Judul: Heaven
Penulis: Mieko Kawakami
Penerjemah: Sam Bett and David Boyd
Cover Photographer: Takao Noel
Cover Design: Katie Tooke
Penerbit: Picador
Cetakan pertama, 2022
Halaman: 175 halaman
Format: Paperback
ISBN: 978-150-98-9825-1
Genre: Fiction, Japanese Literature, Contemporary, Japan, Literary Fiction, Asian Literature, Coming of Age, Asia, Novels, Young Adult
Status: Pinjem sama Mama Heka
In Heaven, a fourteen-year old boy is tormented for having a lazy eye. Instead of resisting, he chooses to suffer in silence. The only person who understands what he is going through is a female classmate, Kojima, who experiences similar treatment at the hands of her bullies. Providing each other with immeasurable consolation at a time in their lives when they need it most, the two young friends grow closer than ever. But what, ultimately, is the nature of a friendship when your shared bond is terror?
Unflinching yet tender, sharply observed, intimate and multi-layered, this simple yet profound novel stands as yet another dazzling testament to Mieko Kawakami’s uncontainable talent. There can be little doubt that it has cemented her reputation as one of the most important young authors at work today.
Hellow, Ilman dan Zi...
Aka pabar kalian?
Masih dalam rangka menghormati dan menghargai kebaikan Mama Heka yang udah minjemin segambreng buku untuk nemenin pas aku kena Covid v.5 di bulan Oktober 2025 lalu -- yang ternyata semuanya baru abis dibaca sampai akhir tahun 2025, eh, well, at least, I read a lot of books, eh? -- ini buku ke sekian yang mau aku review.
Disclaimer:
sebenernya di semua tulisanku ini aku pengennya pake ejaan yang disempurnakan, pakai cara penulisan yang sesuai dengan kaidah penulisan yang seharusnya -- misalnya untuk istilah asing aku buat italic dan lain-lain dan lain-lain. Tapi menurutku kalo harus kayak gitu, tulisan-tulisanku nggak akan pernah tayang, sebab waktu untuk ngedit bisa kupake buat nulis review lain, jadi kupikir ga usah formal-formal, deh. Kekeke.
Ditambah ini kejar tayang juga. Karena setiap menulis review menunggu mood menulisku penuh dulu atau kadang setengah hati yang penting nulis daripada nggak -- lalu langsung klik Publish, jadi maafkan kalo isinya rough semua.
Oke. Mari kita bahas tentang novel Heaven yang ditulis oleh Mieko Kawakami ini. Dari sampulnya, banyak testimoni dari pembaca yang kurang lebih menggambarkan bahwa novel ini sifatnya "heartbreaking" alias bikin patah hati. Sepatah hati cinta yang cuma sepihak aja, kah?
Heaven bercerita tentang dua remaja SMP, remaja laki-laki mendapat julukan Eyes (Ranpari), narator buku ini, tidak diketahui nama aslinya siapa. Eyes mendapat julukan seperti itu karena dia punya kelainan mata yang disebut "lazy eyes". Satunya lagi remaja perempuan bernama Kojima. Yang membuat mereka berdua menjadi dekat adalah keduanya sama-sama korban perundungan di sekolahnya. Eyes dirundung oleh geng anak laki-laki di sekolahnya, Kojima dirundung oleh geng anak perempuan.
Eyes dirundung karena kelainan pada matanya, Kojima dirundung karena dia dianggap jorok.
Keakraban Eyes dan Kojima dimulai ketika muncul surat-surat yang ditujukan untuk Eyes. Surat itu disimpan di laci atau di selipan halaman buku pelajaran Eyes, yang kemudian akan dibaca oleh Eyes secara sembunyi-sembunyi entah itu di kamarnya di rumah atau di toilet sekolah. Surat-surat dari Kojima membuat Eyes tidak merasa sendirian lagi. Awalnya mereka berkomunikasi melalui surat, lalu akhirnya keduanya bertemu secara langsung di tempat tersembunyi. Sampai akhirnya, Kojima mengajak Eyes mengunjungi tempat favoritnya: Heaven.
Saat dirundung, keduanya memilih diam. Namun suatu ketika, Eyes berusaha memberontak yang akhirnya membuat dia semakin disiksa oleh pasukan perundung itu.
Penderitaan Eyes nggak berhenti sampai di sana sebetulnya. Dia tinggal dengan ibu tirinya, ayahnya jarang pulang. Hal ini membuat Eyes sulit untuk bercerita soal keadaannya di sekolah pada ibu tirinya, karena dia merasa asing dengan ibu tirinya. Demikian juga dengan Kojima. Hal yang membuatnya nggak pengen tampak mengurus dirinya karena dia rindu ayahnya yang berpisah dengan ibunya dan tinggal di kota lain.
Suatu ketika, harapan Eyes untuk memiliki mata normal muncul saat dia pergi ke rumah sakit usai disiksa mati-matian oleh si perundung. Dokter yang menanganinya mengusulkan untuk melakukan operasi matanya, karena lazy eyes akan berpengaruh ke nyeri kepala dan sebagainya. Ketika dia mengutarakan ini ke Kojima, justru Kojima tidak setuju. Baginya, mata Eyes cukup indah dan dia menyukainya, juga simbol kekuatan Eyes. Yang tidak Eyes sampaikan pada Kojima adalah bahwa lama kelamaan kondisi matanya akan menimbulkan nyeri kepala yang mungkin tidak dapat dikontrol lagi.
Membaca ini sulit berhenti tapi juga membuat nafasku berkali-kali tertahan. Deskripsi Mieko menceritakan segalanya membuat kita seolah menyaksikan sendiri perundungan itu. Aku menghindari buku Breast and Egg, tapi aku malah baca Heaven. Aku menghindari baca Breast and Egg yang juga karya Mieko karena pernah baca diskusi di grup tentang buku itu dan kayaknya aku ga bakalan sanggup baca. Lah, tanpa ngecek lagi penulisnya siapa, aku main tunjuk aja saat Mama Heka nawarin pinjaman buku itu. Hahah. Gotcha, Peni!
Terlepas dari seluruh kekejaman yang dipaparkan di novel ini, aku mengakui salah satu testimoni pembaca yang mengatakan bahwa "Mieko is a genius". Mieko jenius meramu alur, character building, juga emosi pembaca sehingga membaca buku ini seolah-olah membuat kita jadi saksi hidup seluruh kejadian di sisi Eyes. Hal ini yang membuatku yakin sepertinya nggak sulit mengadaptasinya ke dalam film dan animasi (yup, Heaven ada dalam format film dan animasi, tapi sepertinya aku nggak akan nonton, cukup di buku aja).
Meski keduanya mengalami perundungan, namun keduanya berusaha menemukan kebahagiaan di antaranya. Ada humor yang nggak biasa yang muncul lewat celetukan Kojima, seperti "happamin", "lonelamin", "hurtamin".
Aku kutip dari halaman 32-33:
"Happamine"
"What's that mean?"
"It's like, dopamine that comes out when you're really happy."
"Oh yeah?"
"And when you're really hurting," she explained, "that's called hurtamine."
"What about when you're lonely?" I asked.
"Lonelamine!" she laughed.
Cara berpikir Kojima memang beda. Mungkin saking hurt terlalu dalam, ya, dia pernah bilang gini, "Human beings are the only ones talking all the time and making problems and everything", halaman 35.
Aku highly recommended baca ini, but please beware if your heart's not okay to read such bullying descriptions, because they're triggering your anxieties. Buku ini bukan untuk orang-orang yang mudah ke-trigger anxiety dan overthinking-nya. But I'm pleased to know one of Mieko Kawakami's work. Ceritanya pengen menghindari Breast and Egg, malah ketemu Heaven. Sama-sama buku dark. Hahaha.
I will end this review. Keep reading and stay healthy. You will always need to read books because it's healthier than reading so many gossips on social media. Reading books will keep you out from brain rot. Believe me. See you on my other review! xoxo










Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tirimikisih udah ninggalin komen di sini... *\(^0^)/*