Tampilkan postingan dengan label Japanese Literature. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Japanese Literature. Tampilkan semua postingan

2 Jun 2023

[2023: Book 8] Delicious Days with Martha vol 1 - Jing Takao

 


Judul: Delicious Days with Martha vol 1 
Author: Jing Takao
Alih bahasa: She
Editor: Vonny
Desain sampul: Nurdjito T
Cetakan pertama, 2014
Diterbitkan oleh PT Elex Media Computindo
Jumlah halaman: 136 hlm; 20 cm
ISBN: 978- 979-27-4907-0
Genre: Fiction, Manga, Young Adult, Portugal Literature, Asian Literature, Japanese Literature, Komik, Asia, Komik Remaja
Status: Lungsuran dari Tante Echan


 Martha berasal dari Portugal. 
Gadis bokek namun hobi makan. 
Sendirian menikmati hidup sekalipun uang pas-pasan dan tinggal di apartemen bobrok yang berumur 70 tahunan.
Mulai dari menikmati segarnya jeruk musim panas, gurihnya nasi goreng dengan minyak ayam, lezatnya charsew teh hitam, enaknya kue tart dari pinggiran roti tawar, dan lain-lain.
Martha membuktikan bahwa sekalipun bokek, dia tetap bisa makan enak.


Halo, Kakak Ilman dan Kakak Zi...

Review kali ini sayangnya nggak bisa buat ikut Babat Timbunan 2023, karena walau ini buku lama, termasuk buku baru. Eh, gimana...

Aku baru terima buku ini di tahun 2023, lungsuran dari Tante Echan. Jadi terhitungnya buku baru, kan, karena baru diperoleh. Walau sebenernya ini buku yang udah lama banget usianya. 

Aku tertarik baca ini karena bahas makanan. Umumnya, manga yang bahas makanan disertai resep membuatnya atau tips-tips tertentu untuk menikmatinya. Intinya, manga yang cerita tentang makanan pasti kepake banget ilmunya.


Jani begidi...

Karakter utama manga ini adalah Martha, gadis Portugal yang baru menyelesaikan kuliah Magisternya di Jepang. Dia ingin menikmati hidup lebih lama di Jepang, karena menurutnya, Jepang nggak hanya indah alamnya, tapi juga makanannya enak!

Volume 1 dibuka dengan cerita pengiriman paket dari Portugal, yang baunya agak tidak menyenangkan menurut kurir paketnya. Dia sempat membatin, apakah paket yang dibawanya adalah tulang belulang manusia T___T

Untuk orang Jepang yang tidak terbiasa dengan aroma ekstrim, tentu kiriman paket yang aromanya agak menyengat ini mengganggu. Isi paket itu adalah ikan kod yang diawetkan dengan garam dan dijemur. Di Indonesia, ini mungkin yang disebut dengan ikan asin, kali, ya. Dalam Bahasa Portugal, ikan yang diawetkan dengan cara seperti ini disebut "bacalhau".

Martha menyuguhkan tips mengolah bacalhau dengan memadukannya bersama rebusan kentang yang dihaluskan terlebih dulu sehingga menjadi kroket bacalhau, di antara 300 cara mengolah bacalhau.  

Makanan lain yang dibahas di sini antara lain crab dip (celupan krim yang terbuat dari krim asam dan udang karang yang dipancing Martha dari sungai dekat apartemennya) untuk makan kraker, charsew (daging babi) yang dimasak dengan teh hitam, selai jeruk yang dibuat dari kulit jeruk, Bellini (cocktail buah persik) ala Roberto Capa, kare tanpa daging, pepes ikan, xiaolongbao, oil sardine, tart dari pinggiran roti, dan soppa aletenjana (sup telur ala Portugal).

Tidak hanya membahas resep, tapi di beberapa bagian ada yang diceritakan cara makannya aja atau how to get it in Japan.


Selain bahas makanan, Martha kasih kita tips untuk bisa tidur nyenyak lewat lavender. Caranya semprotkan lavender dengan air, terus tutup dengan saputangan dan jemur sampai air di lavender meresap ke sapu tangan dan kering. Letakkan di dekat kita saat tidur. Yah, dijamin bablas tidurnya.

Kemudian ada tips membuat minyak ayam, yang bisa kita gunakan untuk minyak tumisan. Soal ini sih emang udah sering aku praktikkan, meski awal dapat ilmunya bukan dari cerita Martha.  


Sekarang aku mau bahas soal visualisasi makanannya, ya... Ini poin penting, soalnya kan keutamaan dari serial ini adalah "makanan".

Secara grafis, visualisasi makanannya menurutku kurang menggugah selera, kalo aku harus "membandingkan"nya dengan grafik visualisasi makanan di Miiko atau Yotsuba! Meski sederhana, visualisasi makanan secara grafis di Miiko dan Yotsuba! cukup mengundang lapar, karena "ngeblend" dengan karakternya.

Buatku, grafis makanannya kurang menonjol dibandingkan grafis Martha-nya sendiri. Semua detail grafis terekspos di Martha.  

Ketersampaian penggambaran "nikmatnya makanan yang dinikmati" Martha dibantu oleh deskripsi dan ekspresi Martha saat menikmati makanannya, bukan murni hasil visualisasi lewat grafisnya. Yang memperparah dari visualisasi makanan ini adalah adanya tampilan foto makanan yang sayangnya buram, jadi makin tidak menggugah selera. Mestinya digambar aja, karena foto buram nggak membantu pembaca membayangkan makanannya. Atau bisa jadi il-feel gara-gara lihat foto makanannya yang nggak menarik. 



All in all, serial ini menarik. Sayangnya aku nggak punya lengkap secara berurut. Tante Echan cuma punya empat volume dan nggak berurut juga. Alhamdulillaah. Info dan tips di serial Martha berguna banget, semacam lyfe hacks di saat sedang bokek, walau mungkin nggak semuanya bisa plek kita tiru, contohnya kayak mengolah charsew (daging babi) atau cocktail karena bahan makanannya bukan yang edible buat kita yang beragama Islam. Tapi kurasa masih bisa diganti dengan bahan lain yang edible buat kita. Karena di dunia ini masih ada sangat banyak bahan makanan yang bisa kita makan di luar bahan makanan yang dinyatakan haram. YGY?

Baca ini buat cicil beresin: 
- Goodreads Challenge 2023
- BBBBC Reading Challenge 2023




Sehat-sehat kalian, ya... Sampai ketemu di posting berikutnya... xoxo...




 




Terusin baca - [2023: Book 8] Delicious Days with Martha vol 1 - Jing Takao

30 Mei 2023

[2023: Book 7] Hai, Miiko - Vol 35

 


Judul: Hai, Miiko! Vol. 35    
Mangaka: Ono Eriko
Alih Bahasa: Dian Indrinuswati  
Penyunting: D. Tyagita Ayuningtyas 
Artistik: Ikmal Aldwinsyah
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama - M&C! 
Cetakan pertama, 2023
Halaman: 102 halaman
ISBN: 978-623-03-0923-6
Genre: Fiksi, Children, Komik, Manga, Japan Literature   
Status: Beli, pre order 


Miiko yang penuh semangat sudah kelas 1 SMP! Miiko dan teman-temannya sedikit demi sedikit mulai menjadi lebih dewasa. 
Terkadang rasa gelisah muncul, dan terkadang kesalahpahaman juga bisa terjadi. Namun, keceriaan Miiko bisa kembali menyatukan mereka semua!

Ayo kita ikuti perkembangan Miiko dan kawan-kawan yang selalu penuh warna! 

 

Hae, Kakak Ilman dan Kakak Zi...

Aktivitas annual kita nungguin kedatangan Miiko tunai sudah. Berkat kedatangan Miiko volume 35 yang kontroversial. Ahahaha.

Kenapa kontroversial? Sebab... di edisi asli yang diterbitin Penerbit Ciao, totalnya ada 9 chapter, sedangkan yang diterbitkan di sini, hanya 6 chapter. Yak, betul! Dipangkas 3 chapter. Kenapa?

Dari kabar yang aku terima, sudah diverifikasi juga, bu Ono mengangkat issue LGBT (Lesbi, Gay, Biseksual, dan Transgender) ke volume 35 (dan 36, karena sudah terbit di sana. Entah dengan volume 37 dan seterusnya). Aku nggak tahu apa yang membuat bu Ono mengangkat tema ini, mungkin di sana sedang berkampanye tentang LGBT? Entah. I don't follow juga, jadi belum bisa cerita banyak. Nanti kita coba cari tahu, ya.

Terkait isi volume 35 yang diterbitkan Ciao akan aku bahas di tulisan lain, karena aku udah titip Kocchimuite Miiko Vol 35 dan 36 ke temenku yang lagi sekolah di Jepang dan mudik di Lebaran tahun ini. 

Sekarang, kalian mungkin bertanya-tanya, kenapa, sih, tema LGBT "terlarang" betul di sini, sampai akhirnya Miiko vol 35 (dan mungkin 36) dipangkas halamannya sampai sebanyak itu?

Begini, di negara Wakanda ini, apa aja bisa jadi bahan ribut, termasuk salah satunya issue LGBT. Bisa jadi karena mayoritas penduduk negara Wakanda yang beragama Islam dan memang di ajaran Islam itu issue LGBT termasuk hal yang dilaknat Allah, sehingga untuk keamanan dan kenyamanan bersama, issue LGBT dijadikan issue sensitif yang sebisa mungkin tidak boleh dibahas sama sekali.

Misalnya, Penerbit M&C! nekat tidak memangkas 3 chapter tentang LGBT dengan alasan mau memberi edukasi kepada anak-anak dan remaja terkait issue ini, sama aja dengan berdiri di tepi jurang yang sangat dalam. Semacam tinggal tunggu waktu aja untuk "mati". Pastinya pihak M&C! juga berat menyampaikan hal ini ke bu Ono, gimanapun niat baik bu Ono untuk menyampaikan pesan penting ini ke pembaca. Pembaca juga jadinya merasa rugi dan gelisah, karena ada chapter yang hilang, yang seharusnya bisa dinikmati seperti biasanya.

"Untung"nya, pihak M&C! udah menyediakan merchandise yang menurutku "agak" sepadan dengan hilangnya 3 chapter, walau emang jelas tidak bisa dibanding-bandingke, dong, yaaa...

Merchandise Hai, Miiko! Vol 35

Lalu, apa yang menarik di Hai, Miiko! Volume 35 ini, selain hilangnya 3 chapter tentang LGBT? Keenam chapternya tentu seru, dong, ya... Cuma di sini Tappei kurang banyak muncul... huhu... Padahal aku tuh, ya, selalu deg-degan sama romance Miiko dan Tappei. 

Di volume 35 lebih banyak diceritakan tentang pengalaman ekstra kurikuler yang dijalani Miiko dan teman-temannya. Aku lihat lebih banyak eksplorasi tentang kegiatan ekstra kurikuler di SMP yang dulu nggak Miiko jalani sewaktu SD. Aku pikir ide bu Ono mengeksplorasi kegiatan ekstra kurikuler di SMP ini bagus untuk memberi insight ke pembaca muda, terutama yang akan masuk SMP kayak adek Zi sekarang ini, biar terbayang nanti di SMP mau berkegiatan apa.

Di volume sebelumnya, volume 34, Miiko sempet galau mau masuk klub Basket atau nggak gara-gara dikata-katain pendek sama kakak kelasnya yang ada di klub Basket. Mari Chan yang saat itu ikut denger juga, jadi tersinggung dan berusaha memengaruhi Miiko buat masuk Klub Komik aja dengan disclaimer kalo orang-orang Klub Komik nggak ada yang mempermasalahkan fisik dan mereka semua ramah. 

Ketika Tappei menegur Miiko dengan keras tentang motivasi Miiko yang gaje ini lumayan nabok Miiko, juga ditambah fakta bahwa kapten tim basket putri di SMP Suginoki ternyata sependek Miiko tapi jagoan banget shoot bola 3 points, memperkuat keputusan Miiko untuk masuk Klub Basket, apa pun yang terjadi. 

Di volume ini mulai diperlihatkan beratnya jadi anak Klub Basket. Walau kelas 1 tugasnya masih lap-lap bola sampai mengilap, mereka tetap harus berlatih sama kerasnya dengan kakak-kakak kelas. Sebab mereka akan ada di bangku cadangan di setiap pertandingan yang sewaktu-waktu bisa diturunkan untuk bertanding kalo perlu pergantian pemain. Jadi tetep harus siap tanding walau duduk di bangku cadangan. Makanya perlu latihan keras, sama kerasnya dengan pemain utama. Miiko juga punya teman baru, seorang artis remaja, yang harus pinter bagi waktu antara kerja, sekolah, dan latihan basket. 

Di volume ini juga mulai terasa "tension" menjadi anak SMP di sisi pergaulan dan percakapan. Di volume 34 masih ada transisi dari masa anak-anak ke masa remaja, karena beberapa chapter masih bahas keberadaan Miiko di SD sampai kelulusannya juga saat hari pertama bersekolah di SMP, sementara di volume 35, suasananya sudah betul-betul di masa remaja. Miiko sudah menjadi remaja secara otomatis, karena dia sekarang siswi SMP. 

Kinda sad? Yes! Absolutely! Natürlich! Tamaaman! For a very long time, I have known Miiko as a 4th/5th grader and now she's in 7th grade. Also known as a teenager. 

Selain Miiko, ada Tappei dan Kenta di Klub Basket. Cuma karena Klub Basket putra dan putri latihan dan tandingnya juga dipisah, intensitas kemunculan Miiko dan Tappei secara berbarengan agak berkurang. Soalnya kan emang sibuk ya, bun...

Lalu bagaimana dengan Mari Chan? Syukurlah, di SMP Suginoki ada Klub Komik yang bisa memfasilitasi obsesi Mari Chan untuk jadi komikus. Jadi di kesehariannya, ga jauh beda dengan semasa di SD, tetep sibuk dengan komiknya. Miiko tentu tetap jadi asistennya di sela-sela kesibukannya dengan latihan rutinnya sendiri. 

Sementara Yukko memilih ekskul Atletik. Keputusan ini sempat membuat Miiko kaget, karena kalo misalnya memang Yukko memang mau ikut ekskul olahraga, bisa sama-sama ikut basket bareng Miiko dan Kenta, kan? Celetukan Mari Chan yang menyadarkan Yukko sendiri, bahwa selama ini, Yukko selalu mengurusi orang lain dan ekskul Atletik termasuk kegiatan yang bisa dilakukan sendiri. 

Cerita nggak barunya tentang Yukko, sebagai remaja yang kelihatan lebih dewasa dari umurnya, sama aja kayak waktu SD, di SMP juga Yukko tetep banyak yang ngecengin, terutama kakak kelas. Terus gimana dong, kisahnya sama Kenta? Ya gitu, lah. Nothing new. Tetep akur walau Yukko suka tiba-tiba aneh. Mas Kenta sabar banget, ya, bun... Hihi..

Anak lain yang diceritain kegiatan ekskulnya adalah Yoshiki. Iya, si bocah yang gedenya nanti pengen jadi sutradara, yang ngecengin Tanimura Miho dan sekarang badannya mulai tinggi itu. Syukurlah, SMP Suginoki punya Klub Peneliti Film yang memfasilitasi cita-cita Yoshiki. Setiap pekan, anak-anak Klub Peneliti Film akan mengundang siswa lain untuk menonton film yang ditayangkan di hari itu, lalu ada diskusinya. Sewaktu Miiko dan Mari Chan lihat poster yang dipasang tim Klub Peneliti Film, tentu langsung setuju untuk datang karena pengen nonton film gratis, kan. 

Yang lucu di sini, saat Miho "ditembak" kakak kelas dan diajak nonton film di bioskop yang ditolaknya dengan alasan nggak punya uang, Miiko malah mendukung kencan mereka dengan bilang, "nonton di sini aja, gratis!" sambil nunjuk poster Klub Peneliti Film yang mau menayangkan film Charlie's Angels. Hahaha..

Sesuai janji bu Ono, karena di volume 34 nggak banyak adegan Yoshida (padahal ada, kok!), di volume 35 ada dua chapter yang bahas tentang hubungan Yoshida dan Miiko. Tappei tetep pasti muncul sih, tapi sayangnya di salah satu chapter, kehadiran Tappei beneran cuma cameo. Sedih, ga, sih... Ketika berharap banyak sama Tappei, eh, malah.... (isi sendiri).

Kayaknya semua chapter udah aku bahas, ya. Oh! Ada satu chapter lagi, yang bahas khusus tentang Momo Chan, yang dapat homeroom teacher baru di DayCare-nya. Terus terang, cerita di chapter ini sukses bikin mrebes mili.

Sampai selesai semua chapter dibahas, barulah aku sadar kalo Papa, Mamoru, dan juga pak Oonishi nggak muncul sama sekali. Meski sekelas lagi sama Watanabe dan Nasu, mereka juga nggak muncul. Rasanya aneh aja gitu. Di setiap volume Miiko, mereka selalu ada kan. Di volume 35 ini, mereka nggak muncul. Satupun! T___T

Di review berikut-berikutnya nanti, aku akan bahas perbedaan versi bahasa Indonesia dan versi bahasa Jepang, ya. Aku masih cicil review yang lain dulu... 

Baca ini buat cicil beresin: 
- Goodreads Challenge 2023
- Abroad and Beyond Reading Challenge 2023 
- BBBBC Reading Challenge 2023


Sehat-sehat, ya, kalian berdua... Sampai ketemu di posting berikutnya... xoxo




 





 



Terusin baca - [2023: Book 7] Hai, Miiko - Vol 35

26 Jan 2023

[2023 ~ Book 2] Colorful by Mori Eto

 


Judul: Colorful 
Penulis: Mori Eto
Penerjemah: Ribeka Ota
Editor: Dian Pranasari
Pemeriksa Aksara: Mpur Chan 
Penata Isi: Nurhasanah Ridwan
Ilustrasi sampul: Yopi Gozal dari Orkha
Cetakan pertama, Februari 2022
Diterbitkan oleh Penerbit BACA
Jumlah halaman: 264 + xiv hlm; 20 cm
ISBN: 978-602-6486-68-4
Genre: Fiction, Novel, Fantasy, Young Adult, Magical Realism, Asian Literature, Japanese Literature, Magic, Drama, Asia, Young Adult Fantasy, Life, Mental Health
Status: Beli tapi gratis. Karena belinya pake poin di TokPed sampai ongkirnya juga gratis... kekeke... 

Aku adalah jiwa yang baru saja meninggalkan tubuhku. Di hadapanku tahu-tahu muncul malaikat bernama Purapura. Dia bilang aku berdosa besar sehingga sebenarnya tidak dapat lahir kembali. Namun, karena aku memenangkan undian, aku diberikan kesempatan kedua.
Pada kesempatan kedua ini, aku bersemayam di tubuh seorang bocah 14 tahun bernama Makoto Kobayashi yang mencoba bunuh diri. Aku kecewa dan kesal karena Makoto ternyata anak pengecut yang tak punya teman, keluarganya yang tampak baik-baik saja juga penuh kepalsuan. Namun, aku tidak peduli karena ini bukan kehidupanku yang sebenarnya. Aku berperilaku seenaknya tanpa peduli respons orang-orang di sekitarku.

Lama-kelamaan aku mulai menyimak isi hati Makoto yang sesungguhnya. Aku jadi menyadari kesalahpahaman Makoto terhadap orang-orang di sekelilingnya. Sebenarnya hidup Makoto tidak monoton, melainkan penuh warna. Aku ingin memanggil kembali jiwa Makoto ke tubuh yang sedang kupinjam ini demi mengembalikan Makoto kepada keluarga dan teman-temannya. Untuk itu, aku harus mengingat kesalahan yang telah kuperbuat pada kehidupanku yang lalu. Tinggal 24 jam sebelum batas waktunya. Apakah aku bisa berhasil?

Sejak diterbitkan lebih dari dua puluh tahun yang lalu, Colorful menjadi bagian dari kanon sastra, tidak hanya di Jepang, tetapi di seluruh dunia. Setelah dialihwahanakan menjadi anime pemenang penghargaan, kini, karya klasik yang dicintai dan laris ini hadir untuk pertama kalinya dalam bahasa Indonesia.

Halo, Kakak Ilman dan Zi...

Sewaktu buku ini dibahas beberapa temen di grup chat BBI Joglosemar, jadi penasaran juga. Bahasnya bukan isinya sih. Tapi lebih ke "lagi diskon". Hahaha...

Aku duga buku ini bagus, karena jadi topik pembahasan di grup Joglosemar, walau bahasnya soal diskon. Hihi... Lalu aku mulai deh, nyari-nyari reviewnya di Goodreads. Sampai aku ketemu ini:

Beberapa hari lalu, aku nemu video ini di sebuah jejaring sosial:


Aku berpikir, ketika kita putus asa yang bener-bener putus asa tuh, rasanya memang pengen banget mengakhiri hidup kita. Sewaktu aku beranjak remaja sampai menjelang menikah, beberapa kali aku terpikir bunuh diri walau ga melakukannya. Aku ga seekstrem salah satu sahabatku yang sempet memotong nadinya saking udah putus asanya dia. 

Dulu, yang kulakukan adalah menyiksa diri dengan nggak makan atau benturin kepala. Berharap mati seketika aja. Apa yang bisa bikin aku seputus asa itu? Ketika berkonflik dengan orang tua dan merasa jadi anak yang nggak berguna di mata orang tua. 

Setelah baca Colorful, aku jadi ingat obrolan dengan salah satu adikku tahun lalu. Ternyata dia pernah sengaja makan singkong beracun biar cepat mati. Dia juga mengalami masalah depresi yang serupa denganku, kurang lebih dia merasa nggak berguna karena sakit-sakitan melulu. 

Kalo ditarik kesimpulannya, berdasarkan penuturan seseorang di atas, terus curhat deaf comedian di atas, latar belakang cerita Colorful, juga pengalamanku dan adikku: masa remaja itu masa rawan untuk mengakhiri hidup karena merasa putus asa. Atau lebih jelasnya lagi: masa remaja itu rentan dengan mudah merasa putus asa.  

Tentu saja hal ini membuatku harus betul-betul menjaga kalian berdua. Terutama menjaga perasaan kalian berdua. Itu sebabnya, kenapa setiap hari aku selalu bertanya pada kalian tentang apa saja, terutama tentang cerita-cerita kalian ketika di luar rumah. Minimal, kami harus membuat kalian merasa bahwa aku dan papa adalah orang-orang pertama yang menyayangi kalian dan tentu saja menjaga kalian. Walau kalian ada penjaga utama, yaitu Allah. Itu sebabnya, kami selalu berharap kalian ga menyimpan rahasia kalian, apalagi kalo kalian dirundung orang lain. Perundungan kerap membuat seseorang rapuh. 


Kisah Makoto Kobayashi yang mengalami masa-masa depresi karena apa yang dilihatnya (hanya melihat, tidak melakukan penelitian lebih dahulu) tergesa-gesa mengakhiri hidupnya ini dituturkan dengan sangat hati-hati oleh Mori Eto sensei. Makoto diberi "kesempatan kedua" oleh Purapura melalui jiwa yang baru saja mengakhiri hidupnya juga tapi belum sampai ke langit. Jiwa ini kemudian menuntun Makoto untuk melihat lebih dekat apa yang dulu dilihatnya dan membuatnya depresi. 


Intinya, dalam rangka berkumpul lagi bersama Allah di surga nanti, kita semua dikasih kehidupan yang macam-macam, berikut ceritanya. Tapi nggak pernah ada masalah yang nggak ada jalan keluarnya. Karena itulah fungsinya berdoa dan jadi makhluk berTuhan. Selain harus berdoa, kita juga harus ikhtiar cari jalan keluar. 

Seandainya kita punya orang tua toxic, harus cari pertolongan melalui lembaga resmi. KPAI, misalnya. Karena emang ga mungkin berlindung pada orang tua toxic. Lho, shalat aja ga cukup? Ya nggak cukup. Kalo udah kena mental, ikhtiar selain shalat dan berdoa adalah mencari pertolongan. 

Masalah depresi emang masalah sensitif dan sulit mendapatkan penanganan. Seringnya, banyak orang yang meremehkan masalah ini dan selalu menganggap bahwa depresi adalah sesuatu yang berlebihan alias lebay. Nggak jarang dituduh sebagai "kurang beribadah", "kurang yakin sama Tuhan". Dan lain-lain. Mungkin memang betul. Orang depresi kesannya orang yang nggak ber-Tuhan. Masalahnya adalah... mereka nggak bisa merasakan keberadaan Tuhan. Gimana caranya ngerasain, diajarin juga nggak.


Dan di cerita Colorful ini, memang ga dibahas tentang Tuhan maupun keyakinan pada Tuhan. Hanya saja, konsep kesempatan kedua ini agak sensitif menurutku, sebab hal ini nggak akan terjadi di dunia nyata. Di kehidupan nyata, kesempatan kedua itu nggak pernah ada kalo udah bener-bener mati. Di dalam Islam, Allah tidak pernah memaafkan orang yang mengakhiri hidupnya sendiri. Bisa panjang sih, kalo aku cerita di sini. 

Aku sangat merekomendasikan buku ini untuk mengajak kita berpikir bahwa belum tentu dugaan kita berdasarkan penglihatan kita itu adalah yang benar-benar terjadi. Buku ini mengajak kita untuk nggak berprasangka buruk apalagi sampai terpikir untuk mengakhiri hidup karena prasangka itu. 


Ah! Dan jadi kepikiran satu hal. Sepertinya masalah pembinaan kesehatan mental udah harus masuk kurikulum sekolah, deh. Karena menurutku ini urgent. Bukan sekadar ada tempat bernama BP sambil isinya cuma tentang anak "nakal" yang ditegur BP. Waktu aku SMP, aku sering bolak balik masuk BP untuk curhat. Hohoho. Semoga pak Mamat selalu sehat... Aku bersyukur dapet guru BP sebaik pak Mamat. Tempat aku curhat ga penting. 



Lah.... Cerita bukunya lebih sedikit dibanding curhatnya ternyata. Kalo gitu, udah dulu, ya. See you on the next review...

Buku ini dibaca untuk memenuhi tantangan baca
- Goodreads Challenge 
- BBI Joglosemar Babat Timbunan 2023
- Abroad & Beyond Reading Challenge 
- BBBBC Reading Challenge 2023

Love you both, xoxo   
 
Terusin baca - [2023 ~ Book 2] Colorful by Mori Eto

30 Jan 2015

PostBarSSBBI2014 - Train Man (Densha Otoko) by Hitori Nakano






Halo, Kakak Ilman dan Adik Zaidan...

Ketemu lagi sama posting berbau Secret Santa BBI 2014 :D
Tapi... jangan seneng dulu... Di sini, nggak akan ada posting nebak siapa santa Bunda, karena posting ini hanya untuk review aja. Biar nggak campur aduk. Pengennya, ya postingan khusus review, biar buat review aja. Nggak dicampuri hal lain.

Oke. Boleh diskip ke judul lain, kok. Bunda akan tetep lanjutin ngetik review Bunda mengenai Train Man yang udah lama Bunda idam-idamkan ini.. :D




Judul: Train Man (Densha Otoko)
Penulis: Hitori Nakano
Penerjemah: Kanti Anwar
Penyunting: Tim Redaksi Qanita
Proofreader: Wiwien Widyawati
Desain cover: Agung Wulandana
Diterbitkan oleh Penerbit Qanita
Cetakan 1, Mei 2013
ISBN: 978-602-9225-71-6
Jumlah halaman: 436 halaman; 20,5 cm
 Genre: Romance, Kultural Jepang, Japanese Literature, Fiksi Jepang, Kontemporer, Young Adult, Asian Literature


Berdasarkan statistik, cowok otaku akan menyerah saat jatuh cinta pada cewek sungguhan. Apalagi kalau cewek itu berkali-kali lipat lebih baik darinya.

Mereka juga putus asa.

Namun, Pria Kereta Api tidak begitu. Saat jatuh cinta dengan gadis yang ditolongnya, dia langsung main ke sebuah forum internet untuk meminta dukungan. Untungnya, teman-temannya di dunia cyber baik-baik dan sangat bersemangat.

Mereka memberi tips-tips pada Pria Kereta Api agar dia bisa bersatu dengan gadis itu.

Masalahnya, terkadang tips-tips itu agak aneh dan diusulkan para jomblo yang tidak berpengalaman. Berhasilkah Pria Kereta Api meluluhkan hati gadis cantik yang perlahan-lahan mengubah hidupnya?



Cuma satu kata: SUKAAAAAAAAAA!

Baca sejak halaman pertama tuh, serasa lagi ada di dalam utas/forum otaku, tapi cuma jadi silent reader. Ikut degdegan juga di setiap perkembangan yang ada. Hihihi.

Jadi, ceritanya, si Pria Kereta Api tuh curhat. Di dalam kereta api yang dinaikinya, ada seorang kakek mabuk yang mengganggu di dalam kereta. Korbannya adalah para penumpang perempuan. Bunda sih kebayang serem, ya, kalo di dalam kereta, ada orang mabuk, terus melakukan tindakan senonoh. Nah, karena melihat para penumpang wanita ketakutan, Pria Kereta Api berusaha menghalau si kakek pemabuk itu dari mengganggu para penumpang wanita. Ketika akhirnya si kakek mabuk digelandang di kantor keamanan stasiun, kemudian Pria Kereta Api menjadi saksi, para penumpang wanita itu mengucapkan terima kasih padanya. Dan dari semua perempuan yang berterima kasih padanya, ada satu perempuan (dia sempet nyebut "bibi") yang disukainya. Dan tanpa disangka, ternyata si bibi yang disukainya itu mengiriminya hadiah berupa cangkir merk Hermes, sebagai tanda terima kasih. Wohohoho...

Namanya juga suka, pas dapet hadiah dari orang yang disukai tuh rasanya gimana gitu yaa...

Akhirnya atas dorongan warga utas, Pria Kereta Api berhasil mengontak si bibi, yang kemudian dipanggil Nona Hermes oleh warga utas. Pria Kereta Api ini betul-betul mengubah total penampilannya, jadi rajin belanja pakaian, bahkan datang ke salon untuk mengubah penampilannya, supaya dia tampak menghargai Nona Hermes.

Begitulah. Cerita terus bergulir. Kalian mungkin sudah bisa menebak bagaimana endingnya. Iya. Bunda kasih sopilernya. Happy ending.

Tapi...

Bukan endingnya yang Bunda nikmatin. Dari awal emang udah ketebak, kok, ceritanya akan berakhir di mana...

Bunda menyukai obrolan di dalam utas ini. Seperti yang Bunda bilang di atas tadi, rasanya Bunda seperti silent reader di dalam utas itu, yang ikut degdegan pada setiap berita terbaru. Lucunya lagi, mereka main ikon. Heuheu. Atau istilah akan ada korban bergelimpangan, karena ini adalah peperangan. Yep. Perang antara Pria Kereta Api dengan rasa takut saat mendekati Nona Hermes. Wuih! Seru! Selalu bikin ngakak setiap ada respons yang masuk. Hihihi...

Somehow, Bunda bisa memahami perasaan orang yang sedang jatuh cinta. Ada perasaan takut ditolak, yang mana harga diri akan jatuh jika ditolak, juga perasaan ingin terbang di kala ternyata si orang yang disukai itu punya perasaan yang sama. Jadi, aura kasmaran sekaligus kegugupan Pria Kereta Api terasa banget di sini. Dan mungkin juga karena diterjemahkan langsung dari Bahasa Jepang, ya, kerasa banget lah, kalo memang bersetting di Jepang.

Terjemahannya enak, mengalir. Mudah-mudahan nggak ada yang lost in translation (pinjam istilah Tante Stefanie Sugia). Jadi, rasanya kalo Bunda kasih bintang 5 itu sama sekali nggak berlebihan, karena emang Bunda sukaaaaaaaaaaaaaaaaa banget cerita ini. Tapi untuk dibaca lagi dalam waktu dekat, nggak dulu, deh. Timbunan Bunda yang lain masih buanyaaaaaaaaaaaaaak. Baru dapat banyak kiriman buku juga dari Uwak Threez. Sayang kalo nggak dibaca.

Lalu, ketika Bunda sampai di halaman penutup, Bunda menemukan ini


Pria Kereta Api 
Penulis/Hitori Nakano*

Hak cipta dari keseluruhan buku ini tidak dimaksudkan untuk membatasi hak cipta tulisan anonim dengan cara apa pun. Hak untuk penerbitan buku ini didasarkan pada kesepakatan khusus dengan 2 channel dan dipegang oleh (PT) Shinchosha. Hak cipta masing-masing penulis di 2 channel sendiri tidak hilang. Karena penulis-penulis anonim di sini sulit ditelusuri identitasnya, kami memperoleh kesepakatan khusus dengan 2 channel sebagai pemegang hak. Selain itu, kami telah meminta persetujuan terlebih dahulu tentang kemungkinan mengutip/mencetak ulang kuki (cookies) dalam 2 channel. Berdasarkan hal tersebut di atas, terhadap rekan penulis asli, kami mohon dengan maklum atas cetak ulang tanpa izin dan imbalan. Selain itu, terkait dengan penerbitan log lama di buku ini, terlebih dahulu kami mohon maaf atas beberapa suntingan yang tidak mengubah makna seperti kesalahan atau kelalaian pengetikan.

*Hitori Nakano adalah nama rekaan yang bermakna "orang-orang lajang yang berkumpul di papan buletin internet".

Sewaktu Bunda posting reading progress di Goodreads, yang cross post ke facebook, Bunda dapat komentar dari tante Syifa yang bilang, kalo dia udah nonton doramanya. OH! Ada doramanya, toh? Bunda terus ngecek, kan, ke tempat forum dorama. MEMANG ADAAA! Di sinopsisnya dibilang kalo cerita Train Man diambil dari kisah nyata. Haduuuh! Jadi pengen donlot! Ntar, deh. Kemaren abis donlot drama Koreyah yang panjang banget episodenya demi si akang x))

Nah, jadi, dear Santa... Bunda senaaaaaaaaaaaaaaaaaang sekali dapat hadiah buku ini. YAY! Bunda juga udah bilang, kan, di twitter (kalo Santa baca, sih... hihi...) MAKASIH, YAAA! Semoga kebaikan Santa dibalas Tuhan! 
Soal pembalasan, Bunda lagi siapin hadiah buat Santa, sih... masih in progress. Sabar, ya, Santa... 

OK. Bunda mau review buku hadiah dari Santa satunya lagi. Abis itu, Bunda akan bongkar hasil investigasi Bunda mengenai siapa Secret Santa Bunda di tahun 2014. Semoga nggak salah tebak kayak dua tahun lalu, yaaa....

See you....

Cheers! Love you both! xoxo







Terusin baca - PostBarSSBBI2014 - Train Man (Densha Otoko) by Hitori Nakano