Tampilkan postingan dengan label drama. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label drama. Tampilkan semua postingan

12 Jul 2023

[2023: Book 16] George's Marvellous Medicine - Roald Dahl

 

Judul: George's Marvellous Medicine 
Penulis: Roald Dahl
Ilustrasi sampul: Quentin Blake
Diterbitkan oleh Puffin Books, 2016 
Jumlah halaman: 96 halaman
Format: e-book
ISBN: 9780141369297 (ISBN10: 0141369299)
Genre: Children, Fiction, Novel, Fantasy, Young Adult, Magical Realism, Magic, Drama, Young Adult Fantasy, Humor, Middle Grade
Status: Punya


George Kranky's Grandma is a miserable grouch. George really hates that horrid old witchy woman.
One Saturday morning, George is in charge of giving Grandma her medicine.
So-ho! Ah-ha! Ho-hum! George knows exactly what to do.
A magic medicine* it will be. One that will either cure her completely . . . or blow off the top of her head.

*WARNING: Do not try to make George's Marvellous Medicine yourselves at home. It could be dangerous.



Hai, Ilman dan Zaidan!

Kalo kalian baca George's Marvellous Medicine ini, kalian mungkin akan bilang, "sungguh tidak habis fikri! Sangat di luar nurul!" saking menggemaskannya cerita ini. Gimana nggak? George yang kesel sama neneknya yang bawel, keidean buat bikin ramuan obat yang berdampak...
....
....
well...
.....
luar biasa mengerikan ðŸ™„

Nenek George adalah seorang perempuan tua yang penyakitan dan menyebalkan. Kerjanya menggerutu. Mending kalo hanya menggerutu. Di setiap gerutuannya, selalu terselip, eh, bukan, seluruh kata-katanya memaki George. Semua orang sekali dimaki aja akan sakit hati. Gimana lagi yang sehari-hari makanannya dimaki neneknya sendiri? Lama-lama ngeselin kan?

Tiba waktunya, ketika mama George harus pergi berbelanja dan George dititipi menjaga neneknya (terutama menyuapinya obat yang harus diminum di jam tertentu dan nggak boleh terlambat) lalu George harus mendengar seluruh kalimat cacian dari neneknya plus dia sudah sampai di puncak tertinggi batas kesabaran... dia terpikir untuk menambahkan sesuatu pada obat itu hanya untuk menghentikan racauan neneknya. 

Beberapa jam sebelum jam minum obat neneknya tiba, seperti sedang kesambet sesuatu, segala yang ada di rumah itu masuk ke panci untuk dibuat ramuannya, bareng dengan obat yang harus diminum neneknya. Makin lama George makin asik menambahkan segala sesuatu yang ada di rumah itu. Mulai dari saus-saus yang ada di dapur, sampai perlengkapan bersih-bersih di kamar mandi bahkan segala cairan yang ada di bengkel dimasukkannya ke dalam ramuannya. 

Di menit-menit menjelang jam minum obat, karena George nggak kelihatan berkeliaran di rumah, neneknya mulai mengomel. Akhirnya ketika ramuan itu jadi, tepat di jam jadwal neneknya minum obat, George menyuapkan obat tersebut dan.... plop! Nenek tiba-tiba bertumbuh dan berkembang sampai atap rumah jebol. 

Melihat reaksi berlebihan yang sungguh di luar nurul, George menjadi panik. Karena dia berharap neneknya hanya jadi "diam selamanya" setelah minum ramuannya, bukannya malah bertumbuh dan berkembang menjadi raksasa yang bahkan menghancurkan rumah mereka. Di tengah kepanikan seperti itu, ayah George pulang (dari.. lupa, ladang kayaknya) dan melihat fenomena ini. George mengira ayahnya akan mengamuk, tak disangka, ayah George malah bahagia. Yang terpikir oleh ayah George hanyalah "wang... wang... wang...". Yes! Dia bermaksud memberikan ramuan hasil karya cipta George ke hewan ternaknya untuk mendapatkan hasil yang berlipat ganda. 


Kalo kalian sudah terbiasa membaca karya Roald Dahl, kalian pasti akan menebak ke mana arah cerita ini bahkan endingnya. Saking khas-nya karya imajinatif beliau. Jadi aku nggak harus spill sampai selesai, karena mendingan kalian baca sendiri. 

Baca George's Marvellous Medicine ini seperti halnya baca karya-karya Roald Dahl yang lain: selalu ada geregetan moment, juga ada geuleuh moment. Hahaha. Sampe kadang-kadang mikir, beliau dulu kecilnya nakal banget apa alim banget ya, sampe punya imajinasi luarrrrrr binasa. Meski begitu, tetep enjoyable baca ceritanya. Baca sendiri lebih sensasional ketimbang sekadar baca review.    

Selamat membaca George's Marvellous Medicine-nya Roald Dahl dan selamat geregetan bacanya... 


Aku baca ini buat memenuhi tantangan:
- 2023 Goodreads Reading Challenge
- Babat Timbunan 2023 Joglosemar
- Abroad & Beyond Reading Challenge 
- Tantangan Membaca BBBBC
- Books in English Reading Challenge 


Stay healthy, love you both, always! xoxo








  

Terusin baca - [2023: Book 16] George's Marvellous Medicine - Roald Dahl

15 Jun 2023

[2023: Book 13] Dallergut ~ Toko Penjual Mimpi - Lee Miye

 

Judul: Dallergut ~ Toko Penjual Mimpi
Penulis: Lee Miye
Penerjemah: Jia Effendie
Penyelia naskah: Dian Pranasari
Pemeriksa aksara: Titis Adinda
Penata isi: @designgedang
Perancang sampul: @designgedang
Cetakan 1, Desember 2021
Diterbitkan oleh Penerbit Baca
Jumlah halaman: 300 hlm; 20 cm
ISBN: 978-602-64-8667-7
Genre: Fiction, Novel, Fantasy, Young Adult, Magical Realism, Asian Literature, Korean Literature, Magic, Drama, Asia, Young Adult Fantasy
Dibaca: 17 Maret 2023 - 24 Maret 2023
Status: Hadiah Secret Santa Joglosemar 2021 (dari missfioree)

Ada sebuah desa yang hanya bisa kamu kunjungi dalam tidurmu. Tempat paling populer di desa adalah Dallergut: Toko Penjual Mimpi yang mengumpulkan dan menjual segala macam mimpi. Toko ini selalu ramai oleh pelanggan manusia dan hewan yang ingin tidur panjang atau tidur siang. Setiap lantainya dilengkapi dengan mimpi-mimpi dari berbagai macam genre istimewa, termasuk mimpi tentang masa kecil, perjalanan menyenangkan, melahap makanan lezat, hingga mimpi buruk dan mimpi misterius.

Di toko ini ada Dallergut, si pemilik toko; Penny, karyawan baru yang ceroboh dan penuh rasa ingin tahu; Aganep Coco, produser mimpi legendaris; dan Vigo Myers, manajer lantai dua.

Penny ditugaskan untuk bekerja di lantai satu dengan karyawan veteran, Bibi Weather. Namun, pada hari pertama dia bekerja, mimpi yang paling mahal dicuri...

Kisah menawan ini akan meninggalkan gaung yang lama. Tidak hanya menyenangkan bagi pembaca remaja, tetapi juga memberikan kehangatan dan penghiburan bagi pembaca dewasa yang lelah dengan kenyataan hidup.

Hai, Kakak Ilman dan Kakak Zi...

Aku pernah masukin buku ini ke wishlist gara-gara sempet dibahas diskon-nya di grup wasap Joglosemar. Kalo sampai masuk topik diskon, itu artinya "buku-ini-termasuk-worth-buat-dibaca-yang-kalo-kebetulan-belum-punya-cepetan-beli-mumpung-diskon". ðŸ˜¬

Jadi, pas diadain acara Secret Santa JogloSemar tahun 2021, aku masukin buku ini sebagai salah satu wishlist aku biar dikabulkan sama Secret Santa. Dan alhamdulillaah... santanya baik banget, mengabulkan wishlist aku yang satu ini yang kemudian baru dibaca setahun kemudian T____T


Oke, jadi Dallergut itu nama orang sekaligus pemilik toko Dallergut - Toko Penjual Mimpi. Sistem jualannya gimana? Orang dateng ke toko, milih mimpi (kalo aku bayanginnya kayak milih DVD) yang dia mau, terus bawa pulang. Lho, nggak bayar? Nanti bayarnya, transfer ke "rekening" toko, pake perasaan. Nggak kebayang? Sama. Apalagi ada timbangan kelopak mata. Aku sama sekali masih belum paham cara kerjanya si timbangan kelopak mata itu.

Perasaan yang dibayarkan itu di antaranya perasaan bahagia, senang, sedih, dan sebagainya. Nah, di toko ini ada gudang penyimpanan botol-botol berisi perasaan yang dibayarkan. Kalo botolnya udah penuh, disetorin ke bank. Nanti bisa dikonversi dengan uang. Ada perasaan tertentu yang harga konversinya mahal banget.

Tersebutlah seorang karyawan baru bernama Penny, yang kebetulan dapat tugas untuk menggantikan Bibi Weather, karyawan veteran yang lagi nggak bisa pergi ke bank untuk bawa botol perasaan. Ketika sedang mengantri, perhatian Penny teralihkan dan botol yang dibawanya untuk disetorkannya hilang. Kemudian Penny tahu bahwa kedua botol perasaan itu adalah perasaan termahal. Penny merasa sangat bersalah, namun Dallergut menenangkannya bahwa kejadian seperti ini memang sudah pasti bisa terjadi. Hanya saja kebetulan yang ketimpa sialnya adalah Penny, karyawan yang baru aja masuk kerja hari itu.

Terus, mimpi yang dibeli itu gimana cara kerjanya? Nah, di buku ini nggak diceritakan apakah mimpi yang sudah dibeli itu harus diminum atau ditonton atau gimana. Nggak diceritakan wujudnya. Jadi sebagai pembaca aku merasa kehilangan detail cara kerja paket mimpi yang dibeli. 

Penulis lebih banyak menceritakan tentang mimpi-mimpi yang dialami orang-orang yang membeli mimpi. Misalnya mimpi tentang mantan pacar, mimpi tentang harapan-harapan, dan sebagainya. Termasuk mimpi untuk hewan. Ada anjing yang kesepian karena pemiliknya sibuk semua, terus anjing itu mimpi diajak jalan-jalan pemiliknya. Anjing? Mimpi? Iya. di lantai sekian, ada section mimpi untuk hewan-hewan yang bisa milih mimpi yang dipengeninnya.   


Sebenernya baca buku ini seru. Milih mimpi sama dengan milih film yang pengen kita tonton di rumah sambil pake piyama dan kemulan. Tapi ga sedikit ada yang dari mimpinya malah stres, misalnya inget masa ujian saat sekolah, padahal udah kerja. Atau jadi mimpi buruk terus karena selalu mimpi flashback ke masa-masa lagi wamil. Akibatnya pelanggan-pelanggan ini jadi protes dan minta refund, karena setelah bermimpi, mereka jadi gelisah.

Mungkin karena aku bayangin suasana tokonya menyenangkan, piyama dan sandal tidur juga tempat tidur berikut selimut yang fluffy, baca buku ini tuh heart warming. Sayangnya, banyak detail yang ga ada, jadi kalo pembaca kepo kayak aku bakalan bertanya-tanya. Contohnya penjelasan cara pembayaran pelanggan yang puas dengan mimpi mereka, cara pake paket mimpinya, juga cara kerja timbangan kelopak mata. Entah kenapa aku ga bisa memahaminya. Kalo bisa lebih detail, mungkin aku kasih 5 bintang. Mungkin rate yang kukasih ketinggian, karena temanku Daniel, ngasih cuma 2 bintang dengan komen "Capitalism has been so deep-rooted that even dreams are now commodified." ðŸ˜‚


Kabarnya ada buku kedua Dallergut Toko Penjual Mimpi. Mari kita lihat apakah lebih menyenangkan dibacanya atau nggak. Mari kita berekspektasi! 


Aku baca buku ini untuk memenuhi tantangan:
- Goodreads Reading Challenge 2023
- JogloSemar Babat Timbunan 2023
- Abroad and Beyond Reading Challenge
- Tantangan Membaca BBBBC 2023



Stay healthy both of you! xoxo!


 




   




 
Terusin baca - [2023: Book 13] Dallergut ~ Toko Penjual Mimpi - Lee Miye

5 Jun 2023

[2023: Book 9] A Place Called Perfect - Helena Duggan

 


Judul: A Place Called Perfect 
Penulis: Helena Duggan 
Penerjemah: Nadya Andwiani 
Penyunting: Aprillia WIrahma 
Desainer: Alif Mustofa 
Cetakan pertama, 2020
Diterbitkan oleh Penerbit Bhuana Sastra
Jumlah halaman: 352 hlm; 20 cm
ISBN: 978- 623-04-0200-5
Dibaca: 22 Januari 2023 - 12 Februari 2023
Genre: Fiction, Novel, Fantasy, Young Adult, Drama, Family, Adventure, Young Adult Fantasy
Status: Pinjam punya Budhe Truly Rudiono 


Violet baru saja pindah ke kota baru yang bernama Perfect. Sama seperti namanya, kota ini terlihat sempurna, kecuali satu hal, semua penduduknya menjadi buta tidak lama setelah tiba di kota ini dan membutuhkan kacamata khusus untuk dapat melihat lagi. Saat ia menggunakan kacamata atau melepaskan kacamata keadaan sangat berbeda. Ia mencoba beberapa kali dan bergidik. Ia tidak menyukai kota yang membuatnya buta, adanya jam malam, suara aneh yang terdengar setiap malam, ibunya mulai bertingkah aneh sejak pindah ke kota ini, dan yang jelas ia tidak menyukai Archer bersaudara.  

Ketika ia bertemu Boy, ia menyadari bahwa ayahnya bukan satu-satunya orang yang menghilang dan rahasia Archer bersaudara mulai terungkap.

Halo, Kakak Ilman dan Kakak Zi...

Pernah, nggak, kalian bayangin kalo di dunia tempat kalian tinggal segala sesuatunya itu sempurna dan tampak indah? Nggak ada debu, kursi rusak, warna cat rumah selalu keliatan baru... Tapi semua itu hanya terlihat kalo kalian pakai kacamata khusus. Ketika kacamata itu kalian lepaskan, kalian buta. Tidak bisa melihat secara jelas. 

Mungkin awalnya menyenangkan ya, melihat segala yang indah, sempurna, tanpa satu kekurangan pun. Tapi sebagai manusia akan merasakan bahwa kehidupan seperti itu nggak baik-baik saja. Kekurangan dan ketidak sempurnaan itu bagian dari hidup semua orang. Jadi manusia yang berakal pasti akan merasakan bahwa segala yang selalu tampak sempurna itu adalah hal yang tidak lumrah.  


Di malam kedatangannya di kota Perfect, Violet disambut oleh dua bersaudara Archer, yang merupakan pemilik pabrik teh di kota itu. Violet merasakan keanehan pada dua sosok bersaudara itu, selain secara fisik tubuh mereka tidak biasa, sikap mereka berdua juga tidak menyenangkan bagi Violet. 

Mungkin karena pas Violet datang ke kota itu dalam keadaan tidak baik-baik saja (Violet terpaksa ikut pindah ke kota Perfect, karena ayahnya yang ahli mata punya pekerjaan baru di kota itu). Violet benci harus pindah ke tempat baru, yang artinya dia harus meninggalkan teman-temannya, sekolahnya, dan seluruh kehidupan lamanya yang menurutnya menyenangkan. 

Ketika terbangun dari tidurnya, di hari pertama Violet berada di kota Perfect, dia merasakan keanehan. Matanya tiba-tiba buram dan tidak bisa melihat dengan jelas. Dia mencari-cari kacamatanya sendiri yang biasa digunakannya nggak ketemu. Dan ketika dia menggunakan kacamata yang tersedia di meja dekat tempat tidurnya, barulah dia bisa melihat dengan jelas dan berbeda.

Saat menjalani kehidupannya di kota Perfect, keluarganya berubah menjadi tidak seperti biasa. Perubahan paling kentara adalah perubahan sikap ibu. Ibu tidak lagi menjadi ibu yang Violet kenal. Ayahnya jadi jarang pulang cepat. Intinya, keluarga Violet berubah total sebelum semua menyadarinya.

Adalah seorang anak lelaki, Boy, berasal dari kota Buangan, yang selalu menyelinap masuk ke dalam kota Perfect. Dia termasuk buronan para penjaga kota Perfect. Boy percaya, Violet akan membantunya mengubah keadaan, menyadarkan semua warga kota Perfect bahwa mereka sedang hidup dalam suatu pengendalian. Terlebih lagi, Violet merasakan keanehan pada ketidakhadiran ayahnya selama beberapa waktu. 

Setelah Boy dan Violet mulai saling mengenal, terlebih karena kebutuhan mendesak Violet untuk mengetahui keberadaan ayahnya, mereka pun mulai menyusun rencana. Violet tidak punya pilihan selain memercayai Boy yang kebetulan tahu di mana ayah Violet berada. Selain mereka berdua, ada orang dewasa lain yang terlibat. Orang dewasa yang termasuk orang buangan, yang tidak lain masih Archer Bersaudara.


Mengikuti petualangan Violet dan Boy terbilang menegangkan. Namun mengingat karakternya adalah bocah SD, rasanya level menegangkannya bertambah. Terlebih untuk Violet yang terbiasa berada dalam pelukan keluarga hangat, kali ini terpaksa harus bertaruh nyawa untuk menemukan dan menyelamatkan ayahnya sendiri dengan seluruh ketakutan dan jauh dari rasa nyaman yang selama ini dia dapatkan. Oke, dia memang tidak sendirian, melainkan berjuang bersama anak-anak dari kota Terbuang yang tidak dia kenal. Tapi semua itu baru baginya. Jadi jelas, semua ini menambah tingkat ketegangan saat ikut menyaksikan petualangan Violet.


Aku suka cara Helena Duggan mengeksekusi idenya dengan rapi, hampir tanpa cela. Banyak petunjuk mengarah ke pemecahan misteri, membuat kita yang membacanya dapat menebak semua kepingan puzzle yang tersebar di beberapa bab terakhir. In the end, untuk pembaca muda ketika tebakannya sesuai dengan akhir dari ceritanya, hal ini menyenangkan. Karena it was be lyke, "hei, tebakanku bener, kan..." 

Versi terjemahan yang kubaca mudah untuk dinikmati, meski kadang aku merasa harus membandingkannya dengan buku versi asli. Aku memiliki kekhawatiran pemangkasan beberapa hal yang mungkin dianggap nggak perlu karena memang aku menemukan banyak pengulangan fakta untuk memperjelas petunjuk. Tapi sudahlah, toh, akhirnya kelar juga bacanya. 

A Place Called Perfect adalah buku pertama dari serial Perfect yang sekarang sudah ada buku ketiganya. Setelah pinjam dari Bude Truly, aku jadi merasa harus punya sebagai koleksi, sebab menurutku, kalian perlu baca buku bagus ini. Tentu artinya aku harus koleksi buku ini. Tadinya aku memang mau beli, tapi Budhe Truly bilang, coba baca punyaku dulu aja, biar nggak menyesal beli. It looks like aku nggak akan nyesel belinya nanti, karena buku ini bagus dan worth to collect. 

I enjoyed reading it a lot, meski disela baca yang lain yang ternyata ga kelar juga. Sometimes I need to be sick to finish a whole book in a day or two. But I don't wanna get sick everyday. That's why I work out daily, to get me always in good shape.

Do I recommend it to you? Yep, I do. Pesan moral utama dari cerita ini adalah: hidup itu sangat bermakna kalo kita punya imajinasi. Ketika imajinasi kita ditutup, dimatikan, dihentikan, hidup kita akan kosong dan tidak bermakna lagi. Beruntunglah kita yang bisa berimajinasi dan tetap berimajinasi. Keep on imagining! Because imagination makes our life worths more...  

Baca ini buat berpartisipasi di:
- Goodreads Challenge 2023
- Abroad and Beyond Reading Challenge 
- Joglosemar Babat Timbunan 2023
- BBBBC Reading Challenge 2023



See you on my other post, stay healthy, both of you! xoxo,

 
Terusin baca - [2023: Book 9] A Place Called Perfect - Helena Duggan

25 Jan 2023

[2023 - Book 1] Wizard Bakery - Gu Byeong Mo

 



Judul: Wizard Bakery 
Penulis: Gu Byeong Mo
Penerjemah: Iingliana
Editor: Juliana Tan
Ilustrasi sampul: Staven
Cetakan pertama, 2021
Diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 208 hlm; 20 cm
ISBN: 978- 602-06-5739-4
Genre: Fiction, Novel, Fantasy, Young Adult, Magical Realism, Asian Literature, Korean Literature, Magic, Drama, Asia, Young Adult Fantasy
Status: Pinjam punya Budhe Truly Rudiono 


Karena ayahnya menikah lagi setelah ibunya meninggal dunia, seorang anak laki-laki berumur 16 tahun terpaksa tinggal serumah dengan ibu tiri dan adik tirinya. Hubungannya dengan ibu tirinya tidak pernah baik, jadi ketika ia mendadak dituduh melakukan pelecehan terhadap adik tirinya, ia pun kabur. Di tengah kepanikannya, ia berlari ke toko roti yang ada di dekat rumahnya. la sama sekali tidak menduga bahwa dunia penuh keajaiban menunggunya di sana. Sekilas pandang, Wizard Bakery terlihat seperti toko roti biasa, tetapi sebenarnya tempat ini menjual roti dan kue yang mengandung sihir. Sementara anak laki-laki itu berada di sana, ia menyaksikan sikap egois orang-orang yang ingin memiliki kekuatan sihir demi kepentingan pribadi. Walaupun Tukang Roti dan asistennya, Burung Biru, sering mengomeli anak laki-laki itu, mereka juga memberinya hiburan, berbeda dengan keluarganya sendiri. Namun, ketika polisi mulai menyelidiki toko roti itu, anak laki-laki itu pun sadar bahwa waktunya kembali ke kenyataan semakin dekat.


Halo, Kakak Ilman dan Zi...

Sebenernya aku baca buku ini dari tahun lalu terus mandek, gara-gara ceritanya nggak semanis bayanganku tentang yang namanya bakery. Cake shop, coffee shop, dan bakery adalah setting tempat kesukaanku saat baca cerita. Ketika di dalam cerita diceritain gimana manisnya cupcake coklat, tart coklat, atau apapun itu... aku merasa bisa ikut merasakannya di lidahku. 

Tapi sayangnya, Wizard Bakery nggak sepenuhnya bercerita tentang kue-kue yang enak. Ada kisah pedih di dalamnya, yaitu tentang karakter utama yang adalah anak SMA, kabur dari rumahnya setelah mendapat tuduhan melakukan pelecehan seksual pada adik tirinya. 

Kisah remaja SMA ini sudah cukup memilukan, karena dia harus mendapati ibunya mengakhiri hidupnya, setelah ayahnya kemudian menikah lagi dengan seorang guru, penderitaannya nggak pernah berkurang. Ditambah lagi dia mendapat tuduhan melakukan perbuatan nggak pantas pada adik tirinya. Kurang nelangsa gimana lagi, coba, yang baca?

Berhubung menjelang tahun baru 2023 ini aku tergeletak sakit dan mumpung jadi "mati rasa", aku baca ini lagi. Sakit fisik lumayan sempet bikin mati rasa, jadi pas lanjut baca ini datar-datar aja. Tapi ya ga mau terus-terusan sakit juga demi baca buku-buku sakit begini... -____-

Kue-kue yang dijual di Wizard Bakery umumnya harus dipesan dulu karena mengandung sihir tertentu dan kekuatannya terbatas waktu. Telat mengonsumsi, efek sihirnya hilang. Dan karena kue ini mengandung sihir, nggak sembarangan dijual. Pemesanannyapun lewat website mereka yang sering berubah-ubah, karena selalu terendus polisi. Tidak terhitung berapa kali bakery ini harus pindah karena selalu terciduk polisi. Jadi Tukang Roti dan Burung Biru harus segera meninggalkan tempat mereka sebelum polisi datang dan menciduk mereka. Jadi, Tukang Roti dan Burung Biru selalu lolos dan Wizard Bakery selalu bisa beroperasi, walau pindah tempat.


Membayangkan kue-kue enak ini tentu bikin jadi pengen makan kue. Yang selalu kebayang itu kue-kue dari cake shop setiap baca deskripsi kue-kue ini, terlepas dari kue-kue ini adalah kue-kue dengan muatan sihir. 

Misalnya aja ada ginger bread yang ternyata adalah boneka voodoo. Di bagian tertentu kue itu ada sesuatu yang "ditanam" dan nyampe ke korban voodoo-nya. 

Suatu hari, sewaktu si pemuda ini lagi lihat-lihat website Wizard Bakery, dia lihat ada kue yang statusnya "masih dalam penelitian" yang kalopun dijual, harganya akan sangat mahal. Kue itu adalah kue keberuntungan, di dalamnya berisi kertas yang menentukan akan kembali ke waktu yang dia mau. Tapi kue ini tidak bisa dipesan karena risikonya terlalu besar. Sampai suatu ketika, polisi mulai mengendus beberapa kejadian yang mengarah pada Wizard Bakery dan si pemuda ini harus segera pulang, karena nggak akan ada tempat lagi baginya di situ. Nggak disangka, Tukang Roti malah ngasih kue keberuntungan pembalik waktu itu. Tinggal "kebijaksanaan" si pemuda ini aja, mau makan kue itu atau tidak.       


Membaca buku ini sebaiknya nggak dalam keadaan mood swing sedang buruk, karena latar belakang si pemuda ini lumayan memicu depresi. Tapi kalo dalam keadaan seneng juga bisa bikin mood ambyar. Hahaha. Jadi kapan tepatnya? Saat kalian sedang merasa akan datar-datar aja dalam bereaksi. Soalnya it worked while I was not in a good shape. Tapi tergantung kalian aja sih mau bacanya kapan.

Meski begitu, buku ini bagus banget. Terjemahannya juga enak. Tapi kalo bagus banget, kenapa aku cuma kasih empat stars aja? Karena.... yah itu... sempet bikin mogok berbulan-bulan karena bisa mentrigger depresiku. Dan masa harus nunggu aku sakit dulu biar perasaanku datar saat baca ini? -__-

Salah satu pesan yang aku dapat dari buku ini adalah bahwa di hati setiap manusia itu pasti ada tersimpan niat jahat. Dan sihir, bisa mendukung niat manusia berbuat jahat hingga melukai atau membuat orang lain itu sangat menderita. Tapi sebagai manusia yang juga punya sisi baik, tentunya selalu bisa mempertimbangkan risiko melaksanakan niat berbuat jahat dan membatalkannya.

Aku nggak akan cerita soal endingnya, soalnya buatku endingnya ga ada yang genah. Kayak nyangkut gitu... 



Oke, segitu dulu ceritanya... Sampai ketemu di posting berikutnya, buku kedua yang selesai kubaca di bulan Januari...

Buku ini dibaca untuk memenuhi tantangan baca:
- Goodreads Challenge 
- BBI Joglosemar Babat Timbunan 2023
- Abroad & Beyond Reading Challenge 
- BBBBC Reading Challenge 2023

Love you both... xoxo 

Terusin baca - [2023 - Book 1] Wizard Bakery - Gu Byeong Mo

12 Jan 2016

ibuk, oleh Iwan Setyawan





Judul: ibuk,
Penulis: Iwan Setyawan
Editor: Mirna Yulistianti
Proof Reader: Dwi Ayu Ningrum
Ilustrasi dan desain sampul: Itjuk Rahay
Setter: Ayu Lestari
Cetakan pertama, Juni 2012
Diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 293 hal + xi
ISBN: 978-979-22-8568-0
Genre: Novel, Fiksi, Indonesian Literature, Family, True Story, Drama, Inspirational
Status: Punya. Beli seken di tante Selebvi keknya



"Seperti sepatumu ini, Nduk. Kadang kita mesti berpijak dengan sesuatu yang tak sempurna. Tapi kamu mesti kuat. Buatlah pijakanmu kuat."
-Ibuk-

Masih belia usia Tinah saat itu. Suatu pagi di Pasar Batu telah mengubah hidupnya. Sim, seorang kenek angkot, seorang playboy pasar yang berambut selalu klimis dan bersandal jepit, hadir dalam hidup Tinah lewat sebuah tatapan mata. Keduanya menikah, mereka pun menjadi Ibuk dan Bapak.

Lima anak terlahir sebagai buah cinta. Hidup yang semakin meriah juga semakin penuh perjuangan. Angkot yang sering rusak, rumah mungil yang bocor di kala hujan, biaya pendidikan anak-anak yang besar, dan pernak-pernik permasalahan kehidupan dihadapi Ibuk dengan tabah. Air matanya membuat garis-garis hidup semakin indah.

ibuk, novel karya penulis national best seller Iwan Setyawan, berkisah tentang sebuah pesta kehidupan yang dipimpin oleh seorang perempuan sederhana yang perkasa. Tentang sosok perempuan bening dan hijau seperti pepohonan yang menutupi kegersangan, yang memberi napas bagi kehidupan. 



Halo, Kakak Ilman dan Adik Zaidan...

Sakit itu bikin segala nggak enak, ya. Males ngapa-ngapain. Haha. Sakit selama dua minggu sebelum tahun baru trus balik lagi kena flu berat itu sungguh mengganggu!

Untungnya, bacanya nggak kena males. Walau kecepatan baca masih seperti siput, sakit kepala dan running nose nggak menghalangi buat balik halaman berikutnya. Dan masih aja nekat duet nyanyi di Smule, dong! Hahahahaha. Kedengeran banget lah, melernya :P

Oke. Sekarang kita ngomongin buku ini. Beberapa tahun lalu, sekitar tahun 2013 waktu pertama kalinya Bunda ikutan Secret Santa, Bunda beli buku ini untuk hadiah target Bunda. Saat itu sih nggak tertarik buat beli untuk diri sendiri.

Beberapa waktu kemudian, waktu lihat banyak yang mereview buku ini, akhirnya jadi pengen baca juga. Tapi masih belum tergerak buat beli sampai tante Selvi jual buku ini bareng buku Pintu Harmonika dan beberapa buku lainnya. ibuk, ini jadi salah satu pilihan Bunda kemudian. Berhasil menarik perhatian papa, jadi dia yang baca duluan. Hihihi.

ibuk, bercerita tentang seorang Tinah muda yang harus putus sekolah di masa muda, lalu ikut mbahnya, Mbok Pah, berjualan pakaian bekas. Banyak yang menyukai Tinah, karena kesederhanaannya, kecantikannya juga. Di sebelah kios Mbok Pah, ada kios yang berjualan tempe. Pemuda penjual tempe itu kerap memberikan tempe pada Tinah, sebagai wujud rasa sukanya kepada Tinah.

Dari banyak pemuda yang tertarik pada Tinah, hanya Sim-lah yang membuat jantung Tinah berdegup. Sim adalah seorang kenek playboy yang menjaga penampilan. Walau seadanya, dia nggak berpenampilan lusuh seperti umumnya kenek. Justru dia tampil klimis dan rapi. Singkat cerita, Tinah dan Sim saling jatuh cinta, lalu menikah.

Apakah cinta sesederhana itu?

Cerita ibuk, ini menggambarkan bahwa "happily ever after the end" itu nggak seindah cuma senang-senang tanpa keluh kesah, rasa susah, dan lain-lain. Penceritaan ibuk, diambil dari sisi Bayek, anak Ibuk nomer tiga. Satu-satunya lelaki.

Suatu ketika, Bayek pernah "mati suri". Nggak sakit, tertidur lama, tapi nggak bernapas. Namun detak jantung ada. Hal ini membuat Ibuk sangat cemas. Bayek juga pernah "diramalkan" akan menjadi orang yang membahagiakan Ibuk. 

Ibuk adalah sosok seorang perempuan hebat yang perkasa, jauh dari manja. Ibuk mampu mengurus suami dan kelima anaknya dengan tangannya sendiri.

Awal baca buku ini sebenernya emosinya datar, tapi lumayan bisa dinikmati. Ibarat baca diary orang. Namun, ketika membaca penuturan perjuangan Ibuk, di saat Bapak mengeluh angkot bolak balik mogok, anak-anak rewel karena sudah waktunya bayar SPP, rapor Bayek harus tertahan tidak dibagikan disebabkan belum bayar SPP dan kalender (nggak abis pikir, kenapa diwajibkan beli kalender, ya?), sepatu semua anak jebol berbarengan, Ibuk harus ngutang dan cicil sana sini juga mengatur keuangan seadanya dan memutar otak supaya semua bisa kebagian, nggak kerasa air mata Bunda mengalir.

Ibuk berjuang membesarkan hati Bapak juga kelima anaknya. Ibuk mengajarkan kesederhanaan pada anak-anaknya. Ibuk juga mengajarkan anak-anaknya untuk punya pijakan yang kuat. Ibuk menumbuhkan kasih sayang di hati anak-anaknya. Ibuk yang punya tekad kuat supaya semua anaknya menyelesaikan sekolah, apapun yang menjadi rintangannya.

Ingatan Bunda kembali ke masa Bunda masih SD. Waktu itu, YangKung lagi belum ada kerjaan, karena banyak proyek yang sebetulnya sudah kelar, tapi pembayaran masih tersendat. Jadi, mau ngerjain pekerjaan berikutnya belum ada modal, disebabkan dari hasil pekerjaan sebelumnya belum
dapat bayaran. YangKung dulu berprofesi sebagai arsitek dan pembuat maket (miniatur gedung). Dibayarnya per proyek selesai. Jangankan untuk beli bahan-bahan maket, untuk makan sehari-hari aja udah abis bis bis.

Hari itu, Bunda pulang sekolah, mendapati YangTi sedang duduk di ruang tengah. Menunggu YangKung. YangTi membelai rambut Bunda dan bilang, "kita belum bisa makan dulu. Belum ada uang untuk beli beras. Tunggu Bapak, ya. Mudah-mudahan, ada yang mau bayar, walau baru sepuluh ribu saja". Saat itu, nilai sepuluh ribu rupiah mungkin sama dengan seratur ribu rupiah saat ini. Bunda duduk berdua YangTi. YangKung rupanya sudah berangkat dari pagi, nagih-nagih ke klien kayaknya. Pulang-pulang, beneran bawa uang selembar sepuluh ribu rupiah. YangTi langsung ke pasar untuk beli beras dan beberapa lauk.

Mungkin karena pernah ngalamin cerita sejenis, pas Papa bilang, "ceritanya nggak ada emosinya", Bunda malah punya perasaan yang berbeda. Bunda sempet baper juga, karena memang pernah mengalami hal serupa dengan Bayek. Papa juga pernah ngalamin hal serupa, kok :D

Bersyukurlah kalian yang nggak ngalamin masa susah ketika kecil dan semoga nggak membuat kalian mati rasa melihat orang lain yang lebih susah dari kalian.

Kalimat-kalimat yang ditulis Iwan Setyawan ini sederhana dan mengena, mengalir juga. Walau "status" bukunya novel, tapi jadi kayak baca semi biografi. Yang agak "kurang" sebenernya saat ada hal-hal yang bisa diungkapkan secara emosional, keluarnya jadi datar. Terus terang agak geregetan jadinya. Namun di beberapa bagian emang ada juga penuturan yang bisa hit my nerve lalu nggak kerasa bikin meleleh. 

Mestinya sontreknya masih A Song for Mama juga, nih. Heuheu.


Sayangnya kurang ditunjang sampul yang mestinya bikin adem (Bunda kurang tertarik dengan sampulnya, ke-rame-an) plus banyak penuturan yang emosinya nggak keluar hingga terasa agak datar, Bunda tetep kasih bintang empat untuk Ibuk yang hebat dan menginspirasi semua ibu di dunia agar tidak menjadi ibu dan istri yang cengeng dalam mengantarkan anak-anaknya menjadi anak yang hebat! :D

Semoga Bunda bisa jadi Ibuk yang baik buat kalian berdua! Aamiin...

Cheers and love! xoxo,





Terusin baca - ibuk, oleh Iwan Setyawan

7 Mei 2014

Kisahku Bersama Sepotong Kata Maaf


Judul: Sepotong Kata Maaf
Penulis: Yunisa KD
Editor: Anin Patrajuangga
Desainer Cover: Steffi
Penata isi: Phiy
Diterbitkan oleh PT Grasindo
Cetakan pertama 2013
Jumlah halaman: 304 hal
Genre: Novel, Fiksi Kontemporer, Time travel, Woman, Semi-thriller
ISBN: 978-602-251-132-8
Status: Punya. Beli di Hobby Buku Online Bookshop
Harga: IDR 53,000


Blurb:
Ini adalah kisah nyata seorang gadis yang menolak untuk meminta maaf meskipun telah berulang kali diajukan permintaan resmi agar ia melakukannya. Dia meninggal 7 kali oleh pena seorang novelis. Itulah cara ringan untuk merangkum cerita ini.

Dalam dimensi yang berbeda, hidup memang seperti persamaan Matematika: ada berbagai variabel dan konstanta. Kematian seorang gadis bermoto "Maaf tampaknya adalah kata tersulit", itulah sang konstanta.

Halo, Kakak Ilman dan Adik Zaidan...
Kelar juga baca buku ini setelah mandek lama. Hehe...



Sama penulisnya, buku ini digadang sebagai buku yang berdasarkan kisah nyata, pengalaman penulisnya sendiri. Konon, sneak peek-nya sering beredar di fanpage penulis. Cuma Bunda nggak ngikutin, sih, jadi ga begitu tau. Takutnya, kalo Bunda terlalu tahu cerita hidup penulis, Bunda nggak netral lagi dalam mereview bukunya. Bunda nggak tertarik dengan kehidupan pribadi penulis, makanya nggak follow twitternya maupun gabung di fanpagenya. Dengan begitu, Bunda bisa baca novel yang ini ya apa adanya yang tertuang di sini aja. Walaupun dibilang berdasarkan kisah nyata.

Jadi? Sepotong Kata Maaf ceritanya tentang apa?

Ceritanya bermula dari kekesalan Dewi yang pada saat acara ROM (penandatanganan perjanjian pernikahan) mesti menyaksikan suaminya, Jeremy Subroto, berfoto dengan sahabatnya, Lisa Hisman ~yang kemudian diberi julukan "ganjen"~ tanpa mempelai perempuan. Yang menambah kekesalan Dewi adalah posisi Lisa yang teramat dekat dengan Jeremy yang hanya tersisa sedikit aja ruang sehingga mereka nyaris nempel. Jeremy yang menganggap Lisa adalah sahabatnya, tentu nggak ngeh dengan kekesalan Dewi. Menurut Jeremy, ini wajar aja, karena mereka bersahabat. Sementara menurut Dewi, keluarga Dewi dan teman-teman Dewi, pose foto berdua seperti itu, tanpa mempelai wanita juga, bikin geger dan geram.

Dari situ, cerita berkembang ke berbagai alternatif kematian Lisa Hisman di dimensi yang berbeda. Gimana cara? Pake mesin waktu, dong...

Di cerita awal, Lisa dan Armand akan melangsungkan pernikahan, tapi gereja tempat mereka menikah dibom. Kemudian, Jeremy yang jenius itu, masuk ke mesin waktu ciptaannya untuk mencegah pengeboman terjadi, karena niatnya sih, menyelamatkan orang lain yang ga bersalah. Kalo Lisa doang yang mati ya biar aja. Kurang lebih gitu. Maka dimulailah kisah petualangan Jeremy Subroto melintasi berbagai dimensi lewat mesin waktu yang ternyata nyasar melulu. Yang jelas, ini bikin penulis leluasa membunuh Lisa Hisman di berbagai dimensi waktu dengan berbagai alternatif cara kematian :D

Kabarnya, sih, ini emang kisah nyata penulis pada saat dia dan suaminya meresmikan pernikahan mereka. Jadi, anggaplah, ini novel balas dendam buat mbak Lisa (nama sebenarnya) yang sudah membuat penulis murka.

Sebetulnya, ide time travel itu udah nggak aneh, sih. Jadi ya nggak ada yang istimewa banget dari novel ini. Yang jelas, sih, aura dendamnya nyampe banget ke pembaca. Kelewatan aja, sih, menurut Bunda... Dengan kata lain: lebay banget dendam kesumatnya.

Beberapa catatan yang sempet Bunda simpan tentang buku ini, ya...

1. Kalo dari sisi ide, terus terang Bunda nggak suka, apalagi "inspired from true story". Karena penulis memang berniat membunuh seorang Lisa Hisman di dalam novelnya sampai tujuh kali. Well, oke. Merasa kesal, benci karena seseorang telah "melukai" perasaan kita tuh wajar. Tapi, jauh lebih baik memaafkan duluan daripada "mengemis" permintaan maaf dari orang lain dan ketika permohonan maaf nggak kunjung datang, lalu memutuskan "membunuh" orang yang dibenci (meski) dalam bentuk cerita fiksi dalam berbagai alternatif itu cuma membuat penulis terlihat sama sekali nggak bermartabat. Sorry to say.

2. Bunda juga pernah merasa cemburu atau kesal sama orang. Tapi, Bunda percaya, memaafkan lebih dulu itu lebih bikin legowo dan nggak kepikiran, kok. Hidup jadi tenang dan nggak penuh dendam. Tips dari Bunda, daripada membenci seseorang lebih baik mengabaikan orang yang (tadinya) kita benci aja. Lebih enak dan ga musingin ke kitanya. Beneran, deh! Cobain aja. Ignorance is bliss :D

3. Dari sisi penceritaan. Hmm.. nggak ada yang berubah, sih, dibanding buku biru legendaris penulis. Apalagi kalo yang dimaksud dengan karakter Dewi di sini adalah penulis itu sendiri. Aura narsisnya udah over dosis, jauh melampaui narsisaurus syndrome-nya Gilderoy Lockhart. Bayangin narsisnya si Gilderoy Lockhart aja udah bikin muak, maka kalo ada orang lain yang narsisnya melampaui beliau, silakan takar sendiri standar kemuakan kalian.

4. Deskripsi karakter utama yang terus menerus diulang, bikin 300 halaman buku terasa seperti pemborosan. Karena, kayaknya kalo bisa dilangsingin, 150 halaman juga kelar. Bunda coba bandingkan cara penulis lain yang bukunya Bunda baca dan beberapa udah Bunda review di antaranya, rata-rata mereka nggak saklek mendeskripsikan karakter utama mereka kayak gimana. Ngalir aja di cerita, tapi kita sebagai pembaca, bisa langsung ngebayangin dan punya imajinasi sendiri mengenai karakter di cerita itu. Nggak rusak oleh deskripsi yang bener-bener text book dari penulis.

Sebagai contoh, semua pembaca serial Harry Potter pasti tahu gimana cerdasnya Hermione Ginger tanpa perlu disebutin berkali-kali kalo Hermione itu pinter, genius, penghafal cepat dan pelahap buku. Semua muncul lewat dialog-dialog yang cerdas dan ide-ide yang dicetuskan Hermione ketika mereka menghadapi masalah.

Atau, karakter Amal di buku Does My Head Look Big in This? Meski nggak disebutin segimana cantik, cerdas, penuh sopan santun dan punya kebaikan hati yang luar biasanya Amal, kita bisa tahu gitu aja (atau minimal ngebayangin, deh) melalui semua dialog dan ceritanya.

Masih banyak deh yang lainnya. Termasuk gimana kita bisa ngebayangin gantengnya Christian Grey di FSOG. Ga perlu deskripsi lengkap banget yang bakalan menghancurkan imajinasi pembaca.
Sementara di buku ini, penulis kek pengen ngasi tau pembacanya berulang-ulang, kalo Dewi itu cantik, sempurna, punya buah dada yang menggemaskan, pintar, kaya, tahu sopan santun, punya tata krama dan seterusnya.

5. Sebentar. Tadi Bunda bilang, berkali-kali disebutin Dewi itu cantik, sempurna, punya buah dada yang menggemaskan, pintar, kaya, tahu sopan santun, punya tata krama dan seterusnya, kan? Nah. Kalo iya, tahu sopan santun, punya tata krama, ini ada sesuatu yang bikin Bunda agak sakit kepala.
Dewi ini berkali-kali mengomeli suaminya dengan kata-kata, "kamu ini goblok atau goblok, sih, Mi?" Kalo seorang Dewi adalah seperti yang disebutkan berulang-ulang di atas, lalu bisa nyebut suaminya goblok berulang-ulang setiap dia merasa kesal pada suaminya yang kurang peka sama perasaannya, terutama terhadap kekesalannya pada Lisa Hisman, lalu gimana dengan perilaku orang yang nggak punya tata krama dan sopan santun, ya? *headspin*

6. Penulis berusaha keras banget buat terlihat kalo dia banyak banget pengetahuannya dengan memasukkan berbagai quote yang kadang nggak nyambung dengan konteks cerita. Trus, udah gitu, seakan-akan pengen bilang, bahwa pembacanya bodoh ga sepintar dia, ditulislah dua bahasa itu quote. Too much information, I guess.

7. Mengenai kalimat "innalillaahi wa inna ilaihi raaji'uun" yang oleh penulis disebut sebagai common phrase di Indonesia, rasanya Bunda harus luruskan dulu. Semoga ini memang karena ketidak tahuan penulis. Masukan Bunda buat penulis adalah penulis mau berteman dengan orang-orang penganut agama Islam, jadi bisa diskusi, minimal nanya-nanya, terutama yang berkaitan dengan doa.

Kalimat "innalillaahi wa inna ilaihi raaji'uun" adalah kalimat yang harus diucapkan (umat Muslim) ketika mendengar ada orang lain mendapat musibah atau dirinya sendiri mengalami musibah. Arti dari kalimat "innalillaahi wa inna ilaihi raaji'uun" adalah "to Allah we belong and to Allah we will return/kita milik Allah dan akan kembali kepada Allah."


Bolehlah sebut ini novel fiksi. Biarpun ini fiksi, menurut Bunda, sefiksi-fiksinya fiksi, tetep aja kalo ada informasi yang akurat tetep ga boleh dibelokin. Bunda banyak belajar dari komik atau novel. Jadi, sebaiknya emang informasi sepenting itu masuk sebagai bahan informasi buat pembaca, walau pun ceritanya fiktif. Kan penulisnya katanya pinter banget. Pasti risetnya udah dalem banget, dong, ya...

8. Bunda masih nggak habis pikir, kenapa Dewi bisa sedendam ini sampai "ngemis" dan melakukan berbagai cara supaya Lisa Hisman minta maaf. Kalo Lisa-nya nggak ngerasa berbuat salah, ya udahlah. Biarin aja. Tapi kalo sampai dibunuh dengan berbagai variasi, mending bikin novel thriller dengan judul "Tujuh Alternatif Pembunuhan Lisa Hisman", bukannya "Sepotong Kata Maaf".

9. Untuk ide masuk ke berbagai dimensi, okelah. Bolehlah. Tapi, kenapa hampir di semua dimensi yang bukan dimensi sebenarnya itu, Roger Gunawan muncul sebagai suami Dewi? Kok, kesannya, Dewi nyesel nikah sama Jeremy Subroto, ya? Kesannya, penulis pengen banget menikah dengan Roger Gunawan - if he is existing in this world. Atau emang ada orangnya? Soalnya dengan nulis nama semua karakter mirip dengan aslinya, apa itu nggak menyinggung perasaan suaminya? Sebelum menikah sampai sekarang, Bunda selalu dinasihati untuk menjaga perasaan suami, bertutur kata yang baik pada suami. Lah ini? Suami digoblok-goblok. Semoga kalian berdua kelak dapat istri yang selalu memuliakan suaminya. Aamiin. Biar pun Dewi secantik bidadari, kalo kata-katanya bau begitu... errrr... masih bisa disebut cantik dan sempurna?

10. Masih bingung dengan pola pikir Jeremy mau pun Roger sebagai laki-laki di dalam cerita ini. Gimana, ya. Boleh, deh, Bunda disebut ganjen atau genit karena mayoritas teman Bunda adalah laki-laki. Tapi keuntungan dari punya banyak teman laki-laki adalah: Bunda memahami cara berpikir mereka yang sama sekali beda banget dengan cara berpikir cewek. Tapi di cerita ini, cara berpikir semua orang di karakter, kecuali Lisa Hisman tentunya, sama banget dengan cara berpikir Dewi, termasuk cara berpikir para pria yang pro ke Dewi semuanya. Bunda sih, percaya dengan peribahasa Indonesia yang bilang, "lain ladang, lain belalang. lain lubuk lain ikannya." Jadi, beda orang ya beda isi kepalanya. Mau punya pengalaman yang sama persis plek kek apa pun, tetep aja pasti ada perbedaan pendapat dan cara berpikir. Apa lagi kalo makhluk bernama cowok itu datengnya dari Mars dan cewek itu datengnya dari Venus. Dua planet yang berbeda, kan? *apa maksudnya, coba?*

11. Salut sama pemakaian kata "menyeleweng" (sounds jadul, tuwek banget) sementara kebanyakan orang sekarang nulis kata "selingkuh" :D

12. Di akhir buku, sih, akhirnya Dewi bilang ke Jeremy nggak usah berusaha memperbaiki keadaan. Intinya, dia udah nerima gimana "keukeuhnya" Lisa yang nggak merasa bersalah berikut permohonan maaf yang ga kunjung dateng. Tapi, tetep aja, Lisa-nya dibikin mati yang otomatis nggak jadi menikah dengan Armand. Cuma agak bingung juga, di dimensi ke-7 tuh maksudnya Jeremy pulang ke dimensi asal apa gimana, sih? Soalnya kalo pulang, mestinya ga ke dimensi ke-7, dong? Apa ini maksudnya Jeremy dateng ke Jeremy di dimensi lain? Blunder :D

Tapi kesan yang ditinggalkan di akhir dimensi ini ditutup dengan manis banget, menunjukkan Dewi yang nggak mau memusingkan perkara Lisa lagi, yang udah lalu biarlah berlalu. Meski tetep, Lisa dibuat mati di sini, plus, dipermalukan (dikasih nama Tante Ganjen) di depan anak-anaknya yang sudah besar dengan alasan sebagai contoh. Kalo suatu saat Bunda mau nasihatin kalian mengenai memilih perempuan yang baik, Bunda nggak akan buka aib orang lain. Bunda akan kasih case aja, nggak perlu memperlihatkan foto-foto kenangan buruk yang tersimpan berabad-abad. Itu sama aja dengan menyimpan dendam dan mewariskan dendam pada anak-anak Bunda. Never. Bunda pun nggak pernah akan ngasih tau kalian kalo semisal Bunda punya orang yang Bunda benci. Karena rasa benci itu menular.

13. Sekarang, kira-kira di antara kumpulan kata ini:

pintar ramah goblok cantik kaya sopan goblok santun goblok cemerlang genius goblok tampan cerdas goblok lintas waktu goblok miliarder sempurna goblok tinggi menjulang goblok

sensasi apa yang kalian dapatkan saat baca kumpulan kata di atas? Kata apa yang bakalan paling nempel di kepala kalian saat membacanya? Kurang lebih, seperti itulah sensasi saat membaca novel ini.

14. Apakah review Bunda ini negatif? Hmm... terus terang, ya, suka heran kenapa review yang sifatnya mengkritik itu, kok, sama penulis dibilang review negatif dan yang nge-reviewnya dianggap haters? Karena Bunda bukan hater penulis, meski bukan juga fans berat penulis, Bunda benci kalo seandainya penulis sempat baca review Bunda ini langsung ngecap Bunda termasuk haters-nya. Daripada membenci orang, Bunda lebih suka mengabaikan orang. Membenci itu menguras energi. Keingetan terus dan bahkan malah jadi kenal lebih banyak, jauh lebih banyak dari porsi semestinya ketika membenci orang. Makanya, Bunda memilih mengabaikan ketika Bunda nggak suka sama orang lain. Jadi, energi Bunda ga perlu habis mikirin orang itu. Mending mikirin yang indah-indah aja dan menikmati semua yang indah daripada hidup penuh kebencian. Capek, bow...

Bunda nggak pernah bermaksud menulis review negatif. Dan ga pernah mendaftarkan diri jadi haters fanatiknya. Tapi apa yang Bunda tulis di atas hanya catatan Bunda mengenai apa yang udah Bunda baca aja dan cukup ngeganjel. Gitu aja, sih. Bunda tipe orang yang kalo suka akan bilang suka, kalo ga suka ya bilang ga suka. Titik. Yang jelas, Bunda baca dari awal sampai habis, bukan untuk menyerang penulisnya. Emang murni pengen baca. Titik.

Penulis yang baik akan nerima review sepedas apa pun dari pembacanya dan ga ngecap, "cuma pembaca". Jadi pembaca itu repot juga, kok. Bunda ngemodal buat beli buku ini. Pake ongkos kirim. Sampulnya beli juga. Bacanya makan waktu juga, karena perlu mood bener-bener baik biar ga marah-marah saat baca buku ini, karena seperti penulisnya bilang di blognya, "Orang yang baru pertama kali baca novelku bilang mereka suka banget, bukunya mudah dibaca, bisa merasakan emosi, bisa tertawa dan misuh-misuh saat membaca." Jujurly, kalimat yang Bunda tebalkan benar adanya. Bunda bisa tertawa dan misuh-misuh saat membaca, kok. Hihihi. Misuh-misuhnya bukan karena gemas pada Lisa atau Jeremy melainkan oleh pola pikir penulis. Tertawa karena apa, ya? Menertawakan kenarsisan penulis, mungkin? :D

15. Bunda nggak akan bertanya-tanya kenapa buku ini bisa ikut terpilih untuk diterbitkan di lomba Grasindo - Publisher Seeking Author (PSA) dari 630 naskah yang masuk. Bunda juga nggak akan mempertanyakan kriteria panitia. Tapi kalo naskah kayak gini bisa lolos, gimana dengan naskah yang ga lolos, ya?

16. Agak bingung dengan blurb-nya. Kok nggak nyambung sama keseluruhan cerita.
 





All in all, ma kasih buat penulis yang sudah meramaikan kancah pernovelan Indonesia. Termasuk segala kehebohan yang pernah ditimbulkan. Belajar dari novel ini, memaafkan itu jauh lebih simpel dan mulia ketimbang berharap orang lain menyadari kesalahannya pada kita sampai membuat kita berkali-kali memberi teguran supaya yang bersangkutan minta maaf (apalagi pake cara formal banget) bahkan sampe pengen membunuhnya sebanyak tujuh kali, meski itu hanya di dalam imajinasi. Heuheu... Demikianlah kisah Bunda bersama Sepotong Kata Maaf.

Pesan Bunda, sih, simpel aja. Kalo orang lain yang bersalah ke kita ga mau minta maaf, maafin aja duluan. Pahalanya lebih gede, kok, insya Allah. Daripada dendam sampe pengen matiin. Duh, kayak orang nggak bermartabat aja...

Love you both... Cheers...








Terusin baca - Kisahku Bersama Sepotong Kata Maaf