17 Sep 2015

Negeri van Oranje by Wahyuningrat, dkk


Judul: Negeri van Oranje
Penulis: Wahyuningrat, Adept Widiarsa, Nisa Riyadi, Rizki Pandu Permana
Editor: Gunawan B.S
Desain Sampul: Natalia
Pemeriksa aksara: Yudith
Penata aksara: Hanum
Diterbitkan oleh Penerbit Bentang
ISBN: 978-979-1227-58-2
Cetakan Ketiga, Juni 2009
Jumlah halaman: vii + 478 hlm; 20,5 cm
Genre: Novel, Fiction, Travel, Indonesian Literature, Romance, Humor, Adventures
Status: Punya, beli seken di tante Nadiah Alwi

Kata siapa kuliah di luar negeri itu gampang? Perkenalkan Lintang, Banjar, Wicak, Daus, dan Geri. Lima anak manusia terlahir di Indonesia, terdampar bersekolah di Belanda demi meraih gelar S2. Mulai dari kurang tidur karena begadang demi paper, kurang tenaga karena mesti genjot sepeda berkilo-kilo meter bolak-balik ke kampus setiap hari, sampai kurang duit hingga terpaksa mencari pekerjaan paruh waktu; semua pernah mereka alami.

Selain menjalani kisah susah senangnya menjadi mahasiswa rantau di Eropa, mereka juga menjalin persahabatan dan berbagai tip bertahan hidup di Belanda. Mereka pun bergelut dengan selintas pertanyaan di benak mahasiswa yang pernah bersekolah di luar negeri: untuk apa pulang ke Indonesia? Dalam perjalanan menemukan jawaban masing-masing, takdir menuntut mereka memiliki keteguhan hati untuk melampaui rintangan, menggapai impian, serta melakukan hal yang paling sulit: the courage to love!

Novel ini ditulis dengan gaya lincah, kocak, sekaligus menyentuh emosi pembaca. Kita juga akan diajak berkeliling mulai dari Brussel hingga Barcelona, mengunjungi tempat-tempat memikat di Eropa, dan berbagi tip berpetualang ala backpacker


Halo, Kakak Ilman dan Adik Zaidan...
Sebelum mereview, Bunda mau ngabarin sedikit berita sedih. Tahun ini, lagi-lagi kalian berdua gagal dapat adik seperti tahun lalu. Pertengahan Agustus 2015 ini, Bunda keguguran lagi, sama seperti Agustus 2014. Mungkin sudah saatnya Bunda berhenti berusaha memberi kalian berdua adik dan lebih fokus pada kalian berdua, karena ternyata kalian berdua itu begitu demanding terhadap Bunda, ya... Sedih? Jelas. Tapi ada sisi lega juga, karena ternyata kalian semakin demanding. Kebayang aja, sih, kalo ada adek bayi sementara situasi kalian lagi seperti ini, mungkin kalian tidak terurus. 

Sudah, ya, berita sedihnya. Sekarang Bunda pengen cerita tentang buku yang mulai Bunda baca sejak April apa Mei ini dan baru kelar 8 September 2015. Lama? Ya banget. Tebal? Nggak sampai 500 halaman padahal. Lalu kenapa sedemikian lama?
Ah... kisahnya panjang.... Haha. Tapi review Bunda mungkin bisa bikin kalian maklum, kenapa Bunda lama selesaiin bacanya (sebenernya bukan faktor utama banget, tapi faktor penunjang juga dan cukup krusial)


Sinopsis

Seperti yang dibahas di blurb di atas, Negeri van Oranje berkisah tentang persahabatan kelima mahasiswa yang sedang berjuang di Negeri Oranye alias Walanda, errr, Belanda. Mereka adalah Banjar, Daus, Wicak, Geri, dan Lintang. Sebenernya, kelima orang ini nggak datang dari kampus yang sama, bahkan mereka ini beda kota semua. Ada yang di Den Haag, Wageningen, Leiden, Utrecht, Amsterdam, dan lainnya (lupa lagi. hihi)

Mereka menamai diri mereka sebagai Aagaban, sering ngobrol ngocol lewat conference di Yahoo Messenger group. Mereka sangat dekat satu sama lain walau masing-masing dari anggota Aagaban ini punya masalah pribadi yang cukup rumit, misalnya aja Daus yang sering gagal berbuat maksiat padahal mumpung lagi di "surga tempat maksiat" ~ mungkin doa Engkongnya sedemikian melekat jadi dia selalu terlindungi dari berbuat maksiat. Banjar yang kehabisan duit sehingga ngos-ngosan cari kerja sambilan di sebuah restoran Indonesia. Lintang yang punya mimpi bersuamikan bule ganteng, tapi sering kandas setiap pacaran dengan para bule itu. Wicak dengan masalahnya sendiri juga. Cuma Geri yang kayaknya sempurna. Ganteng, anak orang kaya, pinter, manis. Tapi jujur, Bunda selalu curiga dengan pria macam ini. Hehe.

Romance-nya muncul ketika ternyata para pria ini bersaing mendapatkan Lintang. Di akhir tahun mereka berada di Belanda, para pria ini ternyata perang dingin karena ternyata mereka sama-sama memendam perasaan pada Lintang. Yah, seperti yang Sarah Sechan bilang di acara talkshow-nya pas para pemain Negeri van Oranje hadir, "pada akhirnya Lintang hanya memilih satu dari keempat pria itu".

Yes, Negeri van Oranje dibuat filmnya. Sejujurnya, Bunda pengen banget nonton, karena pengen tau gimana feelnya kalo dibuat film.




Sedikit bocoran aja (sampai Bunda ngetik review ini belum nemu trailer filmnya soalnya) orang-orang yang bakalan jadi karakter-karakter di Negeri van Oranje adalah sebagai berikut:

Abimana Aryasatya sebagai Wicak
Ge Pamungkas sebagai Daus
Arifin Putra sebagai  Banjar
Chico Jericho sebagai Geri
Tatjana Saphira sebagai Lintang
Bunda emang pengen baca Negeri van Oranje sejak awal terbit, tapi entah kenapa tiap beli buku kelupaan mulu ambil yang ini. Nah, karena teman-teman Kubugil udah pada baca (jelas laaaah, kan, ada uwa Aaqq yang ikut berkontribusi nulis novel ini), Bunda nggak mau ketinggalan doooong. Eh, buku di tangan udah dari tahun 2010 kalo ga salah, tetep aja kelupaan mau baca. Padahal buku ini udah banyak cetak ulangnya.

Sampai akhirnya, awal Maret 2015 lalu, pas Bunda lagi iseng cari buku buat dibaca, Bunda ambil buku ini dari rak dan malah papa duluan yang terlihat menikmati bacanya. Hihihi... Bunda jadi pengen baca juga karena bentar lagi kan filmnya mau tayang. 



Oke, ini Review Bunda

Pertama, soal pertemuan mereka kalo menurut Bunda terbilang too good to be true kalo buat langsung jadi akrab dan bersahabat sekaligus mengingat latar belakang mereka sangat jauh berbeda, tapi yah, faktor mereka "sama-sama mahasiswa Indonesia" bisa dimaafkan lah sedikit :D

Kedua, Bunda melihat novelnya itu hanya casing. Di halaman pertama, kesannya bagus banget. Wah, kayaknya seru, nih! Tapi, setelah masuk ke halaman berikutnya, kesan yang sampai ke Bunda adalah buku ini sebenernya panduan jadi mahasiswa di Belanda (kayak tips dan berbagi pengalaman selama jadi mahasiswa di Belanda plus jalan-jalan ala backpacker) yang dibungkus novel.

Ketiga, karena bikin ceritanya berempat dan dipaksakan untuk satu gaya cerita, jadi aneh. Jujur, ini yang bikin Bunda susah payah menelan cerita di sini karena gaya cerita yang dipaksakan untuk jadi satu gaya. Kenapa? Yang nulis berempat, kan? Tiap orang itu isi kepala dan gaya menulisnya berbeda. Sehingga, Bunda perhatikan, setiap karakter di sini bisa diceritakan dengan gaya yang mengalir dan menyenangkan, tapi kadang boriiiiiiiing banget cara menceritakannya sampai males nerusin ke halaman berikutnya. Ada juga yang disampaikan dengan style kayak di novel tante Otak Prima itu. 

Keempat, hampir semua deskripsi ceritanya membosankan, kecuali beberapa line yang bikin bunda ngakak. Misalnya, "Ketiganya punya prinsip serupa: bikin dosa, minimal berjamaah." (hal 275). Hahahaha...

Kelima, romance yang terbangun di cerita ini terlalu ringan, jadi malah garing. Hihihi. Entah kalo di film nanti. 

Keenam, buku ini bercerita tentang teknologi pada masanya. Jadi ketika dibaca enam tahun setelah buku itu terbit, agak terkaget-kaget juga, sih, mengingat dalam enam tahun, telah terjadi kemajuan teknologi sedemikian dahsyatnya. Hihi. Tapi lumayan lah, buat sedikit pengingat bahwa pada masa itu, teknologi yang paling canggih adalah komputer berprosesor dual core :D *belum disinggung tablet sih, karena Wicak masih pake PDA a.k.a Personal Digital Assistant*

Ketujuh, ini plusnya, hampir keseluruhan dialognya menyenangkan dan hidup, jadi ya lumayan bisa jadi alasan untuk bertahan membaca dan juga penasaran kalo dibuat film seperti apa jadinya. 

Oya, papa protes tuh, kenapa bukan kecengannya (Chika Jessica) yang jadi pemeran Lintang. Diiiih!  Walau di novel diceritakan kalo Lintang itu cempreng, tapi Bunda mah ga ridho kalo Chika Jessica yang meranin jadi Lintang. Syukurlah, yang jadi Lintang itu Tatjana Saphira. Haha. Bukan cemburu ama Chika Jessica, sih, cuma gimana, ya... nggak banget lah kalo hanya kecemprengan yang dinilai layak memerankan Lintang. 

Papa ngecengin Chika Jessica? Ya begitu, deh, selera cewek-cewek papa. Tipenya semacam. Mulai dari Fitri Tropika, Chika Jessica, dan cewek heboh semacam mereka itulah. Hihihi. Untunglah karakter Bunda yang kalem menghanyutkan gitu, jadi bisa menetralkan selera aneh papa. Ups! /dipentung :D *nggak meremehkan atau merendahkan mereka, kok, cuma yah... kurang sreg aja ama style beliau-beliau :D*

Nah, jadi untuk beberapa alasan di atas, bintang tiga lumayan banyak loh, ya...

Btw, ternyata Arifin Putra itu ganteng pake banget, yaaaaa.... hihihi....

Cheers and Love! xoxo,




4 komentar:

  1. Aku udah lama sih teh bacanya dan akalu diingat-ingat nggak terlalu suka juga sama bukunya :D pengen nonton sih filmnya karena ada Abimananya. Hehehe

    Semoga sehat terus ya teh :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. wahahaha... ternyata Lilis ngecengin Abimana... :D :D :D

      Hapus
  2. ah iya banget. beberapa halaman awal, saya menikmati tips hidup di Belanda. tapi selanjutnya saya skip. males aja gitu pertengahan cerita tiba-tiba nyempil tips. jadinya gregetnya inti cerita jadi gak bisa dinikmati. -____-

    BalasHapus

tirimikisih udah ninggalin komen di sini... *\(^0^)/*