10 Apr 2013

[2013 - RC Books in English] April's Link Post dan [Review] Norwegian Wood

Halo semuanya.... Di sini, gaya saya nulis agak beda dari sebelumnya. Bukan bosen ama format biasanya, sih, cuma emang lagi mesti pake format kayak gini. Semoga nggak bikin pusing, ya... Postingan ini akan saya bagi tiga.

Bagian pertama: Happy Birthday, Papa....

Hari ini adalah hari ulang tahun papa kakak Ilman dan adik Zidan. Hehehe... Nggak ada acara spesial, sih. Lagian hari kerja juga. Nggak ngaruh ulang tahun atau nggak. Mungkin pulang nanti beli pizza aja. Atau apa, ya? Yang penting, jadi penanda aja, bahwa kami nggak lupa dengan ulang tahunnya.... XD
Yang jelas, nggak ada doa khusus hari ini, sebab setiap hari doanya selalu khusus #lho
Trus ada giveaway, nggak, sehubungan dengan ultah papanya anak-anak? Ada, sih. Cuma nanti sekalian digabung aja sama event BBI. Cuma selisih tiga hari, kok. Pantengin aja terus twitter saya. Pasti dipublish di sana. Rencananya, sih... :P

Bagian kedua: Review saya mengenai buku Norwegian Wood (Tokyo Blues)


Judul: Norwegian Wood (Tokyo Blues)
Judul asli: Noruwei no mori
Penulis: Haruki Murakami
Penerjemah: Jay Rubin
Diterbitkan oleh: The Harvil Press 
Jumlah halaman: 353 halaman
e-book
Romance, Japanese Literature, Literary Fiction, Contemporary Fiction
Status: Punya


Sinopsis dari Goodreads   
<
Toru, a quiet and preternaturally serious young college student in Tokyo, is devoted to Naoko, a beautiful and introspective young woman, but their mutual passion is marked by the tragic death of their best friend years before. Toru begins to adapt to campus life and the loneliness and isolation he faces there, but Naoko finds the pressures and responsibilities of life unbearable. As she retreats further into her own world, Toru finds himself reaching out to others and drawn to a fiercely independent and sexually liberated young woman.

A poignant story of one college student’s romantic coming-of-age, Norwegian Wood takes us to that distant place of a young man’s first, hopeless, and heroic love.
>

Pernah baca komentar siapa, ya, di akun GR-nya, dia kipas-kipas kepanasan pas baca buku ini. Hihi... Dan sebetulnya, saya pengen mulai baca ini tanggal 27 Maret, yang mana dimaksudkan untuk ikut program posting barengnya BBI di bulan Maret. Cuma, yah, apa daya. Standar banget saya, nggak bisa memenuhi target karena emang sibuk *alesyan banget*. Iya, entah kenapa, kecepatan baca saya menurun banget. Faktor U-kah? Atau mungkin juga karena saya lagi banyak kerjaan juga assignment. Trus kondisi kesehatan yang belakangan agak menurun plus energi yang banyak dikeluarkan karena anak-anak makin aktif dan butuh didampingi? Jangan lupakan juga godaan menyelesaikan game atau chatting. *yang terakhir boleh diketawain, kok, asal jangan digampar aja* X)) Akhirnya saya baru bisa membacanya di bulan April, awal. Beuh!

Pertama kali baca, saya jatuh cinta dengan Haruki Murakami. Terus terang, meski udah lama dibicarakan teman-teman BBI, saya baru baca sekarang dan langsung suka. Mungkinkah karena gaya terjemahannya enak? Atau seandainya saya berbahasa Jepang pun, saya akan langsung menyukainya? Entah. Yang jelas, penuturannya enak dibaca. Kalo masalah butuh waktu lama untuk menyelesaikannya, sih, jangan salahkan bukunya. Itu faktor saya, kok. Scroll lagi ke atas, deh. Udah dibahas tadi X))

Khusus untuk Norwegian Wood atau Tokyo Blues ini, suasananya ternyata emang se-blue judulnya. Toru Watanabe berurusan dengan banyak perempuan dan berteman dengan beberapa pria juga, yang hampir semuanya bermasalah. Duh, kalo nggak pasang shield setebal setengah meter, kayaknya bakalan kebawa blue juga, deh. Tapi saya berhasil ikut suasana hati Watanabe yang mana dia punya shield super tebal. Jadi nggak kebawa desperate seperti orang-orang yang terlibat dalam hidupnya.

Norwegian Wood mengambil sudut pandang orang pertama, dengan Toru Watanabe menjadi si "aku" di buku ini. Watanabe adalah mahasiswa jurusan drama yang tinggal di sebuah dormitori, berbagi kamar dengan seseorang yang dijuluki sebagai Storm Trooper - saking OCD-nya. Nah, kisah Storm Trooper ini sering menjadi bahan cerita Watanabe ketika dia ketemu dengan cewek. Semisal Naoko, Rieko, kemudian nanti ada yang namanya Midori. Dan cerita mengenai Storm Trooper ini selalu sukses membuat ketiga perempuan ini tertawa. Selain cerita tentang Storm Trooper, Watanabe merasa nggak punya sesuatu yang menarik buat diceritakan terhadap ketiga perempuan ini.

Jadi, Watanabe ini gedebuk in lap sama mantan pacar sahabatnya (Kizuki) bernama Naoko. Kizuki dan Naoko bukan putus karena udah nggak saling sayang lagi. Mereka terpaksa berpisah, karena Kizuki memutuskan untuk bunuh diri, di usianya yang ke-17. Nah. Jelas, kan? Udah mulai blue? Belum... Masih panjang...

Sebagai sesama yang kehilangan Kizuki, Watanabe sering menghabiskan waktu dengan Naoko, meski nggak banyak bicara. Lalu mereka berdua saling jatuh cinta. Cuma tiba-tiba Naoko menghilang dan lalu ada kabar kalo Naoko dirawat di sebuah sanatorium, jauh dari Tokyo. Dan ketika akhirnya Watanabe berhasil mengunjunginya, dia juga berkenalan dengan Rieko. Seseorang yang menjadi sahabat dan orang kepercayaan Naoko selama ada di sanatorium ini.

Ketika Naoko berada di sanatorium, Watanabe berkenalan dengan seorang perempuan bernama Midori, yang ternyata mereka sekelas di kelas drama. Seorang perempuan unik, cenderung aneh. Tapi, Watanabe menyukai cara berpikirnya yang ajaib. Midori ini termasuk perempuan misterius, karena di balik keunikan dan keceriaannya, dia menyimpan banyak cerita sedih.

So far, nanti saya ceritakan di bagian spoiler, membaca buku ini benar-benar membuat napas beberapa kali seperti sesak. Mungkin, memang seperti itu ya, perilaku orang Jepang di masa lalu, terutama anak mudanya yang mudah sekali untuk depresi dan menyelesaikannya dengan cara mereka masing-masing, tanpa memikirkan hal lain. *sigh* Dan hati masih bertanya-tanya, apakah mereka masih seperti itu di jaman sekarang? Soalnya, ini settingnya tahun 1960-an.

Oya, meski settingnya tahun 1960-an, saya nggak sulit membayangkannya. Kok, kayaknya nggak jauh dengan tahun-tahun sekarang gitu :D Plus, di sini banyak diceritakan lagu-lagu klasik kesukaan saya, semisal karya Beethoven, Schumbert, Chopin. Juga diceritain tentang beberapa lagu The Beatles, di antaranya Norwegian Wood, yang sering dimainkan oleh Rieko.



Ini tentang tokoh-tokoh di dalam ceritanya. Mendingan ga usah dibuka, sih, kalo belum pernah baca. Sedikit mengandung spoiler :P   
<
Toru Watanabe. Kayaknya, sih, kalo dari penuturan Midori *yang kemudian jadi pacarnya*, dia nggak cakep-cakep amat. Biasa aja. Tapi mungkin, inner-nya asik. Jadi, yah, gampang ditempel perempuan. Walau pun, dia bukan playboy juga. Kenapa? Soalnya, dia bukan tipe perayu gombaler gitu, sih. Cuma, yah, di sini diceritainnya kan, dia sering banget bolak balik bobo ama cewek gitu... Dan bahkan pernah mencampakkan cewek yang pernah dipacarinya sewaktu dia masih SMA.

Cuma kebayangnya sih, dia kayaknya karismatis. Tsaaaah! Ada kelakuan yang bikin saya sempat "suka" sama Watanabe. Yaitu, di adegan sewaktu dia nemenin ayah Midori di rumah sakit. Ayah Midori yang nggak mau makan apa pun, malah mau makan timun, karena kayaknya cara Watanabe makan tuh enak banget. Timun, setelah dibersihin, dibungkus pake nori terus dicocol ke semacam saus gitu. Nah, nggak cuma ayah Midori yang jadi kepingin, malah... Saya pun pengen juga... X))

Naoko. Watanabe kenal Naoko, karena Naoko ini pacaran dengan Kizuki, sahabatnya. Setelah kematian Kizuki, Naoko banyak menghabiskan waktu dengan Watanabe, sampai akhirnya mereka sempet "bobo-bobo senang" sekali. Setelah kejadian itu, Naoko menghilang. Nggak pernah muncul lagi. Dan ini membuat Watanabe ketakutan. Dia berusaha mencari Naoko, menghubunginya ke rumah orangtuanya. Dan akhirnya, ada kabar bahwa Naoko ada di sanatorium.

Sewaktu Watanabe berhasil mengunjunginya di sanatorium, Naoko akhirnya bercerita bahwa dia mengalami depresi berat. Dan ternyata, hidup Naoko ini dibayangi ama dua kejadian bunuh diri. Ish... Selain Kizuki yang ditemukan sudah dalam keadaan tak bernyawa, sewaktu dia masih kecil, dia pun menemukan kakak perempuan kesayangannya dalam keadaan tergantung. -____-"

Rasanya desperating banget, ya, jadi Naoko... Makanya, dia jadi depresi dan butuh treatment. Meski keadaannya begitu, nggak mengurangi rasa cinta Watanabe terhadap Naoko. Dan dia pun berjanji akan menunggu Naoko. Bahkan ngajak Naoko pindah ke rumah kontrakannya. Meski akhirnya nggak pernah kesampaian.

Rieko. Dia ini nggak kelihatan kayak orang sakit, padahal dia tuh pasien di sanatorium itu. Kata Rieko juga, pasien ama dokter di sana mirip. Saling bantu, saling peduli. Jadi, nyaris nggak kelihatan bedanya. Masalah Rieko yang membuatnya jadi pasien di situ di antaranya adalah dia pemain piano sewaktu kecil dan akan masuk kompetisi, ketika tiba-tiba salah satu jarinya tidak berfungsi dengan benar. Akhirnya dia melupakan impian jadi pianis profesional. Dia mulai depresi waktu itu. Sampai besar dan kemudian menikah.

Ketika dia udah nyaris sembuh dari depresi dan mulai berkarir menjadi guru piano, dia malah diabuse sama seorang murid perempuannya yang masih ABG, tapi justru berita yang beredar di lingkungannya Rieko-lah yang lesbian dan meng-abuse muridnya. Meski suaminya percaya bahwa kabar itu salah, tapi dia udah keburu stres. Mana permintaannya buat segera pindah nggak dikabulkan suaminya, karena karir suaminya lagi bagus. Dia pun cerai dan akhirnya jadi pasien di sanatorium itu, selama 8 tahun.

Midori. Cewek ini unik banget. Ceria, banyak menyembunyikan kedukaannya. Dia sempat berbohong pada Watanabe, bahwa ayahnya sedang berada di Uruguay. Padahal, ayahnya sedang mengalami sakit yang sama dengan almarhum ibunya. Keunikannya ini bikin dia justru dekat dengan Watanabe. Meski tadinya Watanabe nggak suka-suka amat, karena hatinya udah buat Naoko, kan. Cuma, Watanabe bisa banget memosisikan dirinya sebagai sahabat Midori.
>

Over all, saya suka ceritanya. Suka settingnya. Suka elemen penceritaannya. Suka suasananya yang Jepang banget. Ya eyalaaah... settingnya di Jepang, penulisnya juga orang Jepang... =)) Meski ada banyak info mengenai Jepang di dalamnya, saya sih nggak merasa digurui. Dibawa mengalir aja gitu... Meski bernuansa gloomy, tetep suka.

Bagaimana dengan "kipas"? Lebih kipas dari FSOG, sih, kata saya mah... Hahahaha... Mungkin karena nggak dituturkan in a porn way, jadi yah, kerasanya biasa aja. Cuma, yeah, lumayan bikin gerah, kok. Kalo kata si aki, nanti ada buku kulkas, bukan buku kipas lagi. Tenang aja, menurut saya, Norwegian Wood masih masuk kategori buku kipas atau AC. Belum ke kulkas, kok... X))

Jadi, untuk pengalaman saya pertama kalinya baca karya Haruki Murakami, saya terkesan dan suka. Bintang 4 layak, lah... ^_^

Postingan ini juga didedikasikan untuk



Lalu sekarang, bagian ketiga yang juga bagian terakhir: 
[2013 - RC Books in English] April's Link Post

Ya, silakan memasukkan link teman-teman. Mohon maaf, saya belum sempat blogwalking. Tapi, setelah urusan saya selesai, saya akan segera meninggalkan komentar. Kemungkinan besar, sih, saya mau bikin giveaway sehubungan dengan challenge ini. Nanti saya rencanakan dulu konsepnya gimana. Soalnya, bulan ini mau ikut bloghop giveawaynya BBI. Nantikan kabar berikutnya, ya...

4 komentar:

  1. sebenernya tulisan mrungkel-mrungkel gini entah kenapa bikin mata saya ikut memutar, tapi bisa dibaca sih ^^

    Mooo, dua tahun lalu saya disuruh baca ini sama senior saya, atau disuruh nonton filmnya ya karena yang main si Kenichi Matsuyama si ganteng L di Death Note :D tapi aku belum mau baca karena dari nada suaranya ceritanya bikin "kipas-kipas." Sebenarnya itu alasan sih, toh novel Jepang yang saya baca banyak yang bikin saya merinding :v

    BalasHapus
  2. Mba Peni, I love your new template XD
    Happy birthday juga buat Papanya di rumah yaa :D

    BalasHapus
  3. gomennasai, Mide san...
    tulisannya mlungker, ya... hihihi....
    ntar kuganti, deh... cuma entah kenapa, aku suka tulisan mlungker... -_____-"

    iya! desperado banget bacanya! gloomy! merindingable... tapi entah kenapa, kok, syukaaaaa ya...

    BalasHapus
  4. ma kasih, Oky... ^_^
    pengen belajar bikin script layout sendiri. udah gatel pengen bikin background sendiri. cuma mesti belajar kan...
    Oky berkenan mengajariku? :D

    BalasHapus

tirimikisih udah ninggalin komen di sini... *\(^0^)/*