Tampilkan postingan dengan label fiksi kontemporer. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label fiksi kontemporer. Tampilkan semua postingan

4 Jan 2016

Pintu Harmonika oleh Clara Ng dan Icha Rahmanti



Judul: Pintu Harmonika
Penulis: Clara Ng dan Icha Rahmanti
Penyunting: Arief Ash Shiddiq
Perancang Sampul: Diani Apsari
Pemeriksa aksara: Dias Rifanza Salim
Penata aksara: Kuswanto
Desain: Teguh Pandirian
Ilustrasi: Herdiyani
Diterbitkan oleh: PlotPoint Publishing (PT Bentang Pustaka)
Cetakan Pertama, Januari 2013
ISBN: 978-602-9481-10-5
Genre: Novel, Young Adult, Fiksi, Family, Drama, Indonesian Literatur
Status: Punya, beli di Selebvi (seken tapi masih segel :D)
Harga: Lupa!


Dijual cepat: S U R G A!

Punyakah kamu surga di Bumi, tempatmu merasa bebas, terlindungi dan begitu bahagia hanya dengan berada di situ?

Rizal, Juni, dan David menemukan surga lewat ketidaksengajaan. Buka pintu harmonika, berjalan mengikuti sinar matahari, dan temukan surga. Surga yang tersembunyi di belakang ruko tempat tinggal mereka.

Walau mereka berbeda usia dan tidak juga lantas bermain bersama, Surga membuat mereka menemukan bukan hanya sahabat, tetapi juga saudara dan keluarga. Ketika surga mereeka akan berakhir, semangat mempertahankannya membawa mereka pada sebuah petualangan lewat tengah malam. Apa pula hubungannya dengan pencitraan Rizal, masalah Juni di sekolah dan bulu hitam misterius yang berpendar cantik temuan David serta suara-suara misterius di atap rukonya?



 Halo, Kakak Ilman dan Adik Zaidan...

Selamat tahun baru 2016! Semoga di tahun 2016 ini target baca yang sudah diset terpenuhi, begitu juga target menulis review di blog ini. Tertampar akibat target baca dan nulis review di tahun lalu yang begitu kendor, berantakan dan buyatak, tahun ini Bunda bertekad mau memperbaiki bacaan Bunda. Rencananya nggak pake perencanaan mau baca apa, random aja. Yang penting, harus jadi mood booster untuk baca dan nulis review, biar nggak disemprit atau sampai ditendang oleh Divisi Membership BBI.  *peace* :D

Sebelumnya, pengen teriak dulu...

INI REVIEW PERTAMA DI 2016! *colok sound system*

Akibat sakit cukup lama, Bunda dikasih istirahat di Surga kita. Diambil secara random, keambil buku ini, deh. Buku bintang lima pertama yang Bunda baca di tahun 2016. Senang sekali! Semoga bisa menjadi mood booster untuk baca yang berikut-berikutnya, ya...

Alasannya kenapa sampai Bunda kasih lima bintang? Emang ceritain apa aja, sih?

Buku ini dibagi tiga bagian. Masing-masing bagian diceritakan oleh setiap karakter. Awal buku ini dikisahkan oleh Rizal Zaigham Harahap, remaja lelaki siswa SMP yang baru pindah ke kompleks ruko di mana Surga berada. Ayah Rizal, om Firdaus, punya toko kelontong di rukonya. Rizal adalah seorang seleb di dunia maya, blogger yang punya fans fanatik tersendiri bernama Rizal's Angels. Di blognya, Rizal sering bercerita tentang travelling ke luar negeri. Intinya, sebagai blogger muda, dia punya pengaruh besar bagi kalangan netizen. Rizal juga cakep, bodinya keren karena sering ditempa di "gym" bernama Firdaus Bootcamp.

Bunda suka dengan gaya bahasa Rizal. Santai dan dalem. Rizal baru saja ditinggal ibunya sebelum mereka pindah ke ruko itu. Oya, ada "cerita" tersendiri, nih. Pas baca bagian Rizal sedang mengenang mendiang ibunya, pas Kakak Ilman lagi pilih-pilih lagu di playlist. Trus, ada lagu A Song for Mama-nya Boyz II Men yang kebetulan kepencet Kakak. Eh, Bunda minta Kakak perdengarkan lagu itu. Lagunya sendiri emang punya efek membuat leleh alias menangis, dipadu dengan kisah Rizal sedang mengenang Ibunya, Bunda jadi nangis bombay, deh. Hahaha. Baper, yak.

Tulisan Rizal sebenernya sarat muatan "pesan" untuk orang-orang dewasa yang disampaikan lewat gaya abege. Terutama tentang pencitraan. Ngena banget!

Oya, soal Rizal's Angel. Ini bagian yang cukup bikin ngakak, mengingat Bunda adalah Emotional Angels. Apa itu? YongHwa CNBLUE ahjussi kan Emotional, nah, karena Bunda adalah salah satu front pembela YongHwa ahjussi, Bunda masuk Emotional Angels XD

Di bagian kedua, disampaikan oleh karakter Juni. Sebenernya jadi agak ada pengulangan cerita, karena beberapa sebelumnya sudah diceritakan oleh Rizal. Tapi nggak mengganggu, karena memang ada beberapa detail mengenai Juni yang Rizal nggak tahu, kan? :D

Juni Syahnaz, gadis pintar, tetangga sebelah rumah Rizal, ayahnya pemilik usaha sablon. Dulunya sering dibully kakak kelasnya karena dia pintar, namun kemudian berubah menjadi pembully. Salah satu efek sampingnya adalah bisnis sablon ayahnya nyaris gulung tikar akibat kelakuannya membully adik kelasnya.

Di bagian ketiga, disampaikan oleh David Edogawa, seorang anak SD imut-imut yang pintar bermain piano. David anak tante Imelda, seorang pembuat kue. Kue malaikat adalah kue terkenal buatan tante Imelda. Namun, ketika Rizal mempromosikan kue malaikat untuk penggalangan dana tim dance di sekolahnya, ada yang salah dengan kue itu. Senyum khas yang biasa menghiasi kue malaikat menghilang! Ini misterius!

Sebagai seorang yang sangat memuja Conan Edogawa, David merasa tersinggung karena dianggap anak kecil oleh Juni dan Rizal, salah satunya ketika nggak diajak untuk beroperasi tengah malam. Agak aneh juga, karena di dua bagian cerita, sama sekali nggak melibatkan David yang padahal dia pintar dan bahkan telah membuat laporan penemuan hilangnya kucing tetangga mereka. Mestinya mereka perlu bantuan David, tuh!

Ketika dua sudut pandang bercerita tentang pengalaman Rizal dan Juni melakukan operasi PIA (Progressive Indirect Attack) untuk mencegah dijualnya Surga, diceritakan ada suara gaduh dari ruko tante Imelda, tapi nggak pernah dibahas baik di sudut Rizal maupun Juni. Tentu saja ini mengundang penasaran. Apaan, sih?

Twist dan akhir cerita yang sama sekali tidak tertebak sejak awal membuat sulit sekali berhenti membacanya. Sama seperti ketika membaca The Da Vinci Code ~ Dan Brown dan PREY ~ Michael Crichton, susah naruh buku walau ada yang lain yang lebih penting yang harus dilakukan. Hihihi.

Kalo ditanya, dari sudut siapa Bunda paling suka, Bunda paling suka dari sudut Rizal. Bunda suka dengan gaya ayah Rizal, juga ketika Rizal menulis untuk mengakui kesalahannya! Keren!

Covernya yang cantik, cara berceritanya yang renyah kayak makan keripik jagung ~ susah berhentinya, bikin Bunda ngerasa buku ini pantes dapat bintang lima versi Bunda.

Filmnya sendiri udah tayang tahun 2013. Bunda belum nonton, sih. Entah, deh, kalo liyat trailernya doang, keknya nggak seperti bayangan Bunda pas baca. Kalo nanti udah nonton, Bunda coba bikin reviewnya di sini, deh...


Oke, sampai ketemu di review berikutnya. Have a nice day! ^_^

Love and cheers! xoxo,








Terusin baca - Pintu Harmonika oleh Clara Ng dan Icha Rahmanti

17 Sep 2015

Negeri van Oranje by Wahyuningrat, dkk


Judul: Negeri van Oranje
Penulis: Wahyuningrat, Adept Widiarsa, Nisa Riyadi, Rizki Pandu Permana
Editor: Gunawan B.S
Desain Sampul: Natalia
Pemeriksa aksara: Yudith
Penata aksara: Hanum
Diterbitkan oleh Penerbit Bentang
ISBN: 978-979-1227-58-2
Cetakan Ketiga, Juni 2009
Jumlah halaman: vii + 478 hlm; 20,5 cm
Genre: Novel, Fiction, Travel, Indonesian Literature, Romance, Humor, Adventures
Status: Punya, beli seken di tante Nadiah Alwi

Kata siapa kuliah di luar negeri itu gampang? Perkenalkan Lintang, Banjar, Wicak, Daus, dan Geri. Lima anak manusia terlahir di Indonesia, terdampar bersekolah di Belanda demi meraih gelar S2. Mulai dari kurang tidur karena begadang demi paper, kurang tenaga karena mesti genjot sepeda berkilo-kilo meter bolak-balik ke kampus setiap hari, sampai kurang duit hingga terpaksa mencari pekerjaan paruh waktu; semua pernah mereka alami.

Selain menjalani kisah susah senangnya menjadi mahasiswa rantau di Eropa, mereka juga menjalin persahabatan dan berbagai tip bertahan hidup di Belanda. Mereka pun bergelut dengan selintas pertanyaan di benak mahasiswa yang pernah bersekolah di luar negeri: untuk apa pulang ke Indonesia? Dalam perjalanan menemukan jawaban masing-masing, takdir menuntut mereka memiliki keteguhan hati untuk melampaui rintangan, menggapai impian, serta melakukan hal yang paling sulit: the courage to love!

Novel ini ditulis dengan gaya lincah, kocak, sekaligus menyentuh emosi pembaca. Kita juga akan diajak berkeliling mulai dari Brussel hingga Barcelona, mengunjungi tempat-tempat memikat di Eropa, dan berbagi tip berpetualang ala backpacker


Halo, Kakak Ilman dan Adik Zaidan...
Sebelum mereview, Bunda mau ngabarin sedikit berita sedih. Tahun ini, lagi-lagi kalian berdua gagal dapat adik seperti tahun lalu. Pertengahan Agustus 2015 ini, Bunda keguguran lagi, sama seperti Agustus 2014. Mungkin sudah saatnya Bunda berhenti berusaha memberi kalian berdua adik dan lebih fokus pada kalian berdua, karena ternyata kalian berdua itu begitu demanding terhadap Bunda, ya... Sedih? Jelas. Tapi ada sisi lega juga, karena ternyata kalian semakin demanding. Kebayang aja, sih, kalo ada adek bayi sementara situasi kalian lagi seperti ini, mungkin kalian tidak terurus. 

Sudah, ya, berita sedihnya. Sekarang Bunda pengen cerita tentang buku yang mulai Bunda baca sejak April apa Mei ini dan baru kelar 8 September 2015. Lama? Ya banget. Tebal? Nggak sampai 500 halaman padahal. Lalu kenapa sedemikian lama?
Ah... kisahnya panjang.... Haha. Tapi review Bunda mungkin bisa bikin kalian maklum, kenapa Bunda lama selesaiin bacanya (sebenernya bukan faktor utama banget, tapi faktor penunjang juga dan cukup krusial)


Sinopsis

Seperti yang dibahas di blurb di atas, Negeri van Oranje berkisah tentang persahabatan kelima mahasiswa yang sedang berjuang di Negeri Oranye alias Walanda, errr, Belanda. Mereka adalah Banjar, Daus, Wicak, Geri, dan Lintang. Sebenernya, kelima orang ini nggak datang dari kampus yang sama, bahkan mereka ini beda kota semua. Ada yang di Den Haag, Wageningen, Leiden, Utrecht, Amsterdam, dan lainnya (lupa lagi. hihi)

Mereka menamai diri mereka sebagai Aagaban, sering ngobrol ngocol lewat conference di Yahoo Messenger group. Mereka sangat dekat satu sama lain walau masing-masing dari anggota Aagaban ini punya masalah pribadi yang cukup rumit, misalnya aja Daus yang sering gagal berbuat maksiat padahal mumpung lagi di "surga tempat maksiat" ~ mungkin doa Engkongnya sedemikian melekat jadi dia selalu terlindungi dari berbuat maksiat. Banjar yang kehabisan duit sehingga ngos-ngosan cari kerja sambilan di sebuah restoran Indonesia. Lintang yang punya mimpi bersuamikan bule ganteng, tapi sering kandas setiap pacaran dengan para bule itu. Wicak dengan masalahnya sendiri juga. Cuma Geri yang kayaknya sempurna. Ganteng, anak orang kaya, pinter, manis. Tapi jujur, Bunda selalu curiga dengan pria macam ini. Hehe.

Romance-nya muncul ketika ternyata para pria ini bersaing mendapatkan Lintang. Di akhir tahun mereka berada di Belanda, para pria ini ternyata perang dingin karena ternyata mereka sama-sama memendam perasaan pada Lintang. Yah, seperti yang Sarah Sechan bilang di acara talkshow-nya pas para pemain Negeri van Oranje hadir, "pada akhirnya Lintang hanya memilih satu dari keempat pria itu".

Yes, Negeri van Oranje dibuat filmnya. Sejujurnya, Bunda pengen banget nonton, karena pengen tau gimana feelnya kalo dibuat film.




Sedikit bocoran aja (sampai Bunda ngetik review ini belum nemu trailer filmnya soalnya) orang-orang yang bakalan jadi karakter-karakter di Negeri van Oranje adalah sebagai berikut:

Abimana Aryasatya sebagai Wicak
Ge Pamungkas sebagai Daus
Arifin Putra sebagai  Banjar
Chico Jericho sebagai Geri
Tatjana Saphira sebagai Lintang
Bunda emang pengen baca Negeri van Oranje sejak awal terbit, tapi entah kenapa tiap beli buku kelupaan mulu ambil yang ini. Nah, karena teman-teman Kubugil udah pada baca (jelas laaaah, kan, ada uwa Aaqq yang ikut berkontribusi nulis novel ini), Bunda nggak mau ketinggalan doooong. Eh, buku di tangan udah dari tahun 2010 kalo ga salah, tetep aja kelupaan mau baca. Padahal buku ini udah banyak cetak ulangnya.

Sampai akhirnya, awal Maret 2015 lalu, pas Bunda lagi iseng cari buku buat dibaca, Bunda ambil buku ini dari rak dan malah papa duluan yang terlihat menikmati bacanya. Hihihi... Bunda jadi pengen baca juga karena bentar lagi kan filmnya mau tayang. 



Oke, ini Review Bunda

Pertama, soal pertemuan mereka kalo menurut Bunda terbilang too good to be true kalo buat langsung jadi akrab dan bersahabat sekaligus mengingat latar belakang mereka sangat jauh berbeda, tapi yah, faktor mereka "sama-sama mahasiswa Indonesia" bisa dimaafkan lah sedikit :D

Kedua, Bunda melihat novelnya itu hanya casing. Di halaman pertama, kesannya bagus banget. Wah, kayaknya seru, nih! Tapi, setelah masuk ke halaman berikutnya, kesan yang sampai ke Bunda adalah buku ini sebenernya panduan jadi mahasiswa di Belanda (kayak tips dan berbagi pengalaman selama jadi mahasiswa di Belanda plus jalan-jalan ala backpacker) yang dibungkus novel.

Ketiga, karena bikin ceritanya berempat dan dipaksakan untuk satu gaya cerita, jadi aneh. Jujur, ini yang bikin Bunda susah payah menelan cerita di sini karena gaya cerita yang dipaksakan untuk jadi satu gaya. Kenapa? Yang nulis berempat, kan? Tiap orang itu isi kepala dan gaya menulisnya berbeda. Sehingga, Bunda perhatikan, setiap karakter di sini bisa diceritakan dengan gaya yang mengalir dan menyenangkan, tapi kadang boriiiiiiiing banget cara menceritakannya sampai males nerusin ke halaman berikutnya. Ada juga yang disampaikan dengan style kayak di novel tante Otak Prima itu. 

Keempat, hampir semua deskripsi ceritanya membosankan, kecuali beberapa line yang bikin bunda ngakak. Misalnya, "Ketiganya punya prinsip serupa: bikin dosa, minimal berjamaah." (hal 275). Hahahaha...

Kelima, romance yang terbangun di cerita ini terlalu ringan, jadi malah garing. Hihihi. Entah kalo di film nanti. 

Keenam, buku ini bercerita tentang teknologi pada masanya. Jadi ketika dibaca enam tahun setelah buku itu terbit, agak terkaget-kaget juga, sih, mengingat dalam enam tahun, telah terjadi kemajuan teknologi sedemikian dahsyatnya. Hihi. Tapi lumayan lah, buat sedikit pengingat bahwa pada masa itu, teknologi yang paling canggih adalah komputer berprosesor dual core :D *belum disinggung tablet sih, karena Wicak masih pake PDA a.k.a Personal Digital Assistant*

Ketujuh, ini plusnya, hampir keseluruhan dialognya menyenangkan dan hidup, jadi ya lumayan bisa jadi alasan untuk bertahan membaca dan juga penasaran kalo dibuat film seperti apa jadinya. 

Oya, papa protes tuh, kenapa bukan kecengannya (Chika Jessica) yang jadi pemeran Lintang. Diiiih!  Walau di novel diceritakan kalo Lintang itu cempreng, tapi Bunda mah ga ridho kalo Chika Jessica yang meranin jadi Lintang. Syukurlah, yang jadi Lintang itu Tatjana Saphira. Haha. Bukan cemburu ama Chika Jessica, sih, cuma gimana, ya... nggak banget lah kalo hanya kecemprengan yang dinilai layak memerankan Lintang. 

Papa ngecengin Chika Jessica? Ya begitu, deh, selera cewek-cewek papa. Tipenya semacam. Mulai dari Fitri Tropika, Chika Jessica, dan cewek heboh semacam mereka itulah. Hihihi. Untunglah karakter Bunda yang kalem menghanyutkan gitu, jadi bisa menetralkan selera aneh papa. Ups! /dipentung :D *nggak meremehkan atau merendahkan mereka, kok, cuma yah... kurang sreg aja ama style beliau-beliau :D*

Nah, jadi untuk beberapa alasan di atas, bintang tiga lumayan banyak loh, ya...

Btw, ternyata Arifin Putra itu ganteng pake banget, yaaaaa.... hihihi....

Cheers and Love! xoxo,




Terusin baca - Negeri van Oranje by Wahyuningrat, dkk

30 Jan 2015

PostBarSSBBI2014 - Train Man (Densha Otoko) by Hitori Nakano






Halo, Kakak Ilman dan Adik Zaidan...

Ketemu lagi sama posting berbau Secret Santa BBI 2014 :D
Tapi... jangan seneng dulu... Di sini, nggak akan ada posting nebak siapa santa Bunda, karena posting ini hanya untuk review aja. Biar nggak campur aduk. Pengennya, ya postingan khusus review, biar buat review aja. Nggak dicampuri hal lain.

Oke. Boleh diskip ke judul lain, kok. Bunda akan tetep lanjutin ngetik review Bunda mengenai Train Man yang udah lama Bunda idam-idamkan ini.. :D




Judul: Train Man (Densha Otoko)
Penulis: Hitori Nakano
Penerjemah: Kanti Anwar
Penyunting: Tim Redaksi Qanita
Proofreader: Wiwien Widyawati
Desain cover: Agung Wulandana
Diterbitkan oleh Penerbit Qanita
Cetakan 1, Mei 2013
ISBN: 978-602-9225-71-6
Jumlah halaman: 436 halaman; 20,5 cm
 Genre: Romance, Kultural Jepang, Japanese Literature, Fiksi Jepang, Kontemporer, Young Adult, Asian Literature


Berdasarkan statistik, cowok otaku akan menyerah saat jatuh cinta pada cewek sungguhan. Apalagi kalau cewek itu berkali-kali lipat lebih baik darinya.

Mereka juga putus asa.

Namun, Pria Kereta Api tidak begitu. Saat jatuh cinta dengan gadis yang ditolongnya, dia langsung main ke sebuah forum internet untuk meminta dukungan. Untungnya, teman-temannya di dunia cyber baik-baik dan sangat bersemangat.

Mereka memberi tips-tips pada Pria Kereta Api agar dia bisa bersatu dengan gadis itu.

Masalahnya, terkadang tips-tips itu agak aneh dan diusulkan para jomblo yang tidak berpengalaman. Berhasilkah Pria Kereta Api meluluhkan hati gadis cantik yang perlahan-lahan mengubah hidupnya?



Cuma satu kata: SUKAAAAAAAAAA!

Baca sejak halaman pertama tuh, serasa lagi ada di dalam utas/forum otaku, tapi cuma jadi silent reader. Ikut degdegan juga di setiap perkembangan yang ada. Hihihi.

Jadi, ceritanya, si Pria Kereta Api tuh curhat. Di dalam kereta api yang dinaikinya, ada seorang kakek mabuk yang mengganggu di dalam kereta. Korbannya adalah para penumpang perempuan. Bunda sih kebayang serem, ya, kalo di dalam kereta, ada orang mabuk, terus melakukan tindakan senonoh. Nah, karena melihat para penumpang wanita ketakutan, Pria Kereta Api berusaha menghalau si kakek pemabuk itu dari mengganggu para penumpang wanita. Ketika akhirnya si kakek mabuk digelandang di kantor keamanan stasiun, kemudian Pria Kereta Api menjadi saksi, para penumpang wanita itu mengucapkan terima kasih padanya. Dan dari semua perempuan yang berterima kasih padanya, ada satu perempuan (dia sempet nyebut "bibi") yang disukainya. Dan tanpa disangka, ternyata si bibi yang disukainya itu mengiriminya hadiah berupa cangkir merk Hermes, sebagai tanda terima kasih. Wohohoho...

Namanya juga suka, pas dapet hadiah dari orang yang disukai tuh rasanya gimana gitu yaa...

Akhirnya atas dorongan warga utas, Pria Kereta Api berhasil mengontak si bibi, yang kemudian dipanggil Nona Hermes oleh warga utas. Pria Kereta Api ini betul-betul mengubah total penampilannya, jadi rajin belanja pakaian, bahkan datang ke salon untuk mengubah penampilannya, supaya dia tampak menghargai Nona Hermes.

Begitulah. Cerita terus bergulir. Kalian mungkin sudah bisa menebak bagaimana endingnya. Iya. Bunda kasih sopilernya. Happy ending.

Tapi...

Bukan endingnya yang Bunda nikmatin. Dari awal emang udah ketebak, kok, ceritanya akan berakhir di mana...

Bunda menyukai obrolan di dalam utas ini. Seperti yang Bunda bilang di atas tadi, rasanya Bunda seperti silent reader di dalam utas itu, yang ikut degdegan pada setiap berita terbaru. Lucunya lagi, mereka main ikon. Heuheu. Atau istilah akan ada korban bergelimpangan, karena ini adalah peperangan. Yep. Perang antara Pria Kereta Api dengan rasa takut saat mendekati Nona Hermes. Wuih! Seru! Selalu bikin ngakak setiap ada respons yang masuk. Hihihi...

Somehow, Bunda bisa memahami perasaan orang yang sedang jatuh cinta. Ada perasaan takut ditolak, yang mana harga diri akan jatuh jika ditolak, juga perasaan ingin terbang di kala ternyata si orang yang disukai itu punya perasaan yang sama. Jadi, aura kasmaran sekaligus kegugupan Pria Kereta Api terasa banget di sini. Dan mungkin juga karena diterjemahkan langsung dari Bahasa Jepang, ya, kerasa banget lah, kalo memang bersetting di Jepang.

Terjemahannya enak, mengalir. Mudah-mudahan nggak ada yang lost in translation (pinjam istilah Tante Stefanie Sugia). Jadi, rasanya kalo Bunda kasih bintang 5 itu sama sekali nggak berlebihan, karena emang Bunda sukaaaaaaaaaaaaaaaaa banget cerita ini. Tapi untuk dibaca lagi dalam waktu dekat, nggak dulu, deh. Timbunan Bunda yang lain masih buanyaaaaaaaaaaaaaak. Baru dapat banyak kiriman buku juga dari Uwak Threez. Sayang kalo nggak dibaca.

Lalu, ketika Bunda sampai di halaman penutup, Bunda menemukan ini


Pria Kereta Api 
Penulis/Hitori Nakano*

Hak cipta dari keseluruhan buku ini tidak dimaksudkan untuk membatasi hak cipta tulisan anonim dengan cara apa pun. Hak untuk penerbitan buku ini didasarkan pada kesepakatan khusus dengan 2 channel dan dipegang oleh (PT) Shinchosha. Hak cipta masing-masing penulis di 2 channel sendiri tidak hilang. Karena penulis-penulis anonim di sini sulit ditelusuri identitasnya, kami memperoleh kesepakatan khusus dengan 2 channel sebagai pemegang hak. Selain itu, kami telah meminta persetujuan terlebih dahulu tentang kemungkinan mengutip/mencetak ulang kuki (cookies) dalam 2 channel. Berdasarkan hal tersebut di atas, terhadap rekan penulis asli, kami mohon dengan maklum atas cetak ulang tanpa izin dan imbalan. Selain itu, terkait dengan penerbitan log lama di buku ini, terlebih dahulu kami mohon maaf atas beberapa suntingan yang tidak mengubah makna seperti kesalahan atau kelalaian pengetikan.

*Hitori Nakano adalah nama rekaan yang bermakna "orang-orang lajang yang berkumpul di papan buletin internet".

Sewaktu Bunda posting reading progress di Goodreads, yang cross post ke facebook, Bunda dapat komentar dari tante Syifa yang bilang, kalo dia udah nonton doramanya. OH! Ada doramanya, toh? Bunda terus ngecek, kan, ke tempat forum dorama. MEMANG ADAAA! Di sinopsisnya dibilang kalo cerita Train Man diambil dari kisah nyata. Haduuuh! Jadi pengen donlot! Ntar, deh. Kemaren abis donlot drama Koreyah yang panjang banget episodenya demi si akang x))

Nah, jadi, dear Santa... Bunda senaaaaaaaaaaaaaaaaaang sekali dapat hadiah buku ini. YAY! Bunda juga udah bilang, kan, di twitter (kalo Santa baca, sih... hihi...) MAKASIH, YAAA! Semoga kebaikan Santa dibalas Tuhan! 
Soal pembalasan, Bunda lagi siapin hadiah buat Santa, sih... masih in progress. Sabar, ya, Santa... 

OK. Bunda mau review buku hadiah dari Santa satunya lagi. Abis itu, Bunda akan bongkar hasil investigasi Bunda mengenai siapa Secret Santa Bunda di tahun 2014. Semoga nggak salah tebak kayak dua tahun lalu, yaaa....

See you....

Cheers! Love you both! xoxo







Terusin baca - PostBarSSBBI2014 - Train Man (Densha Otoko) by Hitori Nakano

7 Mei 2014

Kisahku Bersama Sepotong Kata Maaf


Judul: Sepotong Kata Maaf
Penulis: Yunisa KD
Editor: Anin Patrajuangga
Desainer Cover: Steffi
Penata isi: Phiy
Diterbitkan oleh PT Grasindo
Cetakan pertama 2013
Jumlah halaman: 304 hal
Genre: Novel, Fiksi Kontemporer, Time travel, Woman, Semi-thriller
ISBN: 978-602-251-132-8
Status: Punya. Beli di Hobby Buku Online Bookshop
Harga: IDR 53,000


Blurb:
Ini adalah kisah nyata seorang gadis yang menolak untuk meminta maaf meskipun telah berulang kali diajukan permintaan resmi agar ia melakukannya. Dia meninggal 7 kali oleh pena seorang novelis. Itulah cara ringan untuk merangkum cerita ini.

Dalam dimensi yang berbeda, hidup memang seperti persamaan Matematika: ada berbagai variabel dan konstanta. Kematian seorang gadis bermoto "Maaf tampaknya adalah kata tersulit", itulah sang konstanta.

Halo, Kakak Ilman dan Adik Zaidan...
Kelar juga baca buku ini setelah mandek lama. Hehe...



Sama penulisnya, buku ini digadang sebagai buku yang berdasarkan kisah nyata, pengalaman penulisnya sendiri. Konon, sneak peek-nya sering beredar di fanpage penulis. Cuma Bunda nggak ngikutin, sih, jadi ga begitu tau. Takutnya, kalo Bunda terlalu tahu cerita hidup penulis, Bunda nggak netral lagi dalam mereview bukunya. Bunda nggak tertarik dengan kehidupan pribadi penulis, makanya nggak follow twitternya maupun gabung di fanpagenya. Dengan begitu, Bunda bisa baca novel yang ini ya apa adanya yang tertuang di sini aja. Walaupun dibilang berdasarkan kisah nyata.

Jadi? Sepotong Kata Maaf ceritanya tentang apa?

Ceritanya bermula dari kekesalan Dewi yang pada saat acara ROM (penandatanganan perjanjian pernikahan) mesti menyaksikan suaminya, Jeremy Subroto, berfoto dengan sahabatnya, Lisa Hisman ~yang kemudian diberi julukan "ganjen"~ tanpa mempelai perempuan. Yang menambah kekesalan Dewi adalah posisi Lisa yang teramat dekat dengan Jeremy yang hanya tersisa sedikit aja ruang sehingga mereka nyaris nempel. Jeremy yang menganggap Lisa adalah sahabatnya, tentu nggak ngeh dengan kekesalan Dewi. Menurut Jeremy, ini wajar aja, karena mereka bersahabat. Sementara menurut Dewi, keluarga Dewi dan teman-teman Dewi, pose foto berdua seperti itu, tanpa mempelai wanita juga, bikin geger dan geram.

Dari situ, cerita berkembang ke berbagai alternatif kematian Lisa Hisman di dimensi yang berbeda. Gimana cara? Pake mesin waktu, dong...

Di cerita awal, Lisa dan Armand akan melangsungkan pernikahan, tapi gereja tempat mereka menikah dibom. Kemudian, Jeremy yang jenius itu, masuk ke mesin waktu ciptaannya untuk mencegah pengeboman terjadi, karena niatnya sih, menyelamatkan orang lain yang ga bersalah. Kalo Lisa doang yang mati ya biar aja. Kurang lebih gitu. Maka dimulailah kisah petualangan Jeremy Subroto melintasi berbagai dimensi lewat mesin waktu yang ternyata nyasar melulu. Yang jelas, ini bikin penulis leluasa membunuh Lisa Hisman di berbagai dimensi waktu dengan berbagai alternatif cara kematian :D

Kabarnya, sih, ini emang kisah nyata penulis pada saat dia dan suaminya meresmikan pernikahan mereka. Jadi, anggaplah, ini novel balas dendam buat mbak Lisa (nama sebenarnya) yang sudah membuat penulis murka.

Sebetulnya, ide time travel itu udah nggak aneh, sih. Jadi ya nggak ada yang istimewa banget dari novel ini. Yang jelas, sih, aura dendamnya nyampe banget ke pembaca. Kelewatan aja, sih, menurut Bunda... Dengan kata lain: lebay banget dendam kesumatnya.

Beberapa catatan yang sempet Bunda simpan tentang buku ini, ya...

1. Kalo dari sisi ide, terus terang Bunda nggak suka, apalagi "inspired from true story". Karena penulis memang berniat membunuh seorang Lisa Hisman di dalam novelnya sampai tujuh kali. Well, oke. Merasa kesal, benci karena seseorang telah "melukai" perasaan kita tuh wajar. Tapi, jauh lebih baik memaafkan duluan daripada "mengemis" permintaan maaf dari orang lain dan ketika permohonan maaf nggak kunjung datang, lalu memutuskan "membunuh" orang yang dibenci (meski) dalam bentuk cerita fiksi dalam berbagai alternatif itu cuma membuat penulis terlihat sama sekali nggak bermartabat. Sorry to say.

2. Bunda juga pernah merasa cemburu atau kesal sama orang. Tapi, Bunda percaya, memaafkan lebih dulu itu lebih bikin legowo dan nggak kepikiran, kok. Hidup jadi tenang dan nggak penuh dendam. Tips dari Bunda, daripada membenci seseorang lebih baik mengabaikan orang yang (tadinya) kita benci aja. Lebih enak dan ga musingin ke kitanya. Beneran, deh! Cobain aja. Ignorance is bliss :D

3. Dari sisi penceritaan. Hmm.. nggak ada yang berubah, sih, dibanding buku biru legendaris penulis. Apalagi kalo yang dimaksud dengan karakter Dewi di sini adalah penulis itu sendiri. Aura narsisnya udah over dosis, jauh melampaui narsisaurus syndrome-nya Gilderoy Lockhart. Bayangin narsisnya si Gilderoy Lockhart aja udah bikin muak, maka kalo ada orang lain yang narsisnya melampaui beliau, silakan takar sendiri standar kemuakan kalian.

4. Deskripsi karakter utama yang terus menerus diulang, bikin 300 halaman buku terasa seperti pemborosan. Karena, kayaknya kalo bisa dilangsingin, 150 halaman juga kelar. Bunda coba bandingkan cara penulis lain yang bukunya Bunda baca dan beberapa udah Bunda review di antaranya, rata-rata mereka nggak saklek mendeskripsikan karakter utama mereka kayak gimana. Ngalir aja di cerita, tapi kita sebagai pembaca, bisa langsung ngebayangin dan punya imajinasi sendiri mengenai karakter di cerita itu. Nggak rusak oleh deskripsi yang bener-bener text book dari penulis.

Sebagai contoh, semua pembaca serial Harry Potter pasti tahu gimana cerdasnya Hermione Ginger tanpa perlu disebutin berkali-kali kalo Hermione itu pinter, genius, penghafal cepat dan pelahap buku. Semua muncul lewat dialog-dialog yang cerdas dan ide-ide yang dicetuskan Hermione ketika mereka menghadapi masalah.

Atau, karakter Amal di buku Does My Head Look Big in This? Meski nggak disebutin segimana cantik, cerdas, penuh sopan santun dan punya kebaikan hati yang luar biasanya Amal, kita bisa tahu gitu aja (atau minimal ngebayangin, deh) melalui semua dialog dan ceritanya.

Masih banyak deh yang lainnya. Termasuk gimana kita bisa ngebayangin gantengnya Christian Grey di FSOG. Ga perlu deskripsi lengkap banget yang bakalan menghancurkan imajinasi pembaca.
Sementara di buku ini, penulis kek pengen ngasi tau pembacanya berulang-ulang, kalo Dewi itu cantik, sempurna, punya buah dada yang menggemaskan, pintar, kaya, tahu sopan santun, punya tata krama dan seterusnya.

5. Sebentar. Tadi Bunda bilang, berkali-kali disebutin Dewi itu cantik, sempurna, punya buah dada yang menggemaskan, pintar, kaya, tahu sopan santun, punya tata krama dan seterusnya, kan? Nah. Kalo iya, tahu sopan santun, punya tata krama, ini ada sesuatu yang bikin Bunda agak sakit kepala.
Dewi ini berkali-kali mengomeli suaminya dengan kata-kata, "kamu ini goblok atau goblok, sih, Mi?" Kalo seorang Dewi adalah seperti yang disebutkan berulang-ulang di atas, lalu bisa nyebut suaminya goblok berulang-ulang setiap dia merasa kesal pada suaminya yang kurang peka sama perasaannya, terutama terhadap kekesalannya pada Lisa Hisman, lalu gimana dengan perilaku orang yang nggak punya tata krama dan sopan santun, ya? *headspin*

6. Penulis berusaha keras banget buat terlihat kalo dia banyak banget pengetahuannya dengan memasukkan berbagai quote yang kadang nggak nyambung dengan konteks cerita. Trus, udah gitu, seakan-akan pengen bilang, bahwa pembacanya bodoh ga sepintar dia, ditulislah dua bahasa itu quote. Too much information, I guess.

7. Mengenai kalimat "innalillaahi wa inna ilaihi raaji'uun" yang oleh penulis disebut sebagai common phrase di Indonesia, rasanya Bunda harus luruskan dulu. Semoga ini memang karena ketidak tahuan penulis. Masukan Bunda buat penulis adalah penulis mau berteman dengan orang-orang penganut agama Islam, jadi bisa diskusi, minimal nanya-nanya, terutama yang berkaitan dengan doa.

Kalimat "innalillaahi wa inna ilaihi raaji'uun" adalah kalimat yang harus diucapkan (umat Muslim) ketika mendengar ada orang lain mendapat musibah atau dirinya sendiri mengalami musibah. Arti dari kalimat "innalillaahi wa inna ilaihi raaji'uun" adalah "to Allah we belong and to Allah we will return/kita milik Allah dan akan kembali kepada Allah."


Bolehlah sebut ini novel fiksi. Biarpun ini fiksi, menurut Bunda, sefiksi-fiksinya fiksi, tetep aja kalo ada informasi yang akurat tetep ga boleh dibelokin. Bunda banyak belajar dari komik atau novel. Jadi, sebaiknya emang informasi sepenting itu masuk sebagai bahan informasi buat pembaca, walau pun ceritanya fiktif. Kan penulisnya katanya pinter banget. Pasti risetnya udah dalem banget, dong, ya...

8. Bunda masih nggak habis pikir, kenapa Dewi bisa sedendam ini sampai "ngemis" dan melakukan berbagai cara supaya Lisa Hisman minta maaf. Kalo Lisa-nya nggak ngerasa berbuat salah, ya udahlah. Biarin aja. Tapi kalo sampai dibunuh dengan berbagai variasi, mending bikin novel thriller dengan judul "Tujuh Alternatif Pembunuhan Lisa Hisman", bukannya "Sepotong Kata Maaf".

9. Untuk ide masuk ke berbagai dimensi, okelah. Bolehlah. Tapi, kenapa hampir di semua dimensi yang bukan dimensi sebenarnya itu, Roger Gunawan muncul sebagai suami Dewi? Kok, kesannya, Dewi nyesel nikah sama Jeremy Subroto, ya? Kesannya, penulis pengen banget menikah dengan Roger Gunawan - if he is existing in this world. Atau emang ada orangnya? Soalnya dengan nulis nama semua karakter mirip dengan aslinya, apa itu nggak menyinggung perasaan suaminya? Sebelum menikah sampai sekarang, Bunda selalu dinasihati untuk menjaga perasaan suami, bertutur kata yang baik pada suami. Lah ini? Suami digoblok-goblok. Semoga kalian berdua kelak dapat istri yang selalu memuliakan suaminya. Aamiin. Biar pun Dewi secantik bidadari, kalo kata-katanya bau begitu... errrr... masih bisa disebut cantik dan sempurna?

10. Masih bingung dengan pola pikir Jeremy mau pun Roger sebagai laki-laki di dalam cerita ini. Gimana, ya. Boleh, deh, Bunda disebut ganjen atau genit karena mayoritas teman Bunda adalah laki-laki. Tapi keuntungan dari punya banyak teman laki-laki adalah: Bunda memahami cara berpikir mereka yang sama sekali beda banget dengan cara berpikir cewek. Tapi di cerita ini, cara berpikir semua orang di karakter, kecuali Lisa Hisman tentunya, sama banget dengan cara berpikir Dewi, termasuk cara berpikir para pria yang pro ke Dewi semuanya. Bunda sih, percaya dengan peribahasa Indonesia yang bilang, "lain ladang, lain belalang. lain lubuk lain ikannya." Jadi, beda orang ya beda isi kepalanya. Mau punya pengalaman yang sama persis plek kek apa pun, tetep aja pasti ada perbedaan pendapat dan cara berpikir. Apa lagi kalo makhluk bernama cowok itu datengnya dari Mars dan cewek itu datengnya dari Venus. Dua planet yang berbeda, kan? *apa maksudnya, coba?*

11. Salut sama pemakaian kata "menyeleweng" (sounds jadul, tuwek banget) sementara kebanyakan orang sekarang nulis kata "selingkuh" :D

12. Di akhir buku, sih, akhirnya Dewi bilang ke Jeremy nggak usah berusaha memperbaiki keadaan. Intinya, dia udah nerima gimana "keukeuhnya" Lisa yang nggak merasa bersalah berikut permohonan maaf yang ga kunjung dateng. Tapi, tetep aja, Lisa-nya dibikin mati yang otomatis nggak jadi menikah dengan Armand. Cuma agak bingung juga, di dimensi ke-7 tuh maksudnya Jeremy pulang ke dimensi asal apa gimana, sih? Soalnya kalo pulang, mestinya ga ke dimensi ke-7, dong? Apa ini maksudnya Jeremy dateng ke Jeremy di dimensi lain? Blunder :D

Tapi kesan yang ditinggalkan di akhir dimensi ini ditutup dengan manis banget, menunjukkan Dewi yang nggak mau memusingkan perkara Lisa lagi, yang udah lalu biarlah berlalu. Meski tetep, Lisa dibuat mati di sini, plus, dipermalukan (dikasih nama Tante Ganjen) di depan anak-anaknya yang sudah besar dengan alasan sebagai contoh. Kalo suatu saat Bunda mau nasihatin kalian mengenai memilih perempuan yang baik, Bunda nggak akan buka aib orang lain. Bunda akan kasih case aja, nggak perlu memperlihatkan foto-foto kenangan buruk yang tersimpan berabad-abad. Itu sama aja dengan menyimpan dendam dan mewariskan dendam pada anak-anak Bunda. Never. Bunda pun nggak pernah akan ngasih tau kalian kalo semisal Bunda punya orang yang Bunda benci. Karena rasa benci itu menular.

13. Sekarang, kira-kira di antara kumpulan kata ini:

pintar ramah goblok cantik kaya sopan goblok santun goblok cemerlang genius goblok tampan cerdas goblok lintas waktu goblok miliarder sempurna goblok tinggi menjulang goblok

sensasi apa yang kalian dapatkan saat baca kumpulan kata di atas? Kata apa yang bakalan paling nempel di kepala kalian saat membacanya? Kurang lebih, seperti itulah sensasi saat membaca novel ini.

14. Apakah review Bunda ini negatif? Hmm... terus terang, ya, suka heran kenapa review yang sifatnya mengkritik itu, kok, sama penulis dibilang review negatif dan yang nge-reviewnya dianggap haters? Karena Bunda bukan hater penulis, meski bukan juga fans berat penulis, Bunda benci kalo seandainya penulis sempat baca review Bunda ini langsung ngecap Bunda termasuk haters-nya. Daripada membenci orang, Bunda lebih suka mengabaikan orang. Membenci itu menguras energi. Keingetan terus dan bahkan malah jadi kenal lebih banyak, jauh lebih banyak dari porsi semestinya ketika membenci orang. Makanya, Bunda memilih mengabaikan ketika Bunda nggak suka sama orang lain. Jadi, energi Bunda ga perlu habis mikirin orang itu. Mending mikirin yang indah-indah aja dan menikmati semua yang indah daripada hidup penuh kebencian. Capek, bow...

Bunda nggak pernah bermaksud menulis review negatif. Dan ga pernah mendaftarkan diri jadi haters fanatiknya. Tapi apa yang Bunda tulis di atas hanya catatan Bunda mengenai apa yang udah Bunda baca aja dan cukup ngeganjel. Gitu aja, sih. Bunda tipe orang yang kalo suka akan bilang suka, kalo ga suka ya bilang ga suka. Titik. Yang jelas, Bunda baca dari awal sampai habis, bukan untuk menyerang penulisnya. Emang murni pengen baca. Titik.

Penulis yang baik akan nerima review sepedas apa pun dari pembacanya dan ga ngecap, "cuma pembaca". Jadi pembaca itu repot juga, kok. Bunda ngemodal buat beli buku ini. Pake ongkos kirim. Sampulnya beli juga. Bacanya makan waktu juga, karena perlu mood bener-bener baik biar ga marah-marah saat baca buku ini, karena seperti penulisnya bilang di blognya, "Orang yang baru pertama kali baca novelku bilang mereka suka banget, bukunya mudah dibaca, bisa merasakan emosi, bisa tertawa dan misuh-misuh saat membaca." Jujurly, kalimat yang Bunda tebalkan benar adanya. Bunda bisa tertawa dan misuh-misuh saat membaca, kok. Hihihi. Misuh-misuhnya bukan karena gemas pada Lisa atau Jeremy melainkan oleh pola pikir penulis. Tertawa karena apa, ya? Menertawakan kenarsisan penulis, mungkin? :D

15. Bunda nggak akan bertanya-tanya kenapa buku ini bisa ikut terpilih untuk diterbitkan di lomba Grasindo - Publisher Seeking Author (PSA) dari 630 naskah yang masuk. Bunda juga nggak akan mempertanyakan kriteria panitia. Tapi kalo naskah kayak gini bisa lolos, gimana dengan naskah yang ga lolos, ya?

16. Agak bingung dengan blurb-nya. Kok nggak nyambung sama keseluruhan cerita.
 





All in all, ma kasih buat penulis yang sudah meramaikan kancah pernovelan Indonesia. Termasuk segala kehebohan yang pernah ditimbulkan. Belajar dari novel ini, memaafkan itu jauh lebih simpel dan mulia ketimbang berharap orang lain menyadari kesalahannya pada kita sampai membuat kita berkali-kali memberi teguran supaya yang bersangkutan minta maaf (apalagi pake cara formal banget) bahkan sampe pengen membunuhnya sebanyak tujuh kali, meski itu hanya di dalam imajinasi. Heuheu... Demikianlah kisah Bunda bersama Sepotong Kata Maaf.

Pesan Bunda, sih, simpel aja. Kalo orang lain yang bersalah ke kita ga mau minta maaf, maafin aja duluan. Pahalanya lebih gede, kok, insya Allah. Daripada dendam sampe pengen matiin. Duh, kayak orang nggak bermartabat aja...

Love you both... Cheers...








Terusin baca - Kisahku Bersama Sepotong Kata Maaf

6 Feb 2014

All You Can Eat by Christian Simamora

Judul: All You Can Eat
Penulis: Christian Simamora
Editor: Alit Tisna Palupi
Proofreader: Mita M. Supardi
Penata letak: Gita Ramayudha
Desainer sampul: Jeffri Fernando
Ilustrasi isi dan paper doll: Levina Lesmana
Diterbitkan oleh Gagasmedia
Cetakan pertama, 2013
Jumlah halaman: xii + 460 hlm; 13 x 19 cm
ISBN: 979-780-643-x
Genre: Novel dewasa, drama, romance, chicklit, Indonesian Literature, Contemporary Romance
Status: punya, beli seken dari seseorang, dengan cap: BUKU INI TIDAK DIJUAL. PERSEMBAHAN PENERBIT


'CINTA KOK BIKIN SEDIH?'
Dear pembaca,
Berbeda dengan penulis lain di luar sana, aku akan berterus terang mengenai akhir novel ini: bahagia. Tapi kumohon, jangan desak aku untuk menceritakan awal ceritanya. Juga tentang siapa Sarah, siapa Jandro, dan apa yang menghubungkan mereka berdua.

Aku juga tak akan melebih-lebihkan penjelasanku mengenai novel kesepuluhku ini. 'All You Can Eat' memang bukan cerita yang orisinal. Jadi, jangan terkejut saat mendapati ceritanya mengingatkanmu pada curhatan seorang teman atau malah pengalaman hidupmu sendiri. Ini tentang seseorang yang istimewa di hati. Yang tak bisa kamu lupakan, juga tak bisa kamu miliki.

Jadi, apa keputusanmu? Kalau setelah penjelasan tadi kamu masih ingin membaca novel ini, tak ada lagi yang bisa aku katakan kecuali: selamat menikmati.

Dan selamat jatuh cinta.
Christian Simamora

Halo, Kakak Ilman dan Adik Zidan...
Bunda tergoda baca ini karena terpengaruh oleh beberapa review bagus mengenai buku ini yang melintas di mata ketika blogwalking. Ditambah kavernya yang oh-so-cute, karena simpel, bikin penasaran buat baca.

Kakak Ilman dan Adik Zidan,
suatu saat nanti, ketika kalian mulai mengenal yang disebut "cinta pertama", kalian akan tahu, bahwa itu akan sulit dilupakan seumur hidup kalian. Dari apa yang Bunda alami, cinta pertama bukanlah cinta monyet yang sekadar naksir-naksiran karena si target lucu, cakep, pinter, de el es be. Cinta pertama itu jelas sulit dilupakan, karena saat itulah pertama kalinya kita mulai resah, gelisah, galau gara-gara seseorang. Bikin nggak enak makan, tidur karena resah.

Cinta pertama itu selalu bikin bertanya-tanya: dia lagi apa sekarang? Dia di mana sekarang? Sama siapa? Apa dia baik-baik aja? Dan seterusnya.

Cinta pertama Bunda termasuk absurd, karena Bunda dulu naksir Takuya Kimura. Kenapa absurd? Karena dia cuma bisa Bunda lihat di layar TV, lewat dorama Asunaro Hakusho (Ordinary People) di stasiun tv bernama Indosiar. Iya, Takuya Kimura itu aktor, pemain dorama asal Jepang. Dan yes, dia cinta pertama Bunda.

Kok, nggak nemu cinta pertama yang wajar aja, sih, Bun? Temen sekolah, kek. Kakak kelas, kek. Adik kelas, kek.

Too bad.

Cuma Kimutaku yang bener-bener bikin Bunda degdegan pertama kalinya nunggu dia muncul. Dramanya cuma seminggu sekali tayang. Cuma Kimutaku yang pertama kalinya bikin Bunda resah. Kalo doramanya abis, nanti Bunda bisa lihat dia di mana lagi? Cuma Kimutaku yang bikin Bunda lost focus saat nonton drama, sampe nggak ngerti, sebenernya ini drama lagi ceritain apa, sih?

Kenapa?

Karena, Bunda sibuk memandangi Kimutaku. Rasa kangen terpuaskan setiap ketemu di layar kaca. Begitu drama kelar, langsung rindu lagi. Ga sabar nunggu minggu depan. Dan kalo mau ketemu Kimutaku, Bunda mandi dulu. Pake cologne biar wangi. Rambut disisir rapi, pake baju pergi. Biar kerasa banget, tampil spesial saat "ketemu" Kimutaku.

Gimana? Absurd, kan? Hihihi...

Terus, Bunda kapan jatuh cinta beneran sama orang yang bukan cuma bisa ditemui lewat tv?

Kayaknya pas Bunda udah kuliah, deh. Dan itu pun ke papa. Meski sebelumnya Bunda udah punya pacar, tapi sewaktu pacaran sama mantan, Bunda nggak bisa bilang itu real cinta pertama Bunda. Karena Bunda nggak ngerasain deg-degan, kangen atau perasaan apa pun yang dirasain ke pacar. Biasa aja. Cenderung terlalu lurus. Tau-tau diajak jadian. Terus tau-tau putus :D

Nah, pengalaman jatuh cinta pertama kalinya yang dialami Jandro Vimana adalah pada Sarah Kristina, sahabat kakaknya sendiri, Anye Vimana. Sewaktu Jandro yang katanya oh-so-nerd itu, pas SMP -- iya, masih SMP pake seragam putih biru -- nembak Sarah yang udah termasuk dewasa, langsung ditolak karena Jandro masih SMP.

Jelas lah, Jandro patah hati banget. Karena, Jandro nggak cuma tertarik pada fisik Sarah, melainkan menyukai Sarah secara utuh. Keseluruhan.

Setelah bertahun-tahun kemudian, terjadi pertemuan tak terduga antara Sarah dan Jandro lagi. Saat itu, Sarah sedang melarikan diri menyepi di Ubud, di vila milik keluarga Anye dan Jandro, sementara Jandro pun melarikan diri menenangkan diri ke vila milik keluarganya (iya, di tempat yang sama mereka ketemu) karena pacarnya yang sudah punya tunangan itu memilih tunangannya daripada memilihnya.

Terus terang, Bunda nggak suka dengan sikap Sarah yang berkali-kali merendahkan Jandro. Sikap Sarah ini selalu berhasil membuat emosi Bunda naik turun. Tapi kadang, sikap Jandro yang kadang berubah-ubah ini juga bikin gemes.

Christian Simamora berhasil bikin cerita dengan POV orang ketiga yang berubah-ubah secara mulus menurut Bunda. Bunda serasa nonton FTV, sih, pas baca ini. Cuma sayangnya, nggak bisa bikin Bunda jatuh cinta, meski penggambaran secara fisik begitu gamblang.

Tapi sialnya, begini.   
<
Di kantor Bunda, ada junior yang emang badannya atletis gitu. Selama ini, seumur-umur, Bunda tuh ga pernah mantengin badan cowok. Ga pernah tergoda sama yang namanya badan ala Ade Rai. Nah, pas kemaren, efek baca deskripsi mendetail bodi Jandro, mata Bunda pas ngeliat si om satu ini lagi pake kemeja ngepas badan. Yah, sebenernya, biasanya juga dia pake apa aja juga bodinya keliatan gimana gitu. Tapi, entah kenapa, cara Bunda ngeliat kemaren beda banget. Padahal kemeja itu sering dia pake. Mata Bunda sempet ke-lock ke dia dan euh! Tenaaaang... Ga sampe jadi horny, kok. Cuma sebel aja. Jadi sempet merhatiin bodi temen kantor Bunda itu. huh!
>

Nah, usai berhasil bikin emosi naik turun, endingnya sesuai janji penulis, kok. Happy. Meski menyebalkan sekali.

Sebetulnya, Bunda sempat kecewa dengan imajinasi Bunda sendiri. Jadi gini. Pas ngobrol di Spank Club, tante Desty bilang, kalo AYCE itu dari awal sampe akhir bikin kipas-kipas. Tentu, Bunda membayangkan kalo yang namanya kipas-kipas itu ya semacam buku yang bikin semua kipas Bunda rontok. Kenyataannya, buku ini emang bikin kipas-kipas karena Bunda kesel setengah mati sama Sarah. Juga Jandro.

Emang kenapa kalo Jandro jauh lebih muda? Papa kalian juga lebih muda dari Bunda, kok. *sempet ngerasa bete karena berasa dihina si Sarah ini*

Dan meski penuturannya mengalir, lancar dan enakeun, Bunda keganggu dengan kata-kata "puh-lizz", "ah-mazing", "oh-so-called", dst. Agak-agak gimana gitu. Tapi karena ini buku pertama Christian Simamora yang Bunda baca, jadi Bunda nggak tahu apakah ini memang style penulis seperti itu apa gimana.

Tiga bintang cukup untuk mengapresiasi All You Can Eat ini... 


Sedikit mengenai Christian Simamora:   
<


Christian Simamora started as a teenlit (teenage literature) writer, but didn't forget his forever love on romance genre.
His published works: Jangan Bilang Siapa-siapa (2006), Boylicious (2006), Kissing Me Softly (2006, under pseudonym Ino Crystal), Macarin Anjing (2007), and Coklat Stroberi (2007). His sixth novel, a collaboration with his former editor Windy Ariestanty, SHIT HAPPENS: Gue yang Ogah Nikah, Kok Lo yang Rese?! won Best Local Book 2007 from Free! Magazine.

On 2010, he started a series for adult readers: JBoyfriend. The male characters's name of each books would be start with letter J.

The first book: PILLOW TALK was named as 'Book of the Year (2010)' by the publisher, GagasMedia. GOOD FIGHT, the second installment, was already released on March 2012. The third, WITH YOU, is a Gagas Duet book, written together with fellow author, Orizuka.

Next, ALL YOU CAN EAT was already released on June 2013.

GUILTY PLEASURE, the latest installment, was already finished and will be released soon.

Meanwhile, he's working on his next work. Or book shopping. Or simply just get lazy in his home. Ah, life. :)
>


Cheers! Love you both,
Terusin baca - All You Can Eat by Christian Simamora

3 Des 2013

Pojok Lavender oleh Primadonna Angela

 Judul: Pojok Lavender
Penulis: Primadonna Angela
Desain dan Ilustrasi cover: eMTe
Diterbitkan pertama kali oleh PT Gramedia
April 2013
ISBN: 978-979-22-9490-3
Genre: Teenlit, Kumpulan Cerpen, Fiksi
Status: punya, edisi bertanda tangan ^_^
 

Banyak hal dapat terjadi dalam sebuah kafe. Kafe bisa menjadi latar berseminya cinta sampai patahnya hati, menjadi saksi perselisihan sampai saksi persahabatan yang tulus, tepat seseorang mengembangkan harapan atau mematikannya. Drama kehidupan yang silih-berganti.
Dalam buku ini ada beraneka kisah yang berkaitan dengan Pojok Lavender. Ya, Lavender Rosemary, adik Cinnamon Cherry, juga punya ceritanya sendiri. Tapi apa kisah cintanya akan berakhir indah seperti yang dialami banyak pasangan yang berkencan di kafenya?

Halo, Kakak Ilman dan Adik Zaidan...

Akhir-akhir ini agak bingung mau baca apa, padahal bacaan menumpuk. Terus, reading challenge Bunda di goodreads kan belum sampai 50%. Akhirnya Bunda set ulang demi dapatkan badge lolos. Hahaha. Curang, ya. Tapi, ini jadi evaluasi buat bulan depan. Jangan pasang target terlalu tinggi kalo memang belum mampu.

Terus, Bunda teringat kalo Bunda punya buku ini. Kalo ngeliat blurbnya, keliatannya sih, konsep dan idenya sama dengan Blue Romance. Jadi, Bunda sudah antusias, ingin sekali baca kumpulan cerpen berlatar sebuah kafe (lagi).

Harap diingat, Bunda nggak pernah membatasi genre bacaan. Jadi, teenlit tetap masuk ke selera Bunda.

Buku ini berisi enam belas cerita pendek. Banyak, ya? Iya. Tapi, kebanyakan cerita hanya sekitar dua halaman. Jadi kayak fragmen gitu. Tapi ga masalah sih. Lebih cepat selesai baca cerita itu, biasanya meningkatkan mood baca, karena terasa cepat menyelesaikannya.

Sayangnya, nggak begitu dengan buku ini. Entah kenapa, feel-nya nggak dapet sama sekali. Bunda baca, kok, cerita-cerita ibu Donna yang lain, misalnya How to be A Writer, Kotak Mimpi, juga Satsuki Sensei. Dan Bunda nggak masalah dengan cerita-cerita beliau. Suka.

Hanya di buku ini... Seperti bukan tante Donna yang biasanya. Pemilihan kata-katanya juga terlalu baku untuk genre teenlit yang benar-benar mengambil segmen usia anak tiga belas tahun. Spoiler sedikit, Lavender Rosemary, yang punya kafe Pojok Lavender ini berusia 13 tahun. Nah, ini yang sedikit membuat Bunda merasa bahasanya terlalu "tua" untuk seluruh karakter di buku ini. Ya, Bunda tahu, nggak semua karakter di buku ini seumuran dengan Lavender. Cuma tetep aja, pemilihan cara bertutur ternyata menjadi kunci keseluruhan kenikmatan membaca. #menurutbundayangpembacabiasa

Di buku-buku lain, twistnya terasa banget. Kadang ga ketebak. Tapi, di buku ini, sejak baca cerita pertama, dari bab awal aja udah kebayang cerita ini ke mana arahnya, bahkan endingnya. Dan ini muncul (hampir) di keseluruhan cerita. Ehm. Cuma di cerita berjudul "Hmm.." yang tidak terduga endingnya. Tapi, di cerita ini juga justru Bunda menemukan apa, ya? Sesuatu yang mungkin jadi kritikan atau masukan.

Jadi gini. Tokoh utama di cerita "Hmm" itu, dia pake kata "gue" sebagai kata ganti pertama. Sayangnya, eksekusinya gagal, karena kalimat yang digunakan sedemikian baku, sehingga kurang nyaman bacanya. Kata "aku" rasanya lebih masuk di sini. Maksud Bunda, kalo mau pake kata "gue" sebagai kata ganti pertama, selanjutnya, pakailah bahasa prokem sekalian yang nggak baku, supaya ga berasa belang dan aneh bacanya. Plus, ada sesuatu yang kurang masuk akal di sini. Di cerita ini, ada seorang ibu yang dijambret. Ibu ini kehilangan uang sebesar sembilan juta rupiah. Namun, untuk memudahkan pencarian, ternyata uang ini sudah digambari bunga. Meski seratus ribuan, menggambari uang sebanyak 90 lembar itu lumayan kurang kerjaan, ya. Heuheu. Gapapa, sih. Imajinasi mah boleh aja liar. Cuma itu aja masukannya. Kata "gue" ini jadi mengganggu keseluruhan cerita, walau idenya keren dan endingnya tidak terduga sama sekali.

Berhubung ada quote-quote bagus di dalamnya, Bunda kasih dua bintang, ya, untuk ratingnya. Maaf, ya, tante Donna. Bunda tetap tunggu dan mau baca cerita-cerita tante Donna yang lain, karena Bunda selalu suka ide-ide cerita tante Donna.

Cheers! Love you both,
Terusin baca - Pojok Lavender oleh Primadonna Angela

29 Nov 2013

Prey by Michael Crichton (Posting Bareng November BBI, Thriller-Horror)



Judul: MANGSA (PREY)
Penulis: Michael Crichton
Alih bahasa: Hendarto Setiadi
Sampul dikerjakan oleh: Marcel A.W
Diterbitkan pertama kali oleh PT Gramedia Pustaka Utama
Agustus 2003
ISBN: 979-22-0449-0
Genre: Thriller, Horor, Suspense, Mystery, Science Fiction
Status: Antara punya dengan nggak. Buku ini milik seseorang yang Bunda sandera karena Bunda belum digaji waktu kerja dengan orang tersebut. #eh


Di gurun pasir Nevada, suatu eksperimen berubah menjadi bencana. Sekelompok nanopartikel - robot mikro - lolos dari laboratorium. Robot-robot ini mandiri dan bisa bereproduksi. Mereka juga cerdas dan belajar dari pengalaman. Bisa dibilang, mereka merupakan makhluk hidup.
Kelompok robot ini diprogram sebagai predator. Dengan cepat mereka berevolusi, menjadi makin mematikan dalam hitungan jam.
Semua usaha untuk menghancurkannya gagal.
Sementara waktu terus berjalan.
Dan kitalah mangsanya. 

Halo, Kakak Ilman dan Adik Zidan...
Fyuuuh! Bunda ikut Posting Bareng lagi, nih! Kali ini temanya Thriller/Horror! Waduh! Bunda agak anti sebetulnya dengan tema ini. Jadi, terkadang Bunda ga pengen baca yang baru. Makanya, Bunda pilih PREY yang sudah pernah Bunda baca sekitar 10 tahun lalu, karena Bunda udah tahu ceritanya. Hihihi. Minimal, "ketegangan"nya bisa diantisipasi sebelumnya. Eaaaa...

Ternyata cara Bunda berpikir sepuluh tahun lalu dengan hari ini berbeda jauh, ya. Begitu juga cara Bunda membaca buku ini. Jauh berbeda dibanding sepuluh tahun lalu. Dan yang paling penting dari semuanya, ternyata Bunda lupa 90% detailnya. Hahaha.

Oke, ini termasuk buku favorit Bunda yang keren banget. Bunda terkesan dan jatuh cinta pada karya Michael Crichton dimulai dari buku ini. Walau sebelum baca buku ini, film Jurassic Park sudah beredar dan Bunda belum baca bukunya, Bunda jatuh hati pada karya beliau lewat buku ini.

Sinopsis buku ini...

Buku ini bercerita tentang Jack Forman, seorang programmer yang menjadi bapak rumah tangga selama enam bulan setelah dipecat dari tempatnya bekerja karena dianggap membahayakan perusahaan. Sebetulnya, lebih tepatnya, membahayakan kedudukan bos-nya, karena dia tahu rahasia pribadi sang bos. Salah bosnya sendiri, sih, selingkuh ga hati-hati. Transaksi pribadi pake email kantor. Ya kebaca lah, sama Jack Forman ini. Karena semua email yang masuk, bisa dia baca. Hihi.

Sementara Jack Forman jadi bapak rumah tangga yang mengurus rumah dan ketiga anaknya: Nicole, abege berumur 11 tahun; Eric bocah berumur delapan tahun; dan Amanda si bayi yang berusia enam bulan; Julia Forman, istrinya, lebih banyak menghabiskan waktu di tempatnya bekerja. Saat ini, perusahaan tempat Julia bekerja, Xymos, sedang mengembangkan sebuah teknologi yang akan mengubah dunia. Untuk itu, perusahaan ini memerlukan suntikan dana yang sangat besar untuk pengembangan lebih lanjut. Karenanya, Julia jarang pulang di waktu anak-anaknya masih terjaga.

Tidak hanya itu, lama kelamaan sikap Julia pun semakin aneh. Suatu ketika, Amanda tiba-tiba menangis seperti kesakitan tapi tidak ada demam. Ketika dibawa ke rumah sakit oleh Jack, sekujur tubuh Amanda tiba-tiba merah. Dan ketika dicari penyebabnya tidak ketemu, dokter memutuskan melakukan scan MRI yang malah berakibat mesinnya rusak.

Beberapa hari kemudian, tubuh Amanda tiba-tiba berubah warna menjadi ungu. Ketika Jack berada di rumah sakit, ternyata ada beberapa orang yang masuk ke dalam rumah mereka, seperti membersihkan sesuatu. Ini diketahui oleh Eric dan Nicole, tapi Julia tidak bicara apa pun mengenai ini pada Jack. Semakin hari, tingkah Julia semakin aneh dan ini membuat Jack berkesimpulan bahwa Julia, berselingkuh dengan rekan kerjanya, Ricky. Apalagi, ketika Jack kebetulan bertemu dengan Ricky di sebuah supermarket, sikap Ricky begitu aneh. Pun ketika membahas Julia. 

Hingga suatu ketika, Jack bertemu dengan salah satu agen yang membantunya mencarikannya pekerjaan, Jack ditawari kembali ke perusahaannya. Kebetulan, perusahaan tempatnya bekerja telah bekerja sama dengan perusahaan tempat Julia bekerja. Itu sebabnya, kenapa ada Ricky, mantan anak buah Jack, di Xymos. Semula Jack tidak mau. Tapi, Annie, agennya ini, mengingatkan Jack, bahwa programmer nganggur enam bulan itu berarti posisi Jack tidak menguntungkan. Kalo peluang ini ga diambil, dia akan menganggur selamanya.

Ketika akhirnya Jack Forman pergi ke Nevada, tempat pabrik Xymos berada, dia menemukan banyak keanehan. Di antaranya munculnya nanopartikel yang lepas dan menjadi tidak terkendali. Juga segala sesuatu yang ga sinkron. seperti tidak kompaknya kata-kata Ricky dengan kata-kata Mae, ahli biologi mereka atau Chaley, salah satu programmer.

Nah, mulai dari sini berasa aura tegangnya, bagaimana Jack Forman menemukan sarang "makhluk hidup baru" ini, menghadapi mereka dan perasaan mereka ketika rekan kerja mereka ada yang mati dan berkhianat.

Pendapat Bunda

Sepuluh tahun lalu, Bunda terkagum-kagum ketika membaca ini dan memberikan lima bintang untuk buku ini. Karena, meski PREY ini novel, fiksi, Michael Crichton menulis berdasarkan riset, sehingga seluruh alur di sini berasa nyata, membuat kita berpikir bahwa bisa saja ini terjadi. Yeah. Mungkin saja.

Nah, sepuluh tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk bisa mengubah cara berpikir Bunda. Kali ini Bunda ngasih empat bintang jadinya. Meski belum masuk ke angka ribuan jumlah buku yang Bunda baca, beberapa buku yang Bunda baca telah mengubah cara Bunda berpikir. Termasuk cara mengapresiasi apa yang Bunda baca.

Dulu mungkin, karya yang katanya cemen, tetap akan Bunda bilang bagus. Sekarang, Bunda sudah punya banyak pembanding. Atau, sekarang, Bunda sudah punya cara pandang yang baru, sehingga bisa melihat mana yang efisien atau nggak, mana yang terlalu bertele-tele di dalam sebuah cerita.
Iya, kurang lebih seperti itu.

Memang ada bagian-bagian yang tidak tertebak, tapi lebih banyak bagian-bagian yang mudah ditebak, cuma pembaca tetep digiring supaya ga tahu. Padahal kebaca jelas, kok, bisa ditebak. Untuk bagian-bagian yang ga tertebak, Bunda acungi jempol. Keren!

Lalu, apa yang membuat Bunda terpaksa menurunkan rate dari lima ke empat? Di bagian ending atau penutupnya, dibuat kesimpulan yang sebetulnya sudah bisa ditebak oleh pembaca sejak pertengahan jalan cerita. Semua "teka-teki" sudah bisa dirangkai sendiri oleh pembaca. Nah, sebetulnya, oke-oke aja, sih, bikin kesimpulan. Tapi sepertinya memang harus dengan cara lain yang tidak terduga. Terus terang, endingnya sih udah ketebak kayak gimana. Dan ini bukan karena Bunda udah pernah baca, ya. Jujurly, Bunda udah lupa sama sekali ending ceritanya gimana. Horornya di sebelah mana. De-el-el. Jadi, anggap aja Bunda baru baca.

Untuk semua ketegangan dan jalan cerita, tetap saja, Michael Crichton jagoan Bunda. Empat bintang, layak, lah :D

Oya, ini tentang penulisnya:

Michael Crichton (1942–2008) was one of the most successful novelists of his generation, admired for his meticulous scientific research and fast-paced narrative. He graduated summa cum laude and earned his MD from Harvard Medical School in 1969. His first novel, Odds On (1966), was written under the pseudonym John Lange and was followed by seven more Lange novels. He also wrote as Michael Douglas and Jeffery Hudson. His novel A Case of Need won the Edgar Award in 1969. Popular throughout the world, he has sold more than 200 million books. His novels have been translated into thirty-eight languages, and thirteen have been made into films.



Cheers! Love you both! xoxo
Terusin baca - Prey by Michael Crichton (Posting Bareng November BBI, Thriller-Horror)

13 Nov 2013

Wonder - R.J Palacio


Judul: Wonder
Penulis: R.J. Palacio
Diterbitkan oleh: Knopf Books for Young Reader, 14 Februari 2012
ISBN: 978-037-589-9881
Jumlah halaman: 314 halaman
Format: e-book
Bahasa: Inggris
Genre: Young Adult, Realistic Fiction, Childrens - Middle Grade, Fiksi Kontemporer, Book Club, Family, Academic, Young Adult - Teen
Status: Punya. Dan pengen punya paperbacknya


I won't describe what I look like. Whatever you're thinking, it's probably worse.
August Pullman was born with a facial deformity that, up until now, has prevented him from going to a mainstream school. Starting 5th grade at Beecher Prep, he wants nothing more than to be treated as an ordinary kid—but his new classmates can’t get past Auggie’s extraordinary face. WONDER, now a #1 New York Times bestseller and included on the Texas Bluebonnet Award master list, begins from Auggie’s point of view, but soon switches to include his classmates, his sister, her boyfriend, and others. These perspectives converge in a portrait of one community’s struggle with empathy, compassion, and acceptance. (dari Goodreads)
Halo, Kakak Ilman dan Adik Zidan...

Sewaktu memutuskan mau baca buku apa untuk #PostBarOkt #Debut BBI, Bunda bingung. Mau baca apa, ya? Sementara buku ini sebetulnya masih masuk ke dalam rak wish list. Tapi, Bunda punya e-booknya. Dan mengingat buku ini banyak mendapat award seperti Carnegie Medal in Literature Nominee (2013), The Judy Lopez Memorial Award for Children's Literature Medalist (2013), NAIBA Book of the Year for Middle Readers (2012), Waterstones Children's Book Prize (2013),  
rasanya pantas-pantas aja Bunda menempatkan buku ini untuk posting bareng.

Lalu Bunda mulai baca. Sayangnya, nggak seperti yang diperkirakan. Adaaaa aja distraksi yang membuat Bunda lama banget menyelesaikan baca buku ini. Jadi semakin mempertanyakan kemampuan Bunda dalam membaca sepanjang tahun ini. Turunnya kok makin mengenaskan begini, ya? #iyainicurhat

Oke, seperti kata sinopsis di atas, buku ini bercerita tentang August Pullman atau Auggie, yang mengalami deformed face sejak lahir. Walau sudah dilakukan banyak operasi untuk memperbaiki bentuk wajahnya, tetap saja dia mirip alien. Membuat semua orang yang melihatnya pertama kali takut. Dan buku ini bercerita tentang pengalaman Auggie memasuki middle school, yang mana ini pertama kalinya Auggie masuk ke sekolah resmi. Sekolah di mana ada gedung berisikan ruang kelas, auditorium, laboratorium, loker, kantin, guru, kepala sekolah, teman-teman sekelas, dan masih banyak lagi.

Sebelumnya, Auggie bersekolah di rumah alias home schooling. Ibunya yang menjadi gurunya. Auggie terpaksa home schooling karena jadwal operasinya yang memakan waktu sekolah. Meski begitu, Auggie bukan anak yang bodoh. Dia bahkan tertarik pada science subject.

Sebagai anak dengan deformed face, tentu dia mengalami banyak hal. Terutama reaksi orang-orang sekitar setiap melihat wajahnya. Dan Auggie sebetulnya sudah terbiasa dengan hal-hal seperti itu. Tepatnya, dia berusaha membiasakan diri. Auggie punya kakak, ibu, dan ayah yang sayang padanya. Dan itu bisa menjadi salah satu kekuatan Auggie menghadapi semuanya.

Buku ini disampaikan dalam berbagai PoV. Baik itu dari sisi Auggie sendiri, Via (kakak Auggie), Justin (pacar Via), Miranda (sahabat Via), Jack (teman sekelas Auggie), juga Summer (teman sekolah Auggie yang sering bersamanya di saat istirahat makan). Masing-masing PoV terkait satu sama lain, tapi alurnya ga terlalu jauh mundur, sehingga meski buku ini mirip puzzle, kita tetap bisa menikmati buku ini, walau berbeda sudut pandang.

Di sini diceritakan gimana pertama kalinya Auggie ditawari untuk bersekolah di sekolah formal oleh orangtuanya. Kita bisa merasakan kegalauannya. Kekhawatirannya untuk menapaki dunia baru. Pengalaman hari pertama di sekolah barunya. Gimana perasaannya sewaktu dia menemukan fakta bahwa orang yang dia kira best friend-nya ternyata bersandiwara. Cuma suruhan Mr. Tushman, kepala sekolahnya.

Semua karakter di buku ini adorable. Auggie yang bikin Bunda pengen meluk. Mom dan Dad-nya yang keren. Via yang yeah, meski abege dan sempat labil, tapi dia kakak penyayang. Daisy, anjing mereka yang adorable. Justin yang ternyata punya sifat melindungi. Summer yang unyu. Jack yang setia. Mr. Tushman yang wow! Beliau ini mengingatkan Bunda pada pak Kobayashi di cerita Totto Chan.

Meski begitu, nggak semua karakter di sini adorable, sih. Ada Justin dan ibunya yang bikin pengen lemparin kulit pisang. Ke ibunya, sih. Soalnya, ibunya Justin ini ngingetin Bunda ke Malcius Malfoy. Kenapa, ya, dewan sekolah itu, kok, isinya orang songong semua? Atau karena mereka songong, makanya dijadiin dewan sekolah? Kalo ya, crap banget!
Ada anak bernama Eddie yang perlu diajari sopan santun. Perlu diajari empati. Kemungkinan besar, dia berasal dari keluarga yang nggak pernah punya kasih sayang di dalamnya. Karena, untuk menumbuhkan empati pada orang lain, harus dibangun di dalam keluarga dulu. Keluarga itu rumah segala perasaan, kok...

Setiap chapter dalam buku ini hanya satu-tiga halaman. Nggak lebih. Dan ini yang membuat cerita mudah dicerna. Penggunaan kalimatnya nggak bertele-tele. Meski to the point, cara penceritaannya berhasil membangun emosi pembaca. Nggak salah emang, kalo buku ini memenangkan berbagai award. Karena emang buku ini keren banget. Dapet banget emosinya. Dan ada banyak quote yang pantas menenangkan hati kita.

Ini Bunda kumpulin quote-nya. Bunda mau bikin bookmark dengan quote ini.

The things we do are like monuments that people build to honor heroes after they've died. They're like the pyramids that the Egyptians built to honor the pharaohs. Only instead of being made out of stone, they're made out of the memories people have of you. That's why your deeds are like your monuments. Built with memories instead of with stones. - Auggie
"Sometimes you don't have to mean to hurt someone to hurt someone", said Veronica, Jack's baby sitter
Do people look the same when they get to heaven?"
“I don’t know, sweetie.” She sounded tired. “They just feel it. You don’t need your eyes to love, right? You just feel it inside you. That’s how it is in heaven. It’s just love, and no one forgets who they love. 
Dan masih ada lagi. Nanti Bunda masukkan ke bookmark dan Bunda jadiin freebies ^_^

Akhirnya, nambah satu lagi, deh, wish list Bunda. Worth it to collect, kok. Walau kavernya (meski representatif) kurang catchy :D

Tentang penulis:


R. J. PALACIO lives in NYC with her husband, two sons, and two dogs. For more than twenty years, she was an art director and graphic designer, designing book jackets for other people while waiting for the perfect time in her life to start writing her own novel. But one day several years ago, a chance encounter with an extraordinary child in front of an ice cream store made R. J. realize that the perfect time to write that novel had finally come. Wonder is her first novel. She did not design the cover, but she sure does love it. (copas dari Goodreads)

Cheers, Love you both!
Terusin baca - Wonder - R.J Palacio