Tampilkan postingan dengan label contemporary fiction. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label contemporary fiction. Tampilkan semua postingan

26 Jan 2023

[2023 ~ Book 2] Colorful by Mori Eto

 


Judul: Colorful 
Penulis: Mori Eto
Penerjemah: Ribeka Ota
Editor: Dian Pranasari
Pemeriksa Aksara: Mpur Chan 
Penata Isi: Nurhasanah Ridwan
Ilustrasi sampul: Yopi Gozal dari Orkha
Cetakan pertama, Februari 2022
Diterbitkan oleh Penerbit BACA
Jumlah halaman: 264 + xiv hlm; 20 cm
ISBN: 978-602-6486-68-4
Genre: Fiction, Novel, Fantasy, Young Adult, Magical Realism, Asian Literature, Japanese Literature, Magic, Drama, Asia, Young Adult Fantasy, Life, Mental Health
Status: Beli tapi gratis. Karena belinya pake poin di TokPed sampai ongkirnya juga gratis... kekeke... 

Aku adalah jiwa yang baru saja meninggalkan tubuhku. Di hadapanku tahu-tahu muncul malaikat bernama Purapura. Dia bilang aku berdosa besar sehingga sebenarnya tidak dapat lahir kembali. Namun, karena aku memenangkan undian, aku diberikan kesempatan kedua.
Pada kesempatan kedua ini, aku bersemayam di tubuh seorang bocah 14 tahun bernama Makoto Kobayashi yang mencoba bunuh diri. Aku kecewa dan kesal karena Makoto ternyata anak pengecut yang tak punya teman, keluarganya yang tampak baik-baik saja juga penuh kepalsuan. Namun, aku tidak peduli karena ini bukan kehidupanku yang sebenarnya. Aku berperilaku seenaknya tanpa peduli respons orang-orang di sekitarku.

Lama-kelamaan aku mulai menyimak isi hati Makoto yang sesungguhnya. Aku jadi menyadari kesalahpahaman Makoto terhadap orang-orang di sekelilingnya. Sebenarnya hidup Makoto tidak monoton, melainkan penuh warna. Aku ingin memanggil kembali jiwa Makoto ke tubuh yang sedang kupinjam ini demi mengembalikan Makoto kepada keluarga dan teman-temannya. Untuk itu, aku harus mengingat kesalahan yang telah kuperbuat pada kehidupanku yang lalu. Tinggal 24 jam sebelum batas waktunya. Apakah aku bisa berhasil?

Sejak diterbitkan lebih dari dua puluh tahun yang lalu, Colorful menjadi bagian dari kanon sastra, tidak hanya di Jepang, tetapi di seluruh dunia. Setelah dialihwahanakan menjadi anime pemenang penghargaan, kini, karya klasik yang dicintai dan laris ini hadir untuk pertama kalinya dalam bahasa Indonesia.

Halo, Kakak Ilman dan Zi...

Sewaktu buku ini dibahas beberapa temen di grup chat BBI Joglosemar, jadi penasaran juga. Bahasnya bukan isinya sih. Tapi lebih ke "lagi diskon". Hahaha...

Aku duga buku ini bagus, karena jadi topik pembahasan di grup Joglosemar, walau bahasnya soal diskon. Hihi... Lalu aku mulai deh, nyari-nyari reviewnya di Goodreads. Sampai aku ketemu ini:

Beberapa hari lalu, aku nemu video ini di sebuah jejaring sosial:


Aku berpikir, ketika kita putus asa yang bener-bener putus asa tuh, rasanya memang pengen banget mengakhiri hidup kita. Sewaktu aku beranjak remaja sampai menjelang menikah, beberapa kali aku terpikir bunuh diri walau ga melakukannya. Aku ga seekstrem salah satu sahabatku yang sempet memotong nadinya saking udah putus asanya dia. 

Dulu, yang kulakukan adalah menyiksa diri dengan nggak makan atau benturin kepala. Berharap mati seketika aja. Apa yang bisa bikin aku seputus asa itu? Ketika berkonflik dengan orang tua dan merasa jadi anak yang nggak berguna di mata orang tua. 

Setelah baca Colorful, aku jadi ingat obrolan dengan salah satu adikku tahun lalu. Ternyata dia pernah sengaja makan singkong beracun biar cepat mati. Dia juga mengalami masalah depresi yang serupa denganku, kurang lebih dia merasa nggak berguna karena sakit-sakitan melulu. 

Kalo ditarik kesimpulannya, berdasarkan penuturan seseorang di atas, terus curhat deaf comedian di atas, latar belakang cerita Colorful, juga pengalamanku dan adikku: masa remaja itu masa rawan untuk mengakhiri hidup karena merasa putus asa. Atau lebih jelasnya lagi: masa remaja itu rentan dengan mudah merasa putus asa.  

Tentu saja hal ini membuatku harus betul-betul menjaga kalian berdua. Terutama menjaga perasaan kalian berdua. Itu sebabnya, kenapa setiap hari aku selalu bertanya pada kalian tentang apa saja, terutama tentang cerita-cerita kalian ketika di luar rumah. Minimal, kami harus membuat kalian merasa bahwa aku dan papa adalah orang-orang pertama yang menyayangi kalian dan tentu saja menjaga kalian. Walau kalian ada penjaga utama, yaitu Allah. Itu sebabnya, kami selalu berharap kalian ga menyimpan rahasia kalian, apalagi kalo kalian dirundung orang lain. Perundungan kerap membuat seseorang rapuh. 


Kisah Makoto Kobayashi yang mengalami masa-masa depresi karena apa yang dilihatnya (hanya melihat, tidak melakukan penelitian lebih dahulu) tergesa-gesa mengakhiri hidupnya ini dituturkan dengan sangat hati-hati oleh Mori Eto sensei. Makoto diberi "kesempatan kedua" oleh Purapura melalui jiwa yang baru saja mengakhiri hidupnya juga tapi belum sampai ke langit. Jiwa ini kemudian menuntun Makoto untuk melihat lebih dekat apa yang dulu dilihatnya dan membuatnya depresi. 


Intinya, dalam rangka berkumpul lagi bersama Allah di surga nanti, kita semua dikasih kehidupan yang macam-macam, berikut ceritanya. Tapi nggak pernah ada masalah yang nggak ada jalan keluarnya. Karena itulah fungsinya berdoa dan jadi makhluk berTuhan. Selain harus berdoa, kita juga harus ikhtiar cari jalan keluar. 

Seandainya kita punya orang tua toxic, harus cari pertolongan melalui lembaga resmi. KPAI, misalnya. Karena emang ga mungkin berlindung pada orang tua toxic. Lho, shalat aja ga cukup? Ya nggak cukup. Kalo udah kena mental, ikhtiar selain shalat dan berdoa adalah mencari pertolongan. 

Masalah depresi emang masalah sensitif dan sulit mendapatkan penanganan. Seringnya, banyak orang yang meremehkan masalah ini dan selalu menganggap bahwa depresi adalah sesuatu yang berlebihan alias lebay. Nggak jarang dituduh sebagai "kurang beribadah", "kurang yakin sama Tuhan". Dan lain-lain. Mungkin memang betul. Orang depresi kesannya orang yang nggak ber-Tuhan. Masalahnya adalah... mereka nggak bisa merasakan keberadaan Tuhan. Gimana caranya ngerasain, diajarin juga nggak.


Dan di cerita Colorful ini, memang ga dibahas tentang Tuhan maupun keyakinan pada Tuhan. Hanya saja, konsep kesempatan kedua ini agak sensitif menurutku, sebab hal ini nggak akan terjadi di dunia nyata. Di kehidupan nyata, kesempatan kedua itu nggak pernah ada kalo udah bener-bener mati. Di dalam Islam, Allah tidak pernah memaafkan orang yang mengakhiri hidupnya sendiri. Bisa panjang sih, kalo aku cerita di sini. 

Aku sangat merekomendasikan buku ini untuk mengajak kita berpikir bahwa belum tentu dugaan kita berdasarkan penglihatan kita itu adalah yang benar-benar terjadi. Buku ini mengajak kita untuk nggak berprasangka buruk apalagi sampai terpikir untuk mengakhiri hidup karena prasangka itu. 


Ah! Dan jadi kepikiran satu hal. Sepertinya masalah pembinaan kesehatan mental udah harus masuk kurikulum sekolah, deh. Karena menurutku ini urgent. Bukan sekadar ada tempat bernama BP sambil isinya cuma tentang anak "nakal" yang ditegur BP. Waktu aku SMP, aku sering bolak balik masuk BP untuk curhat. Hohoho. Semoga pak Mamat selalu sehat... Aku bersyukur dapet guru BP sebaik pak Mamat. Tempat aku curhat ga penting. 



Lah.... Cerita bukunya lebih sedikit dibanding curhatnya ternyata. Kalo gitu, udah dulu, ya. See you on the next review...

Buku ini dibaca untuk memenuhi tantangan baca
- Goodreads Challenge 
- BBI Joglosemar Babat Timbunan 2023
- Abroad & Beyond Reading Challenge 
- BBBBC Reading Challenge 2023

Love you both, xoxo   
 
Terusin baca - [2023 ~ Book 2] Colorful by Mori Eto

12 Jan 2016

ibuk, oleh Iwan Setyawan





Judul: ibuk,
Penulis: Iwan Setyawan
Editor: Mirna Yulistianti
Proof Reader: Dwi Ayu Ningrum
Ilustrasi dan desain sampul: Itjuk Rahay
Setter: Ayu Lestari
Cetakan pertama, Juni 2012
Diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 293 hal + xi
ISBN: 978-979-22-8568-0
Genre: Novel, Fiksi, Indonesian Literature, Family, True Story, Drama, Inspirational
Status: Punya. Beli seken di tante Selebvi keknya



"Seperti sepatumu ini, Nduk. Kadang kita mesti berpijak dengan sesuatu yang tak sempurna. Tapi kamu mesti kuat. Buatlah pijakanmu kuat."
-Ibuk-

Masih belia usia Tinah saat itu. Suatu pagi di Pasar Batu telah mengubah hidupnya. Sim, seorang kenek angkot, seorang playboy pasar yang berambut selalu klimis dan bersandal jepit, hadir dalam hidup Tinah lewat sebuah tatapan mata. Keduanya menikah, mereka pun menjadi Ibuk dan Bapak.

Lima anak terlahir sebagai buah cinta. Hidup yang semakin meriah juga semakin penuh perjuangan. Angkot yang sering rusak, rumah mungil yang bocor di kala hujan, biaya pendidikan anak-anak yang besar, dan pernak-pernik permasalahan kehidupan dihadapi Ibuk dengan tabah. Air matanya membuat garis-garis hidup semakin indah.

ibuk, novel karya penulis national best seller Iwan Setyawan, berkisah tentang sebuah pesta kehidupan yang dipimpin oleh seorang perempuan sederhana yang perkasa. Tentang sosok perempuan bening dan hijau seperti pepohonan yang menutupi kegersangan, yang memberi napas bagi kehidupan. 



Halo, Kakak Ilman dan Adik Zaidan...

Sakit itu bikin segala nggak enak, ya. Males ngapa-ngapain. Haha. Sakit selama dua minggu sebelum tahun baru trus balik lagi kena flu berat itu sungguh mengganggu!

Untungnya, bacanya nggak kena males. Walau kecepatan baca masih seperti siput, sakit kepala dan running nose nggak menghalangi buat balik halaman berikutnya. Dan masih aja nekat duet nyanyi di Smule, dong! Hahahahaha. Kedengeran banget lah, melernya :P

Oke. Sekarang kita ngomongin buku ini. Beberapa tahun lalu, sekitar tahun 2013 waktu pertama kalinya Bunda ikutan Secret Santa, Bunda beli buku ini untuk hadiah target Bunda. Saat itu sih nggak tertarik buat beli untuk diri sendiri.

Beberapa waktu kemudian, waktu lihat banyak yang mereview buku ini, akhirnya jadi pengen baca juga. Tapi masih belum tergerak buat beli sampai tante Selvi jual buku ini bareng buku Pintu Harmonika dan beberapa buku lainnya. ibuk, ini jadi salah satu pilihan Bunda kemudian. Berhasil menarik perhatian papa, jadi dia yang baca duluan. Hihihi.

ibuk, bercerita tentang seorang Tinah muda yang harus putus sekolah di masa muda, lalu ikut mbahnya, Mbok Pah, berjualan pakaian bekas. Banyak yang menyukai Tinah, karena kesederhanaannya, kecantikannya juga. Di sebelah kios Mbok Pah, ada kios yang berjualan tempe. Pemuda penjual tempe itu kerap memberikan tempe pada Tinah, sebagai wujud rasa sukanya kepada Tinah.

Dari banyak pemuda yang tertarik pada Tinah, hanya Sim-lah yang membuat jantung Tinah berdegup. Sim adalah seorang kenek playboy yang menjaga penampilan. Walau seadanya, dia nggak berpenampilan lusuh seperti umumnya kenek. Justru dia tampil klimis dan rapi. Singkat cerita, Tinah dan Sim saling jatuh cinta, lalu menikah.

Apakah cinta sesederhana itu?

Cerita ibuk, ini menggambarkan bahwa "happily ever after the end" itu nggak seindah cuma senang-senang tanpa keluh kesah, rasa susah, dan lain-lain. Penceritaan ibuk, diambil dari sisi Bayek, anak Ibuk nomer tiga. Satu-satunya lelaki.

Suatu ketika, Bayek pernah "mati suri". Nggak sakit, tertidur lama, tapi nggak bernapas. Namun detak jantung ada. Hal ini membuat Ibuk sangat cemas. Bayek juga pernah "diramalkan" akan menjadi orang yang membahagiakan Ibuk. 

Ibuk adalah sosok seorang perempuan hebat yang perkasa, jauh dari manja. Ibuk mampu mengurus suami dan kelima anaknya dengan tangannya sendiri.

Awal baca buku ini sebenernya emosinya datar, tapi lumayan bisa dinikmati. Ibarat baca diary orang. Namun, ketika membaca penuturan perjuangan Ibuk, di saat Bapak mengeluh angkot bolak balik mogok, anak-anak rewel karena sudah waktunya bayar SPP, rapor Bayek harus tertahan tidak dibagikan disebabkan belum bayar SPP dan kalender (nggak abis pikir, kenapa diwajibkan beli kalender, ya?), sepatu semua anak jebol berbarengan, Ibuk harus ngutang dan cicil sana sini juga mengatur keuangan seadanya dan memutar otak supaya semua bisa kebagian, nggak kerasa air mata Bunda mengalir.

Ibuk berjuang membesarkan hati Bapak juga kelima anaknya. Ibuk mengajarkan kesederhanaan pada anak-anaknya. Ibuk juga mengajarkan anak-anaknya untuk punya pijakan yang kuat. Ibuk menumbuhkan kasih sayang di hati anak-anaknya. Ibuk yang punya tekad kuat supaya semua anaknya menyelesaikan sekolah, apapun yang menjadi rintangannya.

Ingatan Bunda kembali ke masa Bunda masih SD. Waktu itu, YangKung lagi belum ada kerjaan, karena banyak proyek yang sebetulnya sudah kelar, tapi pembayaran masih tersendat. Jadi, mau ngerjain pekerjaan berikutnya belum ada modal, disebabkan dari hasil pekerjaan sebelumnya belum
dapat bayaran. YangKung dulu berprofesi sebagai arsitek dan pembuat maket (miniatur gedung). Dibayarnya per proyek selesai. Jangankan untuk beli bahan-bahan maket, untuk makan sehari-hari aja udah abis bis bis.

Hari itu, Bunda pulang sekolah, mendapati YangTi sedang duduk di ruang tengah. Menunggu YangKung. YangTi membelai rambut Bunda dan bilang, "kita belum bisa makan dulu. Belum ada uang untuk beli beras. Tunggu Bapak, ya. Mudah-mudahan, ada yang mau bayar, walau baru sepuluh ribu saja". Saat itu, nilai sepuluh ribu rupiah mungkin sama dengan seratur ribu rupiah saat ini. Bunda duduk berdua YangTi. YangKung rupanya sudah berangkat dari pagi, nagih-nagih ke klien kayaknya. Pulang-pulang, beneran bawa uang selembar sepuluh ribu rupiah. YangTi langsung ke pasar untuk beli beras dan beberapa lauk.

Mungkin karena pernah ngalamin cerita sejenis, pas Papa bilang, "ceritanya nggak ada emosinya", Bunda malah punya perasaan yang berbeda. Bunda sempet baper juga, karena memang pernah mengalami hal serupa dengan Bayek. Papa juga pernah ngalamin hal serupa, kok :D

Bersyukurlah kalian yang nggak ngalamin masa susah ketika kecil dan semoga nggak membuat kalian mati rasa melihat orang lain yang lebih susah dari kalian.

Kalimat-kalimat yang ditulis Iwan Setyawan ini sederhana dan mengena, mengalir juga. Walau "status" bukunya novel, tapi jadi kayak baca semi biografi. Yang agak "kurang" sebenernya saat ada hal-hal yang bisa diungkapkan secara emosional, keluarnya jadi datar. Terus terang agak geregetan jadinya. Namun di beberapa bagian emang ada juga penuturan yang bisa hit my nerve lalu nggak kerasa bikin meleleh. 

Mestinya sontreknya masih A Song for Mama juga, nih. Heuheu.


Sayangnya kurang ditunjang sampul yang mestinya bikin adem (Bunda kurang tertarik dengan sampulnya, ke-rame-an) plus banyak penuturan yang emosinya nggak keluar hingga terasa agak datar, Bunda tetep kasih bintang empat untuk Ibuk yang hebat dan menginspirasi semua ibu di dunia agar tidak menjadi ibu dan istri yang cengeng dalam mengantarkan anak-anaknya menjadi anak yang hebat! :D

Semoga Bunda bisa jadi Ibuk yang baik buat kalian berdua! Aamiin...

Cheers and love! xoxo,





Terusin baca - ibuk, oleh Iwan Setyawan

18 Feb 2015

Our Story by Orizuka



Judul buku: Our Story
Penulis: Orizuka
Penyunting: Agatha Tristanti
Penata letak: Teddy Hanggara
Desain sampul: Teddy Hanggara
Foto: Chusnul Chairudin
Penerbit: Authorized Books
Cetakan kedua, 2011
Jumlah halaman: 240 hlm, 13.5 cm x 19 cm
ISBN: 978-602-96894-1-9


Masa SMA. 
Masa yang selalu disebut sebagai masa paling indah, tapi tidak bagi anak-anak SMA Budi Bangsa.

SMA Budi Bangsa adalah sebuah SMA di pinggiran ibukota, yang terkenal dengan sebutan SMA pembuangan sampah karena segala jenis sampah masyarakat ada di sana.

Preman. Pengacau. Pembangkang. Pembuli. Pelacur.

Masuk dan pulang sekolah sesuka hati. Guru-guru honorer jarang masuk dan memilih mengajar di tempat lain. Angka drop-out jauh lebih besar daripada yang lulus. 

Sekilas, tidak ada masa depan bagi anak-anak SMA Budi Bangsa, bahkan jika mereka menginginkannya.

Masa SMA bagi mereka hanyalah sebuah masa suram yang harus segera dilewati.

Supaya mereka dapat keluar dari status 'remaja' dan menjadi 'dewasa'. Supaya tidak ada lagi orang dewasa yang bisa mengatur mereka. Supaya mereka akhirnya bisa didengarkan.

Ini, adalah cerita mereka.


Halo, Kakak Ilman dan Adik Zaidan...
Ini adalah buku kedua dari author Orizuka yang Bunda baca. Sejauh ini, Bunda menikmati gaya bertutur Orizuka.

Our Story bermula dari seorang Yasmine, murid pindahan dari US, yang pendaftaran sekolahnya diurus oleh supir teman ayahnya. Yasmine kaget banget (lebih tepatnya shocked) ketika sekolah yang didatanginya jauh dari kesan sekolah internasional yang seharusnya, karena supir teman ayahnya itu (sepertinya) salah dengar dari kata SMA Bukti Bangsa (yang bertaraf internasional) malah mendaftarkan Yasmine ke SMA Budi Bangsa yang terkenal sebagai sekolah buangan.

Uang tiga puluh juta rupiah yang sudah digelontorkan untuk sekolah barunya itu nggak mungkin bisa diambil lagi. Yasmine cuma bisa bengong ketika dia bersekolah yang bisa dibilang, hidup nggak, mati segan.

Sebagai anak baru, bukan nggak mungkin Yasmine dibully oleh teman sekelasnya. Di sekolah itu ada ketua geng, Nino namanya, yang ditakuti geng-geng lain. Entah kenapa, Nino tidak mengganggu Yasmine sama sekali. Di antara siswa-siswa yang bisa dibilang nggak jelas masa depannya, Yasmine menemukan satu siswa yang kayak oase gitu. Namanya Ferris, yang juga jadi Ketua Osis, meski semua proposalnya selalu ditolak oleh sang kepala sekolah. Yasmine bisa akrab dengan Ferris dan akhirnya ikut Ferris berjuang di sekolah itu.

Perjalanan Yasmine selama menjadi siswa di SMA Budi Bangsa nggak menyenangkan dan membuatnya semakin benci sekolah. Nggak di US, nggak di negeri sendiri, masa SMA baginya nggak jauh-jauh dari neraka. Setelah ngobrol banyak dengan Ferris, Yasmine akhirnya mencoba mengubah cara pandangnya terhadap sekolah. Sampai akhirnya memang di bulan-bulan terakhir menjelang UN, terjadi perubahan drastis yang cukup mencengangkan: anak-anak itu mau belajar supaya lulus. 

Kalo Bunda ibaratkan, membaca Our Story ini seperti mengupas bawang. Oleh Orizuka, setiap lapis demi lapis diramu sedemikian rupa sehingga semakin mendekati akhir, gas air mata semakin kuat diembuskan dan mampu membuat pertahanan air mata kita jebol. Nggak, Bunda nggak lagi bicara soal menangis, karena Bunda sama sekali nggak menangis ketika baca Our Story. Yang Bunda maksudkan adalah setiap penokohan  karakter di sini kuat dan punya alasan masing-masing untuk berdiri di dalam cerita. Bahkan, setiap karakter dalam cerita ini mampu membuat ceritanya sendiri. Gimana Bunda bisa bayangin sosok Nino, Ferris, Yasmine, Mei, bahkan sampai Sisca sekalipun, dalam kisah mereka masing-masing.

Ferris kalo Bunda bayangin, dia cocok diperankan oleh Kang Ha Neul.  


Nino.. cocoknya oleh siapa, ya? Sebelumnya soalnya yang kebayang tukang bully itu pernah diperanin Kim Woo Bin, sih... 


Tapi kayaknya Lee Jong Suk cocok juga. Hahahaha...


Ini kok kayak nyuruh Our Story dibuat cerita versi drama koreyahnya, sih. Hahaha... 

Cover yang dibuat dengan nuansa kelam ini sebenernya udah memperlihatkan banget daleman ceritanya akan seperti apa. 

Bunda jadi teringat waktu Tante Asih mengajar jadi guru STM. Sekolah di mana kadang ada anak yang udah enam bulan nggak sekolah, sekolah yang di saat lagi ujian, salah satu tugas Tante Asih adalah kasih lembar jawaban ke masing-masing murid sebelum guru pengawas datang. Kalopun guru pengawas datang, sudah diamini oleh mereka. Karena ini emang kerja mereka. Yang penting, reputasi sekolah tetep dengan semua anak lulus, walau anaknya entah belajar entah nggak. Entah pernah masuk sekolah entah nggak. Yang penting pas ujian masuk dan lulus.

Tentu jadi beban berat untuk menjadi guru yang ditempatkan di sekolah seperti itu. Sekolah yang hidup segan, tapi mati juga nggak mau. Dengan berbagai tipe siswa, mulai dari yang cuma datang satu semester sekali, siswa yang udah tiga tahun nggak bayar uang sekolah, tapi rajin sekolah, walau buku aja mungkin dia nggak bawa, yang datang pagi terus entah ke mana ~ yang jelas berseragam, dan lain-lain dan lain-lain. Bunda jadi ngerti alasan anak-anak itu: dengan masuk sekolah, entah apa pun yang dilakukan di dalamnya, ada tempat "berlindung" dari kejamnya dunia luar. Kalo status mereka sudah lepas dari sekolah, mereka berubah jadi orang dewasa yang nggak lagi punya tempat berlindung.

Our Story menggambarkan banyak sekolah "bobrok" di Indonesia yang nggak keekspos cerita sebenernya. Alhamdulillaah, Bunda selalu bersekolah di sekolah yang terjamin, sehingga ketika mendengar sendiri cerita sejenis ini, Bunda cuma bisa bergidik. Begitu juga pas baca. Ada banyak sekali PR untuk pendidik, terutama di Indonesia ini, untuk meraih anak-anak yang terbilang "madesu" (masa depan suram). Miris? Iya. Itu sebabnya, selalu ada jurang yang sangat curam antara orang mampu dengan nggak mampu, apalagi menyangkut masalah pendidikan dan kepedulian.

Teriring doa dan harapan, semoga Bunda dan Papa bisa selalu menyekolahkan Kakak Ilman dan Adik Zaidan di sekolah yang layak, sehingga kalian bisa mendapatkan pendidikan yang layak, sesuai kebutuhan kalian.

Yasmine tahu, ia datang ke sekolah ini untuk sebuah alasan. Semua anak datang ke sekolah ini dan bertemu untuk sebuah alasan. Mereka semua masih berada di sini hari ini untuk sebuah alasan.

Masing-masing memiliki cerita. Masing-masing berbagi cerita. Masing-masing mendengarkan cerita. Dan cerita ini, tidak akan berakhir sampai di sini. Cerita itu masih akan terus berlanjut. ~p229

Love you both. Cheers! xoxo


Terusin baca - Our Story by Orizuka

12 Des 2014

If I Stay - Gayle Forman

Judul: If I Stay
Penulis: Gayle Forman
Diterbitkan oleh: Dutton Books, 2 April 2009
Format: e-book
Jumlah halaman: 210 halaman
ISBN: 1101045027
Genre: Young Adult, Kontemporer, Romance, Fiksi, Music


In a single moment, everything changes. Seventeenyear-old Mia has no memory of the accident; she can only recall riding along the snow-wet Oregon road with her family. Then, in a blink, she finds herself watching as her own damaged body is taken from the wreck...

A sophisticated, layered, and heartachingly beautiful story about the power of family and friends, the choices we all make, and the ultimate choice Mia commands.

 
Halo, Kakak Ilman dan Adik Zidan...
Rasanya udah lama banget, ya, Bunda nggak apdet. Mianhe. Ada banyak kejadian terhitung sejak menjelang lebaran. Mulai dari kehilangan calon adik bayi buat kalian (yes, Bunda keguguran akhir Juli lalu dan baru dikuret 1 Agustus), trus kakak Ilman harus dirawat di rumah sakit pas bulan September, disusul adek Zidan yang juga harus dirawat di rumah sakit yang sama di bulan Oktober. Fyuuuuh...

Ternyata semuanya berpengaruh ke mood baca, nulis, dan lain-lain. Tentu saja Bunda khawatir kalo ada anggota keluarga Bunda yang sakit. Pas Bunda nemenin kalian diambil darah, diinfus... rasanya ingin, deh, bertukar tempat...

Oke! Sekarang kita bahas buku yang udah Bunda kelarin baca entah sejak kapan ini...
Buku ini bercerita tentang Mia Hall yang sedang dalam perjalanan bersama orangtua dan adiknya di jalanan yang basah dan licin karena hujan di Oregon. Tiba-tiba Mia keluar dari tubuhnya sendiri, menyaksikan kedua orangtuanya sudah tidak bernyawa dan adiknya, Teddy, entah ada di mana.

Tubuh Mia dibawa ke rumah sakit dan ditempatkan di ruang ICU. Selama itu, jiwanya berkeliaran ke setiap sudut. Awalnya, dia mencari tahu, apakah Teddy "selamat" seperti dirinya. Ini penting, karena itu akan jadi alasan Mia untuk kembali ke tubuhnya dan hidup lagi.

Sementara tubuh Mia dalam keadaan koma, jiwa Mia berjalan-jalan untuk melihat Adam (pacarnya), Kim (sahabatnya), Granny juga Gran. Di saat itulah, jiwa Mia bimbang. Antara mau masuk lagi ke tubuhnya dan meneruskan kehidupan tanpa Mom, Dad juga Teddy, atau mau ikut menyusul ketiganya aja.

Sebelumnya, Bunda pernah baca review Aki Erie di goodreads. Katanya, aki pusing karena plotnya jeduk-jeduk. Hihihi... Bunda pikir, dia bacanya sambil joget, terus kejeduk-jeduk gitu #eaaaa #garing

Jadi, setelah Bunda baca sendiri, ternyata yang dibilang aki Erie itu benar adanya. Plotnya ga berjalan lurus mulus. Konsentrasi tinggi (buat Bunda, sih) diperlukan banget nikmatin cerita ini. Kenapa? Ya itu. Karena plotnya mudah sekali berubah. Antara flashback dengan cerita yang sedang terjadi itu nyaris tipis bedanya. Kalo nggak konsentrasi bacanya, pasti bingung dan ya itu, babak belur karena merasa kejedot dan bertanya-tanya.

Hmmm... Tapi, Bunda jadi mikir. Apakah karena aki Erie itu pria, ya, yang notabene lebih dominan pakai logikanya ketimbang perasaannya? Soalnya, Bunda ga merasa ada masalah ketika baca cerita ini. Emosi Bunda emang naik turun, segimana penuturannya aja. Bagi Bunda pribadi, sama sekali nggak ada masalah ketika cerita sedang flash back atau sedang cerita kejadian saat itu, di waktu yang berbarengan, di scene yang sama. Mungkin, Bunda sendiri suka begitu kalo lagi bercerita. Hahahaha.

So far, Bunda menyukai emosi yang ada di If I Stay ini. Bunda ngebayangin, Adam itu ganteng kayak Adam Levine versi abege. Atau minimal secakep pemeran Augustus Waters di film TFIOS. Tapi, yah, ketika lihat trailernya, ternyata nggak seganteng bayangan Bunda. Hohoho. Kecewa? Ga tau. Bunda belum nonton. Kayaknya kalo aktingnya bagus, masalah nggak seganteng imajinasi Bunda itu bisa termaafkan :P

Yang jelas, Bunda sangat penasaran dengan adegan/dialog Gran saat "mengikhlaskan" Mia kalo di film. Adegan itu Bunda bacanya di angkot, air mata Bunda meleleh, dan Bunda ga bawa tisu. Huhuhuhuhu.... I miss my grandpas... >_<

Bunda suka If I Stay ini. Tapi kalo untuk re-read, kayaknya nggak sekarang. Bunda kan biasanya bilang, kalo bagus banget maka Bunda akan re-read. Cuma, untuk re-read, kayaknya nggak dulu, deh. Masih banyak buku lain yang belum dibaca. Hihihi... Jadi, 4 bintang, boleh yaaa...





Terusin baca - If I Stay - Gayle Forman

5 Mei 2014

Does My Head Look Big in This? by Randa Abdel-Fattah


Judul: Does My Head Look Big in This? - Memangnya Kenapa Kalau Aku Pakai Jilbab?
Penulis: Randa Abdel-Fattah
Alih bahasa: Alexandra Kirana
Editor: Meliana Simamora
Desain cover: Marcel A.W
Diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan pertama, Juli 2007
Jumlah halaman: 352 hlm; 20 cm
ISBN-10: 979-22-3050-5
ISBN-13: 978-979-22-3050-5
Genre: Young Adult, Realistic Fiction, Religion - Islam, Teenlit, Cultural - Australian, Contemporary Fiction, Novel
Status: Punya. Beli seken dari tante Natnat.


Sekolah di sekolah swasta bergengsi di Australia sudah cukup berat tanpa harus memakai jilbab...

Apa yang bakal dikatakan teman-teman sekelas Amal hari Senin saat Amal berjalan masuk memakai jilbab untuk pertama kalinya? Wah, mereka pasti bakal ngeri. Memakai jilbab? Di depan anak-anak satu sekolah? SERIUS NIH?

Keputusan Amal untuk memakai jilbab membutuhkan banyak keberanian. Bisakah ia menghadapi prasangka, menjaga teman-temannya, dan masih menarik perhatian cowok paling ganteng di sekolah?

Kisah cewek ABG Australia keturunan Palestina-Muslim yang sarat dengan pesan keberanian dan ketulusan.


Halo, Kakak Ilman dan Adik Zidan...

Bunda baru kali ini, deh, baca teenlit terjemahan suasananya religius. Buku ini cerita tentang seorang Amal Mohamed Nasrullah Abdel-Hakim, baru satu semester pindah ke sekolah swasta bergengsi - McCleans, dari sekolah Hidaya - sekolah khusus Muslim, di mana di Hidaya, jilbab adalah bagian dari seragam, memutuskan untuk memakai jilbab full-timer. Maksudnya pakai jilbab full-timer itu adalah pakai jilbab baik keluar rumah, di rumah ketika ada non mahrom, dan bukannya pakai jilbab karena mau sekolah aja. 

Karena Amal tinggal di Australia yang multi kultural dan Islam bukan agama mayoritas penduduk, tentu ini menjadi sangat sulit. Masih banyak yang beranggapan bahwa jilbab adalah budaya Arab, bukan aturan agama Islam. Sulit karena sepertinya, memakai jilbab itu dianggap teroris. Muslim di negara dengan penganut agama Islam minoritas sering mendapatkan perlakuan rasis. Apalagi kalo menunjukkan identitasnya sebagai Muslim secara terang-terangan, terutama untuk kaum Hawa, dalam hal ini berhijab. Perlakuan rasis ini mulai dari dipanggil "ninja", dilihat secara jijik dari ujung kepala sampai kaki, atau bahkan diludahi dan dilecehkan secara seksual. Na'udzubillaahi min dzaalik.

Ini juga yang jadi pertimbangan Amal. Sejujurnya dia nggak mau jadi pusat perhatian, di mana setiap dia berada - setelah pakai jilbab - orang ngeliat dia sebagai alien, orang aneh, dan seterusnya. Tapi di satu sisi, dia ingin menaati apa yang diperintahkan Allah untuk perempuan yang sudah baligh, yaitu berjilbab. Bahkan, Mum dan Dad aja sempat menyarankan Amal untuk menundanya, karena khawatir nanti Amal mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan yang akan membuat Amal menjadi galau, mengingat Amal masih muda.

Amal punya sahabat-sahabat di McCleans, yang berbeda agama dengannya, Simone dan Eileen. Meski beda kepercayaan, mereka berdua sangat mendukung keputusan Amal untuk berjilbab. Sahabat Amal dari sekolah lama, Yasmeen dan Laila juga mendukung, dong. Selain itu, guru favorit Bunda, Mr. Pearce, mendukung keputusan Amal, bahkan dia meminjamkan ruangan kantornya selama sepuluh menit di waktu shalat, supaya Amal bisa melaksanakan ibadah shalat tepat waktu. Salut!

Di hari pertama Amal memakai jilbab ke sekolah, tentu saja, banyak yang memandang aneh sekaligus segan terhadap Amal, termasuk Adam Keane, cowok yang Amal suka. Bahkan kepala sekolahnya, Mrs. Walsh, mengira Amal memakai jilbab karena paksaan orangtuanya. Sampai-sampai beliau memanggil kedua orangtua Amal untuk membicarakannya. 

Sebenarnya cerita ini nggak hanya tentang seputar keputusan Amal berjilbab, tapi juga bagaimana dia mulai berteman dengan tetangganya yang sering memakinya, Mrs. Vaselli. Juga mengenai diet Simone. Mengenai Adam. Mengenai Tia Ramos. Mengenai Laila yang sering dijodohkan ibunya. Mengenai pamannya yang sok Australian. Dan masih banyak lagi.

Nah, itu sinopsisnya, ya. Kalo diceritakan semua jadi sopiler.

Pertama, Bunda pengen komentar dulu soal... cover. Duh! Sumpah! Ini covernya nggak banget buat sebuah teenlit! Padahal ceritanya catchy, menurut Bunda. Sayang banget, garapan covernya bikin orang malas melirik buku ini. Kayak ga jauh-jauh dari buku tutorial berhijab ala hijabers masa kini. 

Kedua, Bunda pengen komentar mengenai... terjemahannya. Errrr... Kaku sekali. Jadi gak enak bacanya. Bunda butuh waktu lama buat mencerna isinya. Nggak ngalir gitu. Padahal ini teenlit. Sayang banget, deh. 

Ketiga, meski kavernya nggak banget, terjemahannya kaku, Bunda suka semua tokoh di dalamnya. Amal yang pintar, cantik, pemberani dan juga penyayang. Semuanya tergambar dari keputusan-keputusan yang dilakukan Amal, juga semua yang dilakukan Amal. Bunda juga jadi sayang sama Simone, yang gak pedean, tapi dia berhasil menarik hati Josh, cowok terpopuler di sekolah.

Di luar kekurangan cover dan terjemahannya yang kaku, semua tokoh di sini adorable. Perkembangan ceritanya menarik, klimaks dan anti klimaksnya juga keren. Selain itu, yang Bunda suka di buku ini adalah, gimana cara bu Randa nerangin prinsip-prinsip di Islam tanpa terkesan menggurui, lewat keteguhan hati Amal. Suka, deh... 

Menurut Bunda, sih. Sebenernya layak dapet bintang 4. Kalo ga terganjal masalah kaver dan terjemahan, sih. Heuheu...

Bunda jadi pengen baca karya Randa Abdel Fattah yang lain, soalnya Bunda suka dengan style berceritanya.

Eh, btw, kirain bu Randa pake kerudung. Tapi pas brosing, ternyata orangnya ga jilbaban. Heuheu...

Sebetulnya, rencananya, review ini buat posting bareng BBI tanggal 29 April tema perempuan. Tapi, karena Bunda ga sempat menyelesaikannya, jadinya cuma buat YA Challenge aja, keknya. Hiks. Banyak absen acara BBI, nih, belakangan :(

Tetap semangat, ya...
Love you both... Cheers,



Terusin baca - Does My Head Look Big in This? by Randa Abdel-Fattah