26 Jan 2023

[2023 ~ Book 2] Colorful by Mori Eto

 


Judul: Colorful 
Penulis: Mori Eto
Penerjemah: Ribeka Ota
Editor: Dian Pranasari
Pemeriksa Aksara: Mpur Chan 
Penata Isi: Nurhasanah Ridwan
Ilustrasi sampul: Yopi Gozal dari Orkha
Cetakan pertama, Februari 2022
Diterbitkan oleh Penerbit BACA
Jumlah halaman: 264 + xiv hlm; 20 cm
ISBN: 978-602-6486-68-4
Genre: Fiction, Novel, Fantasy, Young Adult, Magical Realism, Asian Literature, Japanese Literature, Magic, Drama, Asia, Young Adult Fantasy, Life, Mental Health
Status: Beli tapi gratis. Karena belinya pake poin di TokPed sampai ongkirnya juga gratis... kekeke... 

Aku adalah jiwa yang baru saja meninggalkan tubuhku. Di hadapanku tahu-tahu muncul malaikat bernama Purapura. Dia bilang aku berdosa besar sehingga sebenarnya tidak dapat lahir kembali. Namun, karena aku memenangkan undian, aku diberikan kesempatan kedua.
Pada kesempatan kedua ini, aku bersemayam di tubuh seorang bocah 14 tahun bernama Makoto Kobayashi yang mencoba bunuh diri. Aku kecewa dan kesal karena Makoto ternyata anak pengecut yang tak punya teman, keluarganya yang tampak baik-baik saja juga penuh kepalsuan. Namun, aku tidak peduli karena ini bukan kehidupanku yang sebenarnya. Aku berperilaku seenaknya tanpa peduli respons orang-orang di sekitarku.

Lama-kelamaan aku mulai menyimak isi hati Makoto yang sesungguhnya. Aku jadi menyadari kesalahpahaman Makoto terhadap orang-orang di sekelilingnya. Sebenarnya hidup Makoto tidak monoton, melainkan penuh warna. Aku ingin memanggil kembali jiwa Makoto ke tubuh yang sedang kupinjam ini demi mengembalikan Makoto kepada keluarga dan teman-temannya. Untuk itu, aku harus mengingat kesalahan yang telah kuperbuat pada kehidupanku yang lalu. Tinggal 24 jam sebelum batas waktunya. Apakah aku bisa berhasil?

Sejak diterbitkan lebih dari dua puluh tahun yang lalu, Colorful menjadi bagian dari kanon sastra, tidak hanya di Jepang, tetapi di seluruh dunia. Setelah dialihwahanakan menjadi anime pemenang penghargaan, kini, karya klasik yang dicintai dan laris ini hadir untuk pertama kalinya dalam bahasa Indonesia.

Halo, Kakak Ilman dan Zi...

Sewaktu buku ini dibahas beberapa temen di grup chat BBI Joglosemar, jadi penasaran juga. Bahasnya bukan isinya sih. Tapi lebih ke "lagi diskon". Hahaha...

Aku duga buku ini bagus, karena jadi topik pembahasan di grup Joglosemar, walau bahasnya soal diskon. Hihi... Lalu aku mulai deh, nyari-nyari reviewnya di Goodreads. Sampai aku ketemu ini:

Beberapa hari lalu, aku nemu video ini di sebuah jejaring sosial:


Aku berpikir, ketika kita putus asa yang bener-bener putus asa tuh, rasanya memang pengen banget mengakhiri hidup kita. Sewaktu aku beranjak remaja sampai menjelang menikah, beberapa kali aku terpikir bunuh diri walau ga melakukannya. Aku ga seekstrem salah satu sahabatku yang sempet memotong nadinya saking udah putus asanya dia. 

Dulu, yang kulakukan adalah menyiksa diri dengan nggak makan atau benturin kepala. Berharap mati seketika aja. Apa yang bisa bikin aku seputus asa itu? Ketika berkonflik dengan orang tua dan merasa jadi anak yang nggak berguna di mata orang tua. 

Setelah baca Colorful, aku jadi ingat obrolan dengan salah satu adikku tahun lalu. Ternyata dia pernah sengaja makan singkong beracun biar cepat mati. Dia juga mengalami masalah depresi yang serupa denganku, kurang lebih dia merasa nggak berguna karena sakit-sakitan melulu. 

Kalo ditarik kesimpulannya, berdasarkan penuturan seseorang di atas, terus curhat deaf comedian di atas, latar belakang cerita Colorful, juga pengalamanku dan adikku: masa remaja itu masa rawan untuk mengakhiri hidup karena merasa putus asa. Atau lebih jelasnya lagi: masa remaja itu rentan dengan mudah merasa putus asa.  

Tentu saja hal ini membuatku harus betul-betul menjaga kalian berdua. Terutama menjaga perasaan kalian berdua. Itu sebabnya, kenapa setiap hari aku selalu bertanya pada kalian tentang apa saja, terutama tentang cerita-cerita kalian ketika di luar rumah. Minimal, kami harus membuat kalian merasa bahwa aku dan papa adalah orang-orang pertama yang menyayangi kalian dan tentu saja menjaga kalian. Walau kalian ada penjaga utama, yaitu Allah. Itu sebabnya, kami selalu berharap kalian ga menyimpan rahasia kalian, apalagi kalo kalian dirundung orang lain. Perundungan kerap membuat seseorang rapuh. 


Kisah Makoto Kobayashi yang mengalami masa-masa depresi karena apa yang dilihatnya (hanya melihat, tidak melakukan penelitian lebih dahulu) tergesa-gesa mengakhiri hidupnya ini dituturkan dengan sangat hati-hati oleh Mori Eto sensei. Makoto diberi "kesempatan kedua" oleh Purapura melalui jiwa yang baru saja mengakhiri hidupnya juga tapi belum sampai ke langit. Jiwa ini kemudian menuntun Makoto untuk melihat lebih dekat apa yang dulu dilihatnya dan membuatnya depresi. 


Intinya, dalam rangka berkumpul lagi bersama Allah di surga nanti, kita semua dikasih kehidupan yang macam-macam, berikut ceritanya. Tapi nggak pernah ada masalah yang nggak ada jalan keluarnya. Karena itulah fungsinya berdoa dan jadi makhluk berTuhan. Selain harus berdoa, kita juga harus ikhtiar cari jalan keluar. 

Seandainya kita punya orang tua toxic, harus cari pertolongan melalui lembaga resmi. KPAI, misalnya. Karena emang ga mungkin berlindung pada orang tua toxic. Lho, shalat aja ga cukup? Ya nggak cukup. Kalo udah kena mental, ikhtiar selain shalat dan berdoa adalah mencari pertolongan. 

Masalah depresi emang masalah sensitif dan sulit mendapatkan penanganan. Seringnya, banyak orang yang meremehkan masalah ini dan selalu menganggap bahwa depresi adalah sesuatu yang berlebihan alias lebay. Nggak jarang dituduh sebagai "kurang beribadah", "kurang yakin sama Tuhan". Dan lain-lain. Mungkin memang betul. Orang depresi kesannya orang yang nggak ber-Tuhan. Masalahnya adalah... mereka nggak bisa merasakan keberadaan Tuhan. Gimana caranya ngerasain, diajarin juga nggak.


Dan di cerita Colorful ini, memang ga dibahas tentang Tuhan maupun keyakinan pada Tuhan. Hanya saja, konsep kesempatan kedua ini agak sensitif menurutku, sebab hal ini nggak akan terjadi di dunia nyata. Di kehidupan nyata, kesempatan kedua itu nggak pernah ada kalo udah bener-bener mati. Di dalam Islam, Allah tidak pernah memaafkan orang yang mengakhiri hidupnya sendiri. Bisa panjang sih, kalo aku cerita di sini. 

Aku sangat merekomendasikan buku ini untuk mengajak kita berpikir bahwa belum tentu dugaan kita berdasarkan penglihatan kita itu adalah yang benar-benar terjadi. Buku ini mengajak kita untuk nggak berprasangka buruk apalagi sampai terpikir untuk mengakhiri hidup karena prasangka itu. 


Ah! Dan jadi kepikiran satu hal. Sepertinya masalah pembinaan kesehatan mental udah harus masuk kurikulum sekolah, deh. Karena menurutku ini urgent. Bukan sekadar ada tempat bernama BP sambil isinya cuma tentang anak "nakal" yang ditegur BP. Waktu aku SMP, aku sering bolak balik masuk BP untuk curhat. Hohoho. Semoga pak Mamat selalu sehat... Aku bersyukur dapet guru BP sebaik pak Mamat. Tempat aku curhat ga penting. 



Lah.... Cerita bukunya lebih sedikit dibanding curhatnya ternyata. Kalo gitu, udah dulu, ya. See you on the next review...

Buku ini dibaca untuk memenuhi tantangan baca
- Goodreads Challenge 
- BBI Joglosemar Babat Timbunan 2023
- Abroad & Beyond Reading Challenge 
- BBBBC Reading Challenge 2023

Love you both, xoxo   
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tirimikisih udah ninggalin komen di sini... *\(^0^)/*