you both!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tirimikisih udah ninggalin komen di sini... *\(^0^)/*