5 Jun 2023

[2023: Book 9] A Place Called Perfect - Helena Duggan

 


Judul: A Place Called Perfect 
Penulis: Helena Duggan 
Penerjemah: Nadya Andwiani 
Penyunting: Aprillia WIrahma 
Desainer: Alif Mustofa 
Cetakan pertama, 2020
Diterbitkan oleh Penerbit Bhuana Sastra
Jumlah halaman: 352 hlm; 20 cm
ISBN: 978- 623-04-0200-5
Dibaca: 22 Januari 2023 - 12 Februari 2023
Genre: Fiction, Novel, Fantasy, Young Adult, Drama, Family, Adventure, Young Adult Fantasy
Status: Pinjam punya Budhe Truly Rudiono 


Violet baru saja pindah ke kota baru yang bernama Perfect. Sama seperti namanya, kota ini terlihat sempurna, kecuali satu hal, semua penduduknya menjadi buta tidak lama setelah tiba di kota ini dan membutuhkan kacamata khusus untuk dapat melihat lagi. Saat ia menggunakan kacamata atau melepaskan kacamata keadaan sangat berbeda. Ia mencoba beberapa kali dan bergidik. Ia tidak menyukai kota yang membuatnya buta, adanya jam malam, suara aneh yang terdengar setiap malam, ibunya mulai bertingkah aneh sejak pindah ke kota ini, dan yang jelas ia tidak menyukai Archer bersaudara.  

Ketika ia bertemu Boy, ia menyadari bahwa ayahnya bukan satu-satunya orang yang menghilang dan rahasia Archer bersaudara mulai terungkap.

Halo, Kakak Ilman dan Kakak Zi...

Pernah, nggak, kalian bayangin kalo di dunia tempat kalian tinggal segala sesuatunya itu sempurna dan tampak indah? Nggak ada debu, kursi rusak, warna cat rumah selalu keliatan baru... Tapi semua itu hanya terlihat kalo kalian pakai kacamata khusus. Ketika kacamata itu kalian lepaskan, kalian buta. Tidak bisa melihat secara jelas. 

Mungkin awalnya menyenangkan ya, melihat segala yang indah, sempurna, tanpa satu kekurangan pun. Tapi sebagai manusia akan merasakan bahwa kehidupan seperti itu nggak baik-baik saja. Kekurangan dan ketidak sempurnaan itu bagian dari hidup semua orang. Jadi manusia yang berakal pasti akan merasakan bahwa segala yang selalu tampak sempurna itu adalah hal yang tidak lumrah.  


Di malam kedatangannya di kota Perfect, Violet disambut oleh dua bersaudara Archer, yang merupakan pemilik pabrik teh di kota itu. Violet merasakan keanehan pada dua sosok bersaudara itu, selain secara fisik tubuh mereka tidak biasa, sikap mereka berdua juga tidak menyenangkan bagi Violet. 

Mungkin karena pas Violet datang ke kota itu dalam keadaan tidak baik-baik saja (Violet terpaksa ikut pindah ke kota Perfect, karena ayahnya yang ahli mata punya pekerjaan baru di kota itu). Violet benci harus pindah ke tempat baru, yang artinya dia harus meninggalkan teman-temannya, sekolahnya, dan seluruh kehidupan lamanya yang menurutnya menyenangkan. 

Ketika terbangun dari tidurnya, di hari pertama Violet berada di kota Perfect, dia merasakan keanehan. Matanya tiba-tiba buram dan tidak bisa melihat dengan jelas. Dia mencari-cari kacamatanya sendiri yang biasa digunakannya nggak ketemu. Dan ketika dia menggunakan kacamata yang tersedia di meja dekat tempat tidurnya, barulah dia bisa melihat dengan jelas dan berbeda.

Saat menjalani kehidupannya di kota Perfect, keluarganya berubah menjadi tidak seperti biasa. Perubahan paling kentara adalah perubahan sikap ibu. Ibu tidak lagi menjadi ibu yang Violet kenal. Ayahnya jadi jarang pulang cepat. Intinya, keluarga Violet berubah total sebelum semua menyadarinya.

Adalah seorang anak lelaki, Boy, berasal dari kota Buangan, yang selalu menyelinap masuk ke dalam kota Perfect. Dia termasuk buronan para penjaga kota Perfect. Boy percaya, Violet akan membantunya mengubah keadaan, menyadarkan semua warga kota Perfect bahwa mereka sedang hidup dalam suatu pengendalian. Terlebih lagi, Violet merasakan keanehan pada ketidakhadiran ayahnya selama beberapa waktu. 

Setelah Boy dan Violet mulai saling mengenal, terlebih karena kebutuhan mendesak Violet untuk mengetahui keberadaan ayahnya, mereka pun mulai menyusun rencana. Violet tidak punya pilihan selain memercayai Boy yang kebetulan tahu di mana ayah Violet berada. Selain mereka berdua, ada orang dewasa lain yang terlibat. Orang dewasa yang termasuk orang buangan, yang tidak lain masih Archer Bersaudara.


Mengikuti petualangan Violet dan Boy terbilang menegangkan. Namun mengingat karakternya adalah bocah SD, rasanya level menegangkannya bertambah. Terlebih untuk Violet yang terbiasa berada dalam pelukan keluarga hangat, kali ini terpaksa harus bertaruh nyawa untuk menemukan dan menyelamatkan ayahnya sendiri dengan seluruh ketakutan dan jauh dari rasa nyaman yang selama ini dia dapatkan. Oke, dia memang tidak sendirian, melainkan berjuang bersama anak-anak dari kota Terbuang yang tidak dia kenal. Tapi semua itu baru baginya. Jadi jelas, semua ini menambah tingkat ketegangan saat ikut menyaksikan petualangan Violet.


Aku suka cara Helena Duggan mengeksekusi idenya dengan rapi, hampir tanpa cela. Banyak petunjuk mengarah ke pemecahan misteri, membuat kita yang membacanya dapat menebak semua kepingan puzzle yang tersebar di beberapa bab terakhir. In the end, untuk pembaca muda ketika tebakannya sesuai dengan akhir dari ceritanya, hal ini menyenangkan. Karena it was be lyke, "hei, tebakanku bener, kan..." 

Versi terjemahan yang kubaca mudah untuk dinikmati, meski kadang aku merasa harus membandingkannya dengan buku versi asli. Aku memiliki kekhawatiran pemangkasan beberapa hal yang mungkin dianggap nggak perlu karena memang aku menemukan banyak pengulangan fakta untuk memperjelas petunjuk. Tapi sudahlah, toh, akhirnya kelar juga bacanya. 

A Place Called Perfect adalah buku pertama dari serial Perfect yang sekarang sudah ada buku ketiganya. Setelah pinjam dari Bude Truly, aku jadi merasa harus punya sebagai koleksi, sebab menurutku, kalian perlu baca buku bagus ini. Tentu artinya aku harus koleksi buku ini. Tadinya aku memang mau beli, tapi Budhe Truly bilang, coba baca punyaku dulu aja, biar nggak menyesal beli. It looks like aku nggak akan nyesel belinya nanti, karena buku ini bagus dan worth to collect. 

I enjoyed reading it a lot, meski disela baca yang lain yang ternyata ga kelar juga. Sometimes I need to be sick to finish a whole book in a day or two. But I don't wanna get sick everyday. That's why I work out daily, to get me always in good shape.

Do I recommend it to you? Yep, I do. Pesan moral utama dari cerita ini adalah: hidup itu sangat bermakna kalo kita punya imajinasi. Ketika imajinasi kita ditutup, dimatikan, dihentikan, hidup kita akan kosong dan tidak bermakna lagi. Beruntunglah kita yang bisa berimajinasi dan tetap berimajinasi. Keep on imagining! Because imagination makes our life worths more...  

Baca ini buat berpartisipasi di:
- Goodreads Challenge 2023
- Abroad and Beyond Reading Challenge 
- Joglosemar Babat Timbunan 2023
- BBBBC Reading Challenge 2023



See you on my other post, stay healthy, both of you! xoxo,

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tirimikisih udah ninggalin komen di sini... *\(^0^)/*