Judul: First Term at Malory Towers
Penulis: Enid Blyton
Diterbitkan oleh: Methuen, tahun 1946
Jumlah halaman: 98 halaman
Format: e-book
Children, School Stories, Young Adult, Classics, Novel
Scared and excited, Darrell Rivers has just arrived at Malory Towers. It's fantastic - but huge. How is she going to remember everyone's name, let alone find her way around? And will she ever have a special friend of her own? (dari Goodreads)
Halo, Kakak Ilman dan Adik Zidan...
Waduh... Udah lama juga, ya, Bunda ga nulis review... Iya, nih... Bacanya lagi tersendat-sendat. Banyak assignment scrapbook soalnya... #alasan
Hohoho... Akhirnya, Bunda menyentuh yang namanya serial Malory Towers... Ini termasuk melanggar prinsip Bunda, soalnya Bunda nggak suka cerita yang terlalu cewek... Padahal, serial ini dari Bunda belum lahir juga udah melegenda. Kenapa? Soalnya, biasanya, cerita tentang perempuan itu standar, sih, kejahatannya. Ada di kehidupan nyata. Nyata siriknya. Nyata menyebalkannya. Bikin pengen ngelempar e-book reader... #eh #kekep lagi e-book readernya.
Jadi, ceritanya tentang apa, nih? Tentang sekolah asrama di Malory Towers. Ada beberapa towers atau menara di sini, yang sekaligus jadi asrama untuk banyak putri yang jadi siswi di sekolah ini. Tokoh utamanya bernama Darrell Rivers, yang berasal dari keluarga bahagia, punya orangtua yang sayang dan perhatian padanya.
Di sini, Darrell jadi anak baru, bersama dua orang anak baru lainnya, Mary-Lou; Sally Hope; juga Gwendolline Lacey. Sewaktu baru datang, Darrell disambut seorang seniornya yang comel, mulutnya tukang nyeletuk juga sinis tapi baik hati, bernama Alicia Johns. Darrell ini tersepona banget, deh, sama yang namanya Alicia. Meski tukang nyeletuk, buat Darrell, Alicia itu mengagumkan banget. Bahkan, meski Alicia ini menyebut salah satu guru asrama mereka, Miss Potts dengan panggilan Potty ~ cmiiw, Potty bukannya pispot? ~ Darrell tetep salut dan hormat sama yang namanya Alicia Johns.
Yah, as usual, yang namanya di dalam kelompok perempuan, pasti adaaaaa aja anak yang menyebalkan sedunia, tukang ngebully dan sombong. Ada juga anak yang lemah dan tertindas oleh tukang ngebully. Ada juga yang keras kepala nggak mau mengakui hal-hal yang sudah ditetapkan padanya. Dan ini terjadi pada teman-teman Darrell.
Suatu ketika, sewaktu pelajaran berenang sedang berlangsung, Mary-Lou yang sebenarnya takut sama air, dicemplungin oleh Gwendolline Lacey, si anak manja dan menyebalkan itu. Melihat Mary-Lou yang gelagapan *nyaris tenggelam*, Darrell langsung menyelamatkannya, membawanya keluar dari air. Seketika itu juga, kemarahannya menggelegak, dia menampar Gwendolline yang belagu itu. Darrell yang terkenal kalem tiba-tiba menjadi temperamental itu membuat heboh seluruh sekolah. Dan Gwendolline yang memang pada dasarnya anak manja, merasa tersinggung, sangat marah dan merencanakan pembalasan dendam pada Darrell.
Di sisi lain, setelah diselamatkan oleh Darrell, Mary-Lou menjadikan dirinya budak sekaligus pengagum Darrell, yang malah membuat Darrell menjadi risih dan justru malah membuat Mary-Lou sering disakiti secara verbal oleh Darrell. Padahal, menurut Darrell, dia cuma mau menolong. Nggak bermaksud menjadi pahlawan buat Mary-Lou. Cuma, yah.. jadi mbulet, deh, akhirnya... XD
Belum lagi, ada satu masalah yang terjadi dengan Sally Hope. Ibunya nggak pernah datang karena baru saja punya adik bayi. Ibu Darrell dan ibu Sally pernah bertemu. Mereka ngobrol dan bahkan ibu Sally menitipkan pesan untuk Sally lewat ibu Darrell. Nah... di sini, Sally mengelak bahwa dia punya adik bayi.
Semua kejadian yang ada di dalam cerita First Term at Malory Towers itu sebetulnya banyak yang terjadi di kelompok anak perempuan. Meski Bunda nggak terlalu sering main dengan anak-anak perempuan, Bunda tahu rasanya jadi mereka. Aunty lahir sewaktu Bunda udah menjelang baligh, SMP kelas 1. Bunda sedang butuh-butuhnya sosok ibu, yang menggantikan ibu Bunda yang sudah meninggal sewaktu Bunda kelas 1 SD, kan. Eh, ternyata, Bunda harus dihadapkan bahwa Bunda punya adik bayi yang lebih butuh perhatian ibu.
Terus soal bully membully, walau Bunda nggak pernah langsung dibully pas SMP dulu, teman sebangku Bunda pernah jadi korban bullying oleh sekelompok perempuan yang nggak suka pada Bunda dan tante Rina. Mereka nggak berani ngebully Bunda maupun tante Rina langsung, karena Bunda punya banyak sahabat laki-laki yang udah pasti bakalan ngebelain Bunda. Jadi, strategi mereka untuk membuat Bunda dan tante Rina down adalah dengan menyerang teman sebangku Bunda.
Kenapa mereka nggak suka pada Bunda, tante Rina, juga tante Ani? Berempat kami kan sekelompok, dan bertiga dari kami, Bunda, tante Rina dan tante Ani adalah bintang kelas 3 besar. Sementara tante Tika, nggak masuk 10 besar pun. Meski begitu, kami berempat tetap bersahabat dan saling sayang. Nah... si kelompok haters Bunda ini, nggak berani "menggencet" kami bertiga, karena mereka juga ga punya otak alias yah, biasa-biasa aja prestasinya di kelas. Termasuk yang keteteran malahan. Jadi, kayaknya, kalo mereka berani menggencet Bunda, tante Rina maupun Tante Ani, mereka harus nyamain level dulu. Dan mereka belum mampu XD
Ini baru pemikiran Bunda aja, sih. Soalnya, Bunda beneran nungguin momen digencet sama mereka berempat, nggak datang juga momen itu. Atau Bunda kurang menarik buat digencet? Bukan saingan secara fisik? Entahlah. Memang kebetulan, tante Tika, secara fisik, menang di antara kami berempat. Jadi, saingan utama mereka jelas: body.
Kesimpulan Bunda sementara ini adalah anak perempuan yang punya waktu buat menggencet atau membully temannya adalah anak perempuan yang space otaknya cuma dipake sedikit dan sibuk mengisinya dengan kebencian. Bisa jadi karena terlalu dimanja, terlalu dilindungi, segala dimudahkan. Sifat dasar perempuan emang gitu. Senang kalo ada yang melindungi. Sehingga, ketika dia merasa insecure, mencari sesuatu untuk melampiaskannya pada orang lain.
Kalo anak perempuan yang otaknya sibuk karena banyak hal positif yang harus dikerjakannya, nggak akan kepikiran buat membully orang lain. Kalopun dia merasa iri pada orang lain, lebih ke iri secara prestasi. Bukan iri pada penampilan tubuh. Oya, perempuan pun cenderung pengen populer, sih, sebetulnya. Cuma tiap anak perempuan punya kendali masing-masing. Ada yang merasa risih karena populer, ada yang justru bangga menjadi populer.
So, sepertinya sikap pendendam sekaligus sibuk merencanakan pembalasan dendam yang dilakukan Gwendolline Lacey terhadap Darrell River menjelaskan semuanya. Dan memang, Gwendolline ini nggak ada satu prestasipun di sekolahnya yang bisa diunggulkan.
Darrell pun sempat diuji kekalemannya. Dia sempat menjadi temperamental, karena sikap teman-temannya yang annoying. Hahaha...
Yah, meski Bunda emang nggak suka tema perempuan seperti ini, akhirnya Bunda menamatkannya juga bacanya. Pertama kalinya. Mesti numpeng, nih... karena melanggar prinsip. #eh
Tetep suka dengan gaya bu Enid bercerita. Cerita bu Enid yang berkesan buat Bunda banyak, di antaranya Lima Sekawan. Ntar, ya, Bunda baca ulang dan buat reviewnya. Udah banyak lupa, sih. Soalnya, Bunda bacanya waktu SD dulu... Loooong time ago :D
Yang jelas, banyak pesan yang ngumpet di dalam semua cerita bu Enid. Jadi bintang 4 layak, dong, ya... ^^
Bunda masih penasaran sama kisah selanjutnya di Malory Towers. Ini berarti, Bunda bakalan baca buku berikutnya. Hahaha...
------------
Diposting dalam rangka #bacabareng dan #postingbareng #BBI2013 #ReviewApril #TPAPP (Tentang Perempuan atau Penulis Perempuan). Masih ada satu review lagi yang akan Bunda tulis sebentar lagi, semoga keburu, masih dalam rangka #postingbareng #BBI2013 Penulis Perempuan. Mungkin review ini ditunggu-tunggu banyak orang, walau termasuk super telat. Mwahahaha... Entahlah, bisa nggak bikin review bagus nantinya #merasajadibeban
Oya, review ini juga diposting untuk ikut event Children Literature-nya tante Bzee dan tante Hobby Buku.
aku seneng banget sama serial ini teh peni..
BalasHapussama Darrel yang aktif banget, juga Alicia yang dari awal udh kelihatan jaill.. hehe
kilasbuku.blogspot.com
#kilasbukublogswalking
buuun...ini salah satu serial favoritku bangeeet... lagi pengen nyari boxset keluaran gramedia tapi udah nggak ada dimana2 :( btw jadi pingin baca ulang nih...
BalasHapusbelum pernah baca serial ini #jadimalu
BalasHapusIya serial ini faveku saat kecil emang Enid Blyton top banget
BalasHapuschildren's book yang aku baca baru Wonder (eh, wonder children's book bukan ya?) dan Matilda. Gimana caranya biar seneng sama children's book? Soalnya aku jadi pembaca itu baru sejak SMP. hiks
BalasHapusEniwei, gaya reviewnya asik kak.
Salam kenal :-)
@fadhila: ternyata rame juga, ya... meski yah, terlalu ceweeeeek... >__<
BalasHapus@mama astrid: aku pernah liyat, mam! di mana, ya? Oh! di Rumah Buku, kayaknya... ntar kucek lagi. semoga masih ada boxsetnya...
@mas tezar: kenapa harus malu? ini cewek banget, kok, mas XD
@lala: hihi... baiklah. banyak yang bilang serial ini keren. makanya cobain baca XD
@fara: salam kenal juga ^^ heee? jangan dipaksain kalo nggak doyan children lit... baca itu kan tentang menikmati :D
Ahahay.. buku jaman aku masih SD! Dulu punya lengkap tapi dipinjem-pinjem eeh ga balik. Sekarang tinggal punya yang kelas lima dan kelas dua kayaknya.. lupa.
BalasHapusAku paling suka Kelas Tiga lho di antara 6 buku serial Malory Towers dan tokoh favoritku yaa si Darrell ini. Ehehe. Sayang, aku ga suka kenapa si Gwendoline kesannya nggak punya sisi baik sama sekali.. Jadi semacem tokoh antagonis di sinetron Indo gitu..