12 Jun 2023

[2023: Book 10] Bijak Ala Dalai Lama Berani Ala Nelson Mandela - Dion Yulianto

 

Judul: Bijak Ala Dalai Lama Berani Ala Nelson Mandela
Penulis: Dion Yulianto
Editor: Ayuniverse
Tata sampul: Ferdika
Tata Isi: Vitrya
Pracetak: Wardi
Cetakan pertama, 2021
Diterbitkan oleh Penerbit Laksana
Jumlah halaman: 156 hlm; 14x20 cm
ISBN: 978- 623-327-106-6
Genre: Non Fiction, Self Improvement, Indonesian Literature
Status: Beli lewat penulisnya 
Dibaca: 13 Februari 2023 - 20 Februari 2023


Dalai Lama adalah seorang biksu rendah hati pejuang kemerdekaan Tibet lewat jalur damai. Posisinya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi secara spiritual maupun politis hingga 2010 tidak menjadikannya tinggi hati.

Sedangkan Nelson Mandela adalah pejuang pembebasan dari Afrika Selatan. Selama lebih dari 40 tahun, ia berjuang tidak kenal lelah untuk menghapus sistem apartheid yang mendiskriminasi warga kulit hitam.

Lewat buku ini, Anda dapat menapaktilasi perjuangan dua tokoh besar tersebut. Dari Dalai Lama, Anda bisa belajar tentang kebijaksanaan hidup. Sedangkan dari Nelson Mandela, Anda akan termotivasi oleh keberaniannya yang tak terpatahkan.

Selamat membaca! Jadilah bijak dan berani seperti mereka.


Hai, Kakak Ilman dan Kakak Zi...
Ketemu lagi di tulisan aku yang ke-11 di blog ini. Ini buku non fiksi ke-3 yang aku baca tahun ini. Buku ini tulisannya om Dion. Aku belinya udah lama, deh, kayaknya pas bukunya baru rilis. Tentu aku beli lewat om Dion. Tapi aku lupa minta tanda tangan om Dion. hahaha. Aduh!

Kalo kalian bertanya-tanya, kenapa aku nggak minta buntelan aja ke om Dion, secara om Dion temen aku... well, this is my answer: aku nggak suka minta buntelan. Aku nerima buntelan hanya kalo penulisnya memang mau ngasih. Tapi kalo dia jual, ya aku beli. Supporting friends is just like that. 


Oke, sekarang kita bahas bukunya, ya...

Seperti yang dibahas di sinopsisnya, buku ini mengungkapkan bagaimana bijaknya seorang Dalai Lama dan beraninya seorang Nelson Mandela. 

Di buku ini ditulis bahwa Dalai Lama itu orangnya sangat sabar. Sebagai penganut Budha yang memang kesabaran dan ketenangan adalah inti ajarannya, Dalai Lama menjunjung tinggi ketenangan terutama dalam menghadapi masalah. Dibahas juga tentang bagaimana cara Dalai Lama menyelesaikan masalah kenegaraan yang pelik. Gimana dia harus menyingkir dulu sambil menyusun strategi tanpa menimbulkan peperangan. Karena di setiap peperangan yang terjadi selalu ada korban. Dan adanya korban itu bukan hal yang menyenangkan yang harus dilalui. Kalo bisa lewat cara damai, kenapa tidak?


Begitu juga dengan kisah Nelson Mandela yang berjuang melawan Apartheid (sistem pemisahan ras yang ditetapkan oleh pemerintah kulit putih di Afrika Selatan yang dimulai di sektitar awal abad ke-20 sampai tahun 1990). Berkali-kali Nelson Mandela dijebloskan ke penjara karena usahanya untuk melawan sistem yang membedakan ras kulit hitam dan kulit putih. Baginya, manusia semua sama, terserah warna kulitnya apa, bentuk hidungnya apa, punya hak yang sama. Jadi, seorang manusia berkulit putih nggak berarti lebih istimewa dibanding manusia berkulit hitam. Tuhan menciptakan kita beragam tapi dengan tujuan yang sama. Jadi ide pemisahan ras dengan mengistimewakan orang kulit putih di Afrika Selatan yang jelas-jelas bukan tuan rumah itu ya penghinaan banget bagi bangsa Afrika Selatan. Dan karena Nelson Mandela adalah orang yang menempuh pendidikan tinggi, itulah yang dia perjuangkan bagi bangsanya. Aku rasa, bangsa Afrika Selatan sekarang bersyukur karena sistem Apartheid sudah dihapuskan, salah satunya berkat keberanian Nelson Mandela dalam memperjuangkannya, walau nyawa taruhannya. 


Udah jelas lah ya, om Dion ngajak pembacanya untuk sama-sama jadi orang yang bijak dan cinta damai kayak Dalai Lama, sekaligus jadi pemberani kayak Nelson Mandela, belajar lewat kisah hidup mereka. Di buku ini, referensi penulis untuk Dalai Lama cukup banyak, terlihat dari daftar pustakanya memuat beberapa buku tentang Dalai Lama, begitu juga di footnote. Sayangnya, referensi tentang Nelson Mandela justru tidak diambil dari buku tertentu, melainkan dari internet atau koran. Aku ga paham juga apakah referensi biografi tentang Nelson Mandela yang memang sedikit atau nggak ada, tapi untuk menulis buku, sebaiknya referensi biografi seseorang diambil dari buku tentang biografi orang tersebut kali ya.  

Dan satu lagi, aku melihat karena kurangnya referensi inilah, pengulangan kalimat banyak terjadi di sekian bab. Misalnya sudah diceritakan di bab 1, diceritakan lagi di bab 2, ketemu lagi di bab 3, dan seterusnya. Kalo dapat editor kejam, lima bab bisa dipangkas jadi dua bab aja karena pengulangan materi yang terus menerus, meski kalimatnya berbeda. Aku nggak tahu apakah pengulangan simultan ini bertujuan untuk mengingatkan beraninya Nelson Mandela atau memang karena ada target minimal halaman. 

Bukan berarti di bagian Dalai Lama nggak ada pengulangan, hanya saja, pengulangan di bagian Nelson Mandela ini terlalu intens buatku. Jadi rasanya aku ga selesai-selesai baca bukunya. Sayang aja, sih, karena idenya bagus banget. Cuma eksekusinya agak-agak kendor kalo menurutku, karena bagian referensi masih kurang banyak. Tentu saja aku sangat tahu kalo penulis adalah pelahap buku. Tapi ini semua nggak membuat kenikmatan baca berkurang atau hilang sama sekali. Hanya saja kalo kamu terganggu dengan pengulangan yang terlalu intens, hal ini akan terasa betul.

Mudah-mudahan ke depannya, kalo bikin buku tentang tokoh besar seperti kedua orang ini, penulis bisa memperkaya referensi melalui buku biografi yang reliable. Aku nggak bilang artikel koran nggak reliable, lho, hanya saja rasanya kurang "dalem" jadinya informasinya. Sayang sekali.


Aku menyelesaikan baca buku ini untuk memenuhi tantangan:
- Goodreads Challenge 2023
- Tantangan Membaca Satu Bulan Satu NonFiksi MissFioree 2023
- Joglosemar Babat Timbunan 2023
- BBBBC Reading Challenge 2023

Stay healthy, both of you! xoxo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tirimikisih udah ninggalin komen di sini... *\(^0^)/*