Judul: Anak-anak Totto - Chan - Perjalanan Kemanusiaan untuk Anak-anak Dunia (Totto - Chan's Children - A Goodwill Journey to the Children of the World)
Penulis: Tetsuko Kuroyanagi
Alih bahasa: Ribkah Sukito
Editor: RC. Rully Larasati dan Nina Andiana
Desain dan ilustrasi cover: Martin Dima
Diterbitkan oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan kedua: Juli 2010
328 hlm; 20 cm
ISBN: 978-979-22-5998-8
Memoar
Totto-chan kini sudah dewasa. Ia sekarang menjadi aktris terkenal dan punya banyak penggemar. Tapi Totto-chan tak pernah melupakan masa kecilnya. Karena itulah Totto-chan langsung setuju ketika UNICEF menawarinya untuk jadi Duta Kemanusiaan.Sejak itu, Totto-chan berkunjung ke banyak negara dan menemui berbagai macam anak. Di negara-negara yang mengalami kekeringan hebat atau terkena dampak perang, anak-anak yang sebenarnya polos dan tak berdosa selalu jadi korban. Ternyata masih banyak sekali anak-anak dunia yang tidak bisa makan, tidak bisa sekolah, tidak bisa dirawat di rumah sakit, bahkan mengalami trauma hebat akibat perang.Lewat buku ini Totto-chan ingin menceritakan pengalamannya saat bertemu anak-anak manis itu supaya makin banyak orang bisa membantu anak-anak dunia menggapai masa depan yang lebih baik. (dari cover belakang)
Halo, kakak Ilman dan adik Zidan...
udah lama banget, ya, Bunda ga nulis review. Miiko's Time mandek. Maaf.
Baca buku ini butuh waktu lebih dari sebulan untuk Bunda selesaikan. Setiap halamannya selalu membuat Bunda menahan napas, tangis, haru, dan lainnya. Buku ini jauh lebih desperating ketimbang novel masokis. Karena semua yang terjadi di buku ini betul-betul terjadi. Bukan mimpi. Bukan ilusi. Real. Nyata.
Buku ini bercerita tentang pengalaman Totto-chan dewasa yang dipilih menjadi duta UNICEF untuk mengunjungi anak-anak di berbagai negara. Terutama negara yang sedang krisis oleh perang atau bencana alam.
Tanzania. Daerah ini kekeringan sekali. Air susah sekali didapat. Jangankan air jernih. Bisa dapat air keruh aja udah anugerah. Dan untuk mendapatkannya mereka harus berjalan sangat jauh dari rumah mereka. 4,8 kilometer adalah jarak sangat dekat dengan sumber air, sementara 9,6 kilometer adalah jarak sumber air tidak dekat. Selain air yang susah didapat, makanan pun susah didapat. Ada sekitar 14 juta anak meninggal dunia di awal tahun 1980-an akibat kelaparan, lingkungan yang tidak sehat. Juga banyak anak terbunuh karena terjebak di tengah perang, khususnya perang saudara. Meski anak-anak Tanzania ini adalah anak-anak asli Afrika Selatan, mereka tidak pernah melihat jerapah, zebra, gajah Afrika yang sering kita lihat di buku atau televisi - dalam keseharian hidup mereka. Karena, hewan-hewan seperti ini hanya hidup di tempat yang banyak airnya. Jadi, bisa kalian bayangkan, betapa keringnya tempat anak-anak ini tinggal. Selain itu, di penjara anak-anak yang ada di sana, ada anak yang dipenjara karena kesalahannya adalah mencuri t-shirt. Di sini, banyak di antara kita yang sering dapat t-shirt gratis. Baik itu promo produk atau kampanye. Tapi di sana... untuk punya t-shirt saja harus mencuri...
Nigeria. Di sini, curah hujan hanya sedikit sekali. Padahal, kata Nigeria itu berarti "satu sungai besar di antara banyak sungai besar". Miris sekali, mengingat pada tahun 1985, ketika ibu Tetsuko berkunjung ke sana, hanya 2,5 persen sumber air yang tersisa. Menurut buku yang dibaca beliau, panjang sungai Nigeria adalah 4.179 kilometer - sungai terpanjang ketiga di Afrika dan lebarnya 0,8 kilometer. Bisa kalian bayangkan dampak kekeringan yang berkepanjangan ini, kan? Selain kekeringan dan minimnya curah hujan (yang hanya 2,5 cm per tahun ketika itu), Nigeria juga sering dilanda badai pasir.
India. Hampir seluruh isi dunia tahunya India itu negara dengan tingkat kebudayaan yang tinggi. Di sana juga ada universitas tempat berlabuhnya para IT mendalami ilmu komputer. Tapi di kota Madras, 92 persen anak-anak menderita kekurangan gizi. Dari 8,3 juta anak yang meninggal setiap tahunnya di Asia, 3,5 juta di antaranya terjadi di India. Anak-anak ini meninggal karena dehidrasi akibat diare dan penyakit menular lainnya. Mengejutkan, ya?
Mozambik. Dulunya, Mozambik adalah negara yang kaya, juga merupakan tujuan wisata yang indah. Karena pemerintahan kulit hitam yang sukses merupakan ancaman bagi negara tetangga Mozambik, yaitu Afrika Selatan yang memberlakukan sistem yang dikenal dengan apartheid - sebuah kebijakan segregasi dengan diskriminasi rasial berdasarkan warna kulit - Afrika Selatan memberikan dukungan kepada tentara gerilya antipemerintah di Mozambik dan Angola, dengan memberikan suplai senjata dan uang dengan harapan bisa meruntuhkan pemerintahan kulit hitam di kedua negara itu.
Tentara gerilya menanam ranjau darat, menjarah hasil panen, membakar ladang, melempar mayat ke sumur sehingga airnya tidak bisa diminum, para lelaki dibunuh tanpa sebab, perempuan diperkosa, anak-anak lelaki yang sudah cukup besar diculik untuk kerja paksa dan dilatih menjadi tentara gerilya. Iya. Negara itu dipenuhi anak-anak yatim piatu.
Kamboja. Di sini ada kuburan massal Chong Ek yang isinya sekitar 9000 tengkorak yang dibiarkan bertumpuk di atas rumput. Pusat tahanan Tuol Sleng yang dulu berada di bawah rezim Pol Pot, yang semula adalah sekolah menengah diubah menjadi penjara dan pusat penyiksaan. Sekitar 14.500 orang dibunuh di sana, 2.000 di antaranya adalah anak-anak. Bunda pernah melihat sekilas di tv, ada di youtube, kayaknya. Bunda nggak sanggup membayangkannya. Manusia yang dikuasai setan ada di sana. Nggak punya nurani menyiksa dengan sesuka hati. Heran! Terbuat dari apa, sih, mereka?
Vietnam. Anak-anak bersekolah di malam hari, karena siangnya mereka harus bekerja mencari nafkah, akibat buruknya ekonomi di negara itu pasca perang dengan Amerika. Tidak hanya itu, banyak anak-anak yang cacat, seperti tidak punya bola mata, akibat racun bom yang pernah diledakkan semasa perang.
Angola. Dulunya, negara ini adalah negara kaya sumber daya alam seperti berlian dan bijih besi. Juga kaya minyak bumi dan emas. Logam-logam langka yang dibutuhkan teknologi tinggi juga bisa ditambang di sana. Perang saudara yang terjadi di sana menghancurkan semuanya. Anak-anak dipotong kaki dan tangannya oleh tentara gerilya antipemerintah. Ayah dan ibu mereka dibunuh di depan mata mereka.
Banglades. Bencana alam banjir yang mampu merendam sepertiga luas negara mereka, telah menyebabkan kelaparan dan wabah penyakit merajalela. Bahkan ada yang tinggal di pemukiman yang berada di tumpukan sampah! Oya, di negara ini juga, ada seorang ekonom hebat yang mendapatkan penghargaan Nobel bidang ekonomi untuk program Bank Grameen-nya. Beliau adalah Dr. Muhammad Yunus. Bank Grameen adalah bank untuk orang miskin. Sembilan puluh empat persen peminjamnya adalah perempuan. Jadi, setiap wanita yang meminjam di sini dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk saling membantu. Yang mengharukan, meski pinjamannya kecil, namun cukup untuk memutar roda perekonomian mereka! Misalnya, seorang perempuan diberi pinjaman untuk membeli ayam satu ekor. Nanti setelah ayamnya bertelur dan telurnya bisa dijual, keuntungan dari jual telur itu bisa dikembalikan. Sehingga bisa dipinjam oleh orang lain yang membutuhkannya. Dari hanya seekor ayam, bisa berbiak menjadi berekor-ekor ayam bahkan sapi! Hebat, ya! Profil Dr. Muhammad Yunus bisa dilihat di sini.
Irak. Perang Teluk yang dilancarkan Amerika dan Sekutunya menggunakan misil senilai 1,5 juta dolar satunya. Dalam Perang Teluk ini, diperkenalkan istilah baru: pengeboman tepat sasaran. Dalam pengeboman tepat sasaran itu, tempat-tempat perang nggak seperti habis perang karena nggak tampak puing-puing. Tapi langsung menghancurkan pada tujuannya sampai sangat remuk. Pembangkit listrik hancur, sehingga saluran pembuangan rusak dan kotoran mulai mengalir ke rumah-rumah. Anak-anak bahkan dijadikan alat pendeteksi ranjau darat.
Etiopia. Perang saudara dan bencana kekeringan telah membuat Etiopia menjadi sangat miskin. Tubuh orang-orang di sana sangat kurus! Hanya kulit membalut tulang. Setiap orang dijatah makannya, berdasarkan gelang kertas yang dipakaikannya. Gelang kertas ini menjadi penanda butuh seberapa banyak makanan yang mereka dapatkan.
Sudan. Perang saudara telah membuat anak-anak kehilangan orangtua mereka. Sama seperti di Mozambik. Banyak anak yang ditembak ketika mereka bersembunyi di semak-semak. Atau kepala mereka digigit hyena.
Rwanda. "Tidak ada lagi iblis di neraka. Mereka semua ada di sini, di Rwanda." (dari Majalah Time, yang dikutip dari pendeta setempat). Di sini, anak-anak bisa saja berpapasan dengan pembunuh keluarga mereka. Peperangan yang terjadi di sini adalah perang antarkelompok etnis, suku Hutu dan Tutsi. Secara tradisional, suku Hutu adalah petani yang mengolah tanah, sedangkan suku Tutsi adalah gembala yang memelihara ternak. Rwanda merupakan koloni Jerman sampai pemerintahannya diserahkan kepada Belgia pada akhir Perang Dunia I. Tahun 1920-an, orang-orang Belgia memutuskan untuk membatasi pemberian posisi di pemerintahan dan akses pendidikan tinggi bagi suku Tutsi. Orang-orang Belgia mendaftarkan semua penduduk Rwanda sebagai suku Tutsi atau Hutu pada hari kelahiran mereka. Jurang antara suku Hutu dan Tutsi makin dalam pada tahun-tahun menjelang dan sesudah kemerdekaan, tahun 1960-an. Tindakan pembantaian dimulai setelah pesawat terbang yang membawa Presiden Habyarimana ditembak jatuh. Suku Hutu menyalahkan suku Tutsi dan merancang rencana untuk membantai mereka secara sistematis. Pembantaian memicu perang saudara yang hebat. Anak laki-laki dipaksa menjadi tentara. Orangtua mereka dibunuh.
Haiti. Columbus menemukan pulau Haiti ketika dia tiba di daratan Amerika. Haiti adalah negara kecil yang letaknya di Laut Karibia. Wilayah ini, mulanya dikuasai Spanyol. Lalu dikuasai Perancis. Setelah negara ini merdeka dan melakukan pemilihan umum pertama, delapan bulan setelahnya, terjadi kudeta dan presiden Aristide diasingkan. Selama empat tahun, negara ini berada di bawah rezim autokratis yang mengerikan. Anak-anak perempuan banyak menjadi pelacur untuk menafkahi keluarga mereka. Banyak anak-anak yang dipenjara tanpa tahu kesalahan mereka.
Bosnia - Herzegovina. Yugoslavia merupakan negara gabungan dari enam republik. Pada tahun 1992, Bosnia-Herzegovina mendeklarasikan kemerdekaannya, namun lalu pecah perang saudara. Awalnya perang ini merupakan konfrontasi antara kelompok Serbia yang antikemerdekaan dan kelompok Muslim serta Kroasia yang prokemerdekaan. Para pemimpin kelompok ini menyebarkan kebencian dan ketakutan di antara masyarakat, sehingga pertempuran pun semakin intens. Kerap terjadi pembersihan etnis, bahkan bom ditujukan untuk anak-anak. Mereka menyimpannya di kue, permen, mainan, benda apa pun yang menarik perhatian anak-anak. Anak-anak menderita masalah psikologis yang sangat parah di sana.
Dear Kakak Ilman dan Adik Zidan sayang,
setiap halaman membaca buku ini, satu kata yang selalu Bunda lafazhkan: "alhamdulillaah." Mungkin kita bukan termasuk keluarga yang bergelimangan harta. Tapi kita hidup di negara yang aman. Meski nggak setiap saat kita bisa makan makanan yang mewah, tapi kita bisa makan dengan nikmat. Masalah kita seringnya, "makan apa, ya, hari ini?" atau "aku nggak berselera makan."
Tapi buat sebagian anak-anak yang ada di cerita di buku ini: makan apa aja hajar, bleh! Yang penting MAKAN.
Air. Bunda sering lihat di sekitar kita, banyak orang membiarkan air bersih mengalir terbuang sia-sia. Padahal di Tanzania sana, buat ngambil air keruh aja jalannya sejauh itu! Bunda mohon sama kalian berdua, untuk bijak memakai air. Seperlunya. Nggak dibuang-buang. Hemat air. That's very important!
Makanan. Kakak Ilman, adik Zidan... Sewaktu Bunda menulis ini, tahun 2012, kalian masih bocah-bocah yang kadang nggak tahu mana yang benar dan salah. Tapi Bunda dan papa nggak akan pernah lelah untuk mengingatkan bahwa kita harus bersyukur untuk semua makanan yang ada di hadapan kita. Rasulullaah SAW tidak pernah mencela makanan. Kita juga harus begitu. Makanan adalah rezeki untuk kita. Jadi, kalian nggak boleh buang-buang makanan, ya. Kalo sudah terlihat kalian nggak akan memakannya, jangan dicuil. Sebaiknya diberikan pada orang yang memang mau memakannya.
Ketentraman. Terkadang rasa lelah akibat aktivitas di luar atau juga rasa lapar yang mendera membuat kita nggak bisa mengontrol emosi. Kita menjadi lebih peka dan lebih mudah marah. Ini juga pernah terjadi di keluarga kita. Entah itu kakak Ilman suka tiba-tiba marah karena video di yutub buffering-nya butuh waktu lama. Atau karena gadget tiba-tiba lemot. Lalu kakak akan marah-marah. Bunda juga sama. Kadang hanya karena internet lambat, Bunda suka marah-marah. Apalagi kalo unduhan jadi putus. Padahal, kalau mau sekali lagi merenungi apa yang terjadi di tempat-tempat yang jangankan ada jaringan internet atau gadget canggih - buat minum atau hidup aja susah - kenapa kita nggak jalani semuanya dengan syukur? Kemarahan sama sekali nggak akan menimbulkan ketentraman. Kita yang sudah dikasih hidup tentram, malah cari-cari masalah? Wow! *salto*
Kesehatan. Kita dikasih makan yang cukup, tempat untuk bernaung yang nyaman tapi kita suka mengabaikan kesehatan kita. Padahal, untuk orang-orang yang di buku ini, untuk bisa bebas dari diare aja, kayaknya mimpi.
Kalo sudah begini, apa kita yang setiap hari bisa makan dengan cukup masih bilang kekurangan? Sudah punya rumah yang layak, masih bilang miskin? Masih bisa tidur dengan nyenyak, masih cari-cari alasan untuk mengeluhkan insomnia yang terkadang dikarang sendiri?
Review Bunda tentang buku ini:
Meski Bunda susah payah membacanya, buku ini Bunda kasih 5 bintang. Bukan karena Bunda suka dengan penderitaan orang-orang yang tertuang di buku ini. 5 bintang untuk kehebatan bu Tetsuko saat mengunjungi mereka. Menebarkan kasih sayang, walau mereka tidak berbicara dalam bahasa yang sama. Kasih sayang itu menjadi satu bahasa sendiri yang dipahami semua manusia. Karena hati yang berbicara.
Susah payah membacanya karena Bunda menderita. Tapi buku ini harus kalian baca. Harus. Semoga kalian selalu ingat bahwa ada banyak orang yang membutuhkan kepedulian kalian. Kalian dilahirkan bukan untuk kesia-siaan, sayang.
Untuk terjemahannya, Bunda rasa lumayan. Bunda bisa mengikutinya. Meski ada beberapa typo kadang-kadang. Bunda suka ilustrasi sampulnya. Sampul buku bu Tetsuko selalu didominasi warna putih. Di dalam buku ini ada beberapa foto hitam putih.
Oya, ini dia bu Tetsuko Kuroyanagi. Cantik, ya? Profilnya bisa kalian baca di sini.
Semoga, setelah membaca review Bunda yang ini, kalian menjadi manusia yang banyak bersyukur untuk segala hal yang kalian terima. Di balik semua keluhan kita, ada sangat banyak hal yang harus kita syukuri.
Note: beberapa foto ngambil dari:
- http://thetravelersduck.blogspot.com/
Buku ini bercerita tentang pengalaman Totto-chan dewasa yang dipilih menjadi duta UNICEF untuk mengunjungi anak-anak di berbagai negara. Terutama negara yang sedang krisis oleh perang atau bencana alam.
Tanzania. Daerah ini kekeringan sekali. Air susah sekali didapat. Jangankan air jernih. Bisa dapat air keruh aja udah anugerah. Dan untuk mendapatkannya mereka harus berjalan sangat jauh dari rumah mereka. 4,8 kilometer adalah jarak sangat dekat dengan sumber air, sementara 9,6 kilometer adalah jarak sumber air tidak dekat. Selain air yang susah didapat, makanan pun susah didapat. Ada sekitar 14 juta anak meninggal dunia di awal tahun 1980-an akibat kelaparan, lingkungan yang tidak sehat. Juga banyak anak terbunuh karena terjebak di tengah perang, khususnya perang saudara. Meski anak-anak Tanzania ini adalah anak-anak asli Afrika Selatan, mereka tidak pernah melihat jerapah, zebra, gajah Afrika yang sering kita lihat di buku atau televisi - dalam keseharian hidup mereka. Karena, hewan-hewan seperti ini hanya hidup di tempat yang banyak airnya. Jadi, bisa kalian bayangkan, betapa keringnya tempat anak-anak ini tinggal. Selain itu, di penjara anak-anak yang ada di sana, ada anak yang dipenjara karena kesalahannya adalah mencuri t-shirt. Di sini, banyak di antara kita yang sering dapat t-shirt gratis. Baik itu promo produk atau kampanye. Tapi di sana... untuk punya t-shirt saja harus mencuri...
Nigeria. Di sini, curah hujan hanya sedikit sekali. Padahal, kata Nigeria itu berarti "satu sungai besar di antara banyak sungai besar". Miris sekali, mengingat pada tahun 1985, ketika ibu Tetsuko berkunjung ke sana, hanya 2,5 persen sumber air yang tersisa. Menurut buku yang dibaca beliau, panjang sungai Nigeria adalah 4.179 kilometer - sungai terpanjang ketiga di Afrika dan lebarnya 0,8 kilometer. Bisa kalian bayangkan dampak kekeringan yang berkepanjangan ini, kan? Selain kekeringan dan minimnya curah hujan (yang hanya 2,5 cm per tahun ketika itu), Nigeria juga sering dilanda badai pasir.
India. Hampir seluruh isi dunia tahunya India itu negara dengan tingkat kebudayaan yang tinggi. Di sana juga ada universitas tempat berlabuhnya para IT mendalami ilmu komputer. Tapi di kota Madras, 92 persen anak-anak menderita kekurangan gizi. Dari 8,3 juta anak yang meninggal setiap tahunnya di Asia, 3,5 juta di antaranya terjadi di India. Anak-anak ini meninggal karena dehidrasi akibat diare dan penyakit menular lainnya. Mengejutkan, ya?
Mozambik. Dulunya, Mozambik adalah negara yang kaya, juga merupakan tujuan wisata yang indah. Karena pemerintahan kulit hitam yang sukses merupakan ancaman bagi negara tetangga Mozambik, yaitu Afrika Selatan yang memberlakukan sistem yang dikenal dengan apartheid - sebuah kebijakan segregasi dengan diskriminasi rasial berdasarkan warna kulit - Afrika Selatan memberikan dukungan kepada tentara gerilya antipemerintah di Mozambik dan Angola, dengan memberikan suplai senjata dan uang dengan harapan bisa meruntuhkan pemerintahan kulit hitam di kedua negara itu.
Tentara gerilya menanam ranjau darat, menjarah hasil panen, membakar ladang, melempar mayat ke sumur sehingga airnya tidak bisa diminum, para lelaki dibunuh tanpa sebab, perempuan diperkosa, anak-anak lelaki yang sudah cukup besar diculik untuk kerja paksa dan dilatih menjadi tentara gerilya. Iya. Negara itu dipenuhi anak-anak yatim piatu.
Kamboja. Di sini ada kuburan massal Chong Ek yang isinya sekitar 9000 tengkorak yang dibiarkan bertumpuk di atas rumput. Pusat tahanan Tuol Sleng yang dulu berada di bawah rezim Pol Pot, yang semula adalah sekolah menengah diubah menjadi penjara dan pusat penyiksaan. Sekitar 14.500 orang dibunuh di sana, 2.000 di antaranya adalah anak-anak. Bunda pernah melihat sekilas di tv, ada di youtube, kayaknya. Bunda nggak sanggup membayangkannya. Manusia yang dikuasai setan ada di sana. Nggak punya nurani menyiksa dengan sesuka hati. Heran! Terbuat dari apa, sih, mereka?
Vietnam. Anak-anak bersekolah di malam hari, karena siangnya mereka harus bekerja mencari nafkah, akibat buruknya ekonomi di negara itu pasca perang dengan Amerika. Tidak hanya itu, banyak anak-anak yang cacat, seperti tidak punya bola mata, akibat racun bom yang pernah diledakkan semasa perang.
Angola. Dulunya, negara ini adalah negara kaya sumber daya alam seperti berlian dan bijih besi. Juga kaya minyak bumi dan emas. Logam-logam langka yang dibutuhkan teknologi tinggi juga bisa ditambang di sana. Perang saudara yang terjadi di sana menghancurkan semuanya. Anak-anak dipotong kaki dan tangannya oleh tentara gerilya antipemerintah. Ayah dan ibu mereka dibunuh di depan mata mereka.
Banglades. Bencana alam banjir yang mampu merendam sepertiga luas negara mereka, telah menyebabkan kelaparan dan wabah penyakit merajalela. Bahkan ada yang tinggal di pemukiman yang berada di tumpukan sampah! Oya, di negara ini juga, ada seorang ekonom hebat yang mendapatkan penghargaan Nobel bidang ekonomi untuk program Bank Grameen-nya. Beliau adalah Dr. Muhammad Yunus. Bank Grameen adalah bank untuk orang miskin. Sembilan puluh empat persen peminjamnya adalah perempuan. Jadi, setiap wanita yang meminjam di sini dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk saling membantu. Yang mengharukan, meski pinjamannya kecil, namun cukup untuk memutar roda perekonomian mereka! Misalnya, seorang perempuan diberi pinjaman untuk membeli ayam satu ekor. Nanti setelah ayamnya bertelur dan telurnya bisa dijual, keuntungan dari jual telur itu bisa dikembalikan. Sehingga bisa dipinjam oleh orang lain yang membutuhkannya. Dari hanya seekor ayam, bisa berbiak menjadi berekor-ekor ayam bahkan sapi! Hebat, ya! Profil Dr. Muhammad Yunus bisa dilihat di sini.
Dr. Muhammad Yunus. Ekonom dari Banglades. Pendiri Bank Grameen. Peraih Nobel bidang Ekonomi. Orang hebat yang peduli rakyat kecil |
Irak. Perang Teluk yang dilancarkan Amerika dan Sekutunya menggunakan misil senilai 1,5 juta dolar satunya. Dalam Perang Teluk ini, diperkenalkan istilah baru: pengeboman tepat sasaran. Dalam pengeboman tepat sasaran itu, tempat-tempat perang nggak seperti habis perang karena nggak tampak puing-puing. Tapi langsung menghancurkan pada tujuannya sampai sangat remuk. Pembangkit listrik hancur, sehingga saluran pembuangan rusak dan kotoran mulai mengalir ke rumah-rumah. Anak-anak bahkan dijadikan alat pendeteksi ranjau darat.
Etiopia. Perang saudara dan bencana kekeringan telah membuat Etiopia menjadi sangat miskin. Tubuh orang-orang di sana sangat kurus! Hanya kulit membalut tulang. Setiap orang dijatah makannya, berdasarkan gelang kertas yang dipakaikannya. Gelang kertas ini menjadi penanda butuh seberapa banyak makanan yang mereka dapatkan.
Sudan. Perang saudara telah membuat anak-anak kehilangan orangtua mereka. Sama seperti di Mozambik. Banyak anak yang ditembak ketika mereka bersembunyi di semak-semak. Atau kepala mereka digigit hyena.
Rwanda. "Tidak ada lagi iblis di neraka. Mereka semua ada di sini, di Rwanda." (dari Majalah Time, yang dikutip dari pendeta setempat). Di sini, anak-anak bisa saja berpapasan dengan pembunuh keluarga mereka. Peperangan yang terjadi di sini adalah perang antarkelompok etnis, suku Hutu dan Tutsi. Secara tradisional, suku Hutu adalah petani yang mengolah tanah, sedangkan suku Tutsi adalah gembala yang memelihara ternak. Rwanda merupakan koloni Jerman sampai pemerintahannya diserahkan kepada Belgia pada akhir Perang Dunia I. Tahun 1920-an, orang-orang Belgia memutuskan untuk membatasi pemberian posisi di pemerintahan dan akses pendidikan tinggi bagi suku Tutsi. Orang-orang Belgia mendaftarkan semua penduduk Rwanda sebagai suku Tutsi atau Hutu pada hari kelahiran mereka. Jurang antara suku Hutu dan Tutsi makin dalam pada tahun-tahun menjelang dan sesudah kemerdekaan, tahun 1960-an. Tindakan pembantaian dimulai setelah pesawat terbang yang membawa Presiden Habyarimana ditembak jatuh. Suku Hutu menyalahkan suku Tutsi dan merancang rencana untuk membantai mereka secara sistematis. Pembantaian memicu perang saudara yang hebat. Anak laki-laki dipaksa menjadi tentara. Orangtua mereka dibunuh.
Haiti. Columbus menemukan pulau Haiti ketika dia tiba di daratan Amerika. Haiti adalah negara kecil yang letaknya di Laut Karibia. Wilayah ini, mulanya dikuasai Spanyol. Lalu dikuasai Perancis. Setelah negara ini merdeka dan melakukan pemilihan umum pertama, delapan bulan setelahnya, terjadi kudeta dan presiden Aristide diasingkan. Selama empat tahun, negara ini berada di bawah rezim autokratis yang mengerikan. Anak-anak perempuan banyak menjadi pelacur untuk menafkahi keluarga mereka. Banyak anak-anak yang dipenjara tanpa tahu kesalahan mereka.
Bosnia - Herzegovina. Yugoslavia merupakan negara gabungan dari enam republik. Pada tahun 1992, Bosnia-Herzegovina mendeklarasikan kemerdekaannya, namun lalu pecah perang saudara. Awalnya perang ini merupakan konfrontasi antara kelompok Serbia yang antikemerdekaan dan kelompok Muslim serta Kroasia yang prokemerdekaan. Para pemimpin kelompok ini menyebarkan kebencian dan ketakutan di antara masyarakat, sehingga pertempuran pun semakin intens. Kerap terjadi pembersihan etnis, bahkan bom ditujukan untuk anak-anak. Mereka menyimpannya di kue, permen, mainan, benda apa pun yang menarik perhatian anak-anak. Anak-anak menderita masalah psikologis yang sangat parah di sana.
---
Dear Kakak Ilman dan Adik Zidan sayang,
setiap halaman membaca buku ini, satu kata yang selalu Bunda lafazhkan: "alhamdulillaah." Mungkin kita bukan termasuk keluarga yang bergelimangan harta. Tapi kita hidup di negara yang aman. Meski nggak setiap saat kita bisa makan makanan yang mewah, tapi kita bisa makan dengan nikmat. Masalah kita seringnya, "makan apa, ya, hari ini?" atau "aku nggak berselera makan."
Tapi buat sebagian anak-anak yang ada di cerita di buku ini: makan apa aja hajar, bleh! Yang penting MAKAN.
Air. Bunda sering lihat di sekitar kita, banyak orang membiarkan air bersih mengalir terbuang sia-sia. Padahal di Tanzania sana, buat ngambil air keruh aja jalannya sejauh itu! Bunda mohon sama kalian berdua, untuk bijak memakai air. Seperlunya. Nggak dibuang-buang. Hemat air. That's very important!
Makanan. Kakak Ilman, adik Zidan... Sewaktu Bunda menulis ini, tahun 2012, kalian masih bocah-bocah yang kadang nggak tahu mana yang benar dan salah. Tapi Bunda dan papa nggak akan pernah lelah untuk mengingatkan bahwa kita harus bersyukur untuk semua makanan yang ada di hadapan kita. Rasulullaah SAW tidak pernah mencela makanan. Kita juga harus begitu. Makanan adalah rezeki untuk kita. Jadi, kalian nggak boleh buang-buang makanan, ya. Kalo sudah terlihat kalian nggak akan memakannya, jangan dicuil. Sebaiknya diberikan pada orang yang memang mau memakannya.
Ketentraman. Terkadang rasa lelah akibat aktivitas di luar atau juga rasa lapar yang mendera membuat kita nggak bisa mengontrol emosi. Kita menjadi lebih peka dan lebih mudah marah. Ini juga pernah terjadi di keluarga kita. Entah itu kakak Ilman suka tiba-tiba marah karena video di yutub buffering-nya butuh waktu lama. Atau karena gadget tiba-tiba lemot. Lalu kakak akan marah-marah. Bunda juga sama. Kadang hanya karena internet lambat, Bunda suka marah-marah. Apalagi kalo unduhan jadi putus. Padahal, kalau mau sekali lagi merenungi apa yang terjadi di tempat-tempat yang jangankan ada jaringan internet atau gadget canggih - buat minum atau hidup aja susah - kenapa kita nggak jalani semuanya dengan syukur? Kemarahan sama sekali nggak akan menimbulkan ketentraman. Kita yang sudah dikasih hidup tentram, malah cari-cari masalah? Wow! *salto*
Kesehatan. Kita dikasih makan yang cukup, tempat untuk bernaung yang nyaman tapi kita suka mengabaikan kesehatan kita. Padahal, untuk orang-orang yang di buku ini, untuk bisa bebas dari diare aja, kayaknya mimpi.
Kalo sudah begini, apa kita yang setiap hari bisa makan dengan cukup masih bilang kekurangan? Sudah punya rumah yang layak, masih bilang miskin? Masih bisa tidur dengan nyenyak, masih cari-cari alasan untuk mengeluhkan insomnia yang terkadang dikarang sendiri?
Review Bunda tentang buku ini:
Meski Bunda susah payah membacanya, buku ini Bunda kasih 5 bintang. Bukan karena Bunda suka dengan penderitaan orang-orang yang tertuang di buku ini. 5 bintang untuk kehebatan bu Tetsuko saat mengunjungi mereka. Menebarkan kasih sayang, walau mereka tidak berbicara dalam bahasa yang sama. Kasih sayang itu menjadi satu bahasa sendiri yang dipahami semua manusia. Karena hati yang berbicara.
Susah payah membacanya karena Bunda menderita. Tapi buku ini harus kalian baca. Harus. Semoga kalian selalu ingat bahwa ada banyak orang yang membutuhkan kepedulian kalian. Kalian dilahirkan bukan untuk kesia-siaan, sayang.
Untuk terjemahannya, Bunda rasa lumayan. Bunda bisa mengikutinya. Meski ada beberapa typo kadang-kadang. Bunda suka ilustrasi sampulnya. Sampul buku bu Tetsuko selalu didominasi warna putih. Di dalam buku ini ada beberapa foto hitam putih.
Oya, ini dia bu Tetsuko Kuroyanagi. Cantik, ya? Profilnya bisa kalian baca di sini.
Tetsuko Kuroyanagi. Duta Kemanusiaan UNICEF |
Semoga, setelah membaca review Bunda yang ini, kalian menjadi manusia yang banyak bersyukur untuk segala hal yang kalian terima. Di balik semua keluhan kita, ada sangat banyak hal yang harus kita syukuri.
`Dan semua anak kecil itu memendam kesedihan luar biasa
Dalam hati mereka yang kecil mengira bahwa merekalah yang bersalah atas kematian keluarga mereka
"aku melakukan hal-hal yang dilarang ibu; karena itulah dia dibunuh".` hal 15
`Seorang gadis kecil pergi ke kamarnya
langsung menghampiri boneka kesayangannya
"maaf aku tidak bisa membawamu bersamaku. Terima kasih sudah menunggu," mungkin begitu katanya
mengambil mainannya untuk dipeluk
saat itulah bom meledak,
lalu membunuh anak itu.` Hal 22
`Mungkin ketika kengerian dan pengalaman terus menerus terjadi, dengan baik hati Tuhan menyediakan amnesia sebagai jalan menghapus ingatan itu dari pikiran mereka. Tapi cara itu pun sangat mengerikan.` Hal 290
`Kita tidak dilahirkan untuk saling membenci, kita dilahirkan untuk saling mengasihi.` Hal 299
Note: beberapa foto ngambil dari:
- http://thetravelersduck.blogspot.com/
- http://alifiaonline.wordpress.com/
- juga hasil googling
- juga hasil googling
huaaaah ma bunda dikasih rating tinggi banget.
BalasHapusAku blom punya buku ini.arrghhh..baru mau nulis pengen beli buku ini kalau ketemu, tapi malah keingat tumpukan buku di rumah.
Hhmmm...beneran harus banyak bersyukur yah bun.
sebenernya bacanya sih desperado. Ally kan tahu, aku mana tahan baca buku yang kisahnya sedih. Berhubung aku banyaaak sekali dapat tamparan dari buku ini..., aku kasih 5. Untuk berhenti mengeluh dan selalu bersyukur :D
Hapustemplatenya langsing sekali *salah fokus*
BalasHapushihihi... kayaknya udah nasib, mbak Sinta. tiap ganti templet pasti langsing... :))
HapusTotto chan benar2 selalu mengharu-biru ya Bunda...
BalasHapusSy sudah hampir sebulan beli buku ini tapi belum sempat baca..
Baca review-nya Bunda jd langsung pengen baca juga.
baca, deh, Mom. minimal buat rajin bersyukur... :D
HapusWah bu.Peni, luar biasa sekali nih baik kutipan buku maupun pendapat yg ibu berikan tentang buku ini. Saya yg baru baca buku nya tetsuko-san yg judulnya totto-chan gadis kecil di jendela tertarik untuk baca kelanjutannya. Hmm sayangnya kayaknya skrg udh jarang ya buku kelanjutannya. Tapi saya sedikit banyak bisa tau karena ulasan yg ibu tulis disini , meskipun saya telat bacanya (telat 5 tahun semenjak rilis tahun 2010) tapi saya tetep mau nyari bukunya ataupun ebook nya, thanks bu sudah memberikan review nya.
BalasHapusWah bu.Peni, luar biasa sekali nih baik kutipan buku maupun pendapat yg ibu berikan tentang buku ini. Saya yg baru baca buku nya tetsuko-san yg judulnya totto-chan gadis kecil di jendela tertarik untuk baca kelanjutannya. Hmm sayangnya kayaknya skrg udh jarang ya buku kelanjutannya. Tapi saya sedikit banyak bisa tau karena ulasan yg ibu tulis disini , meskipun saya telat bacanya (telat 5 tahun semenjak rilis tahun 2010) tapi saya tetep mau nyari bukunya ataupun ebook nya, thanks bu sudah memberikan review nya.
BalasHapus