31 Jul 2012

Bukan Sekadar Menjadi yang Membacakan...



Judul buku: The Reader
Penulis: Bernhard Schlink
e-book version
Diterbitkan oleh: Random House, Inc./Vintage
Pertama kali diterbitkan: tahun 1995
Historical Fiction



Hailed for its coiled eroticism and the moral claims it makes upon the reader, this mesmerizing novel is a story of love and secrets, horror and compassion, unfolding against the haunted landscape of postwar Germany. When he falls ill on his way home from school, fifteen-year-old Michael Berg is rescued by Hanna, a woman twice his age. In time she becomes his lover--then she inexplicably disappears. When Michael next sees her, he is a young law student, and she is on trial for a hideous crime. As he watches her refuse to defend her innocence, Michael gradually realizes that Hanna may be guarding a secret she considers more shameful than murder. (dari Goodreads)

Halo, Kakak Ilman dan Adik Zidan...
Sebenernya, akhirnya, Bunda selesai juga baca buku ini. Lama juga. Butuh waktu 2 minggu lebih buat bacanya. Huks... Entah karena memang bahasa Inggrisnya yang nggak mudah Bunda pahami atau otak Bunda aja yang lagi lemot alias teflon. Eh, emang biasanya berotak prima? Nah, biasanya kan, kalo Bunda baca buku berbahasa Inggris, maka resensinya pun Bunda tulis dalam Bahasa Inggris. Namun, berhubung Bunda mau nulis di blog yang lain, mungkin lain kali, deh, nulis versi Bahasa Inggris-nya. 

Sekarang sudah masuk ke 10 hari kedua di bulan Ramadhan. Wah, ngaji Bunda banyak ketinggalan, nih... Huks... Tetap semangat!

Pertama, Bunda mau mengakui bahwa memilih membaca buku The Reader setelah menonton filmnya adalah kesalahan fatal. Bunda jadi membanding-bandingkan dan berusaha membayangkan scene di film, setiap baca kata-kata di dalam buku ini. Boleh dibilang buku sama filmnya sama, sih. Cuma bedanya, filmnya lebih menarik. Haha. 

Kedua, kita mulai aja, deh...
Ceritanya tentang Michael Berg, ABG berumur 15 tahunan, yang sakit hepatitis. Sewaktu dia lagi jalan-jalan, tiba-tiba tubuhnya lemas dan muntah-muntah di deket apartemen. Tanpa diduganya, ada seorang perempuan kira-kira berumur 30 tahun sekian, nyamperin, nolongin, ngegantiin bajunya, nyiram bekas muntahannya di jalan pake berember-ember air. Dan perempuan ini nganter dia sampai dekat rumahnya. Waktu dia cerita ke mamanya, kalo ada yang nolongin waktu dia muntah-muntah gitu, mamanya menyuruhnya untuk datang ke tempat perempuan buat berterima kasih. 

Kemudian, Michael bertemu perempuan ini, yang kemudian diketahui bernama Frau Schmidtz, tapi Michael memanggilnya Hanna, sementara Hanna memanggilnya, "Kid". Mereka ngobrol sampai akhirnya waktu Michael mau keluar, Si Hanna ini bilang, “wait.”  Michael nunggu di depan pintu apartemen Hanna dengan pintu rada ngebuka sedikit. 

Hanna ganti baju di dapur yang keliatan dari pintu yang ngebuka sedikit itu. Michael ngintip Hanna yang sedang ganti baju. Hanna memergoki Michael yang mengintip, lalu dia malah kabur. 

Michael besok-besoknya datang lagi ke apartemen Hanna. Michael berani datang lagi dan malah punya hubungan serius dengan Hanna, antara laki-laki dan perempuan dewasa. Sebenarnya, mengingat Michael ini masih ABG, kayaknya dia agak kurang ajar, ya, menggoda Tante-tante...   

Setiap hari, Michael punya jadwal rutin di antara jam istirahat di sekolahnya. Lari ke apartemen Hanna untuk berkunjung. Terus lari lagi ke sekolahnya. Oh, iya. Beberapa waktu kemudian, Hanna suka minta dibacain cerita sama Michael. 

Sampai akhirnya, Michael beneran jatuh cinta sama Hanna. Tapi Hanna meninggalkannya, tanpa pesan apa pun. Dan ini sukses membuat Michael patah hati.

Terus, sejarahnya di mana?

Cerita ini mengambil latar jaman Nazi berkuasa, lokasinya di Jerman. 

Sewaktu Michael jadi mahasiswa – dia ngambil Hukum, jadi berurusan sama pengadilan gitu, dia lihat Hanna sebagai terdakwa. Hanna bergabung dengan sebuah organisasi perempuan dan "berperan” serta dalam kebakaran sebuah gereja, di mana di dalamnya ada banyak perempuan Yahudi nggak berdosa. Yah, waktu jaman Nazi berkuasa, kan, kalo bisa mah, semua orang Yahudi yang ada di Jerman (atau di dunia juga gitu?) dihabisi. *merinding*

Hanna dinyatakan bersalah lalu dipenjara. Selama Hanna ada di penjara, Michael baru sadar kalo Hanna ini buta huruf. Lalu dia membacakan cerita lagi untuk Hanna dengan cara merekam sendiri suaranya lalu dikirim ke penjara. Berkat kiriman rekaman suara Michael, Hanna belajar membaca dan menulis selama berada di penjara. Dia bahkan menulis surat untuk Michael. Tapi nggak tahu kenapa, Michael tidak pernah membalasnya.

Ketiga, ini kesan Bunda tentang buku The Reader.
Alur cerita? Lambat. Ngeselin. Cape. Kebanyakan deskripsi. Pengen udahan dan nyerah aja bacanya, walau baru setengah baca. Sebab, ya itu. Kesalahan Bunda udah terlanjur tahu filmnya. Tapi si penulis ini emang jagoan untuk membangkitkan perasaan pembacanya pas bagian akhir. Jadi, feelnya baru dapet pas menjelang halaman-halaman terakhir. Soalnya Bunda mewek sih. Hahaha. 

Buku ini mengambil latar belakang masa Nazi, iya. Tapi nggak detail. Suasana yang dibangkitkan juga nggak kuat. Hanya dakwaan terhadap Hanna aja yang membuat buku ini bercerita tentang kejahatan orang-orang anti Yahudi. Nggak seperti baca The Help yang sering bikin deg-degan. Tapi senggaknya rada tahu lah, gimana situasinya waktu jaman Nazi berkuasa.

Bunda sengaja tidak ceritakan hubungan seperti apa yang terjadi antara Michael dengan Hanna secara rinci. Yang pasti Michael jatuh cinta pada Hanna. Titik. Sebab, buku ini buku untuk orang dewasa, yang terkadang beberapa adegan Bunda skip bacanya.

Lalu, The Reader di sini apa maksudnya? (menjawab pertanyaan Bunda Ory)
Kalo melihat kisah Michael ini, The Reader di sini maksudnya "pembaca". Atau lebih tepatnya, "yang membacakan". Hanna sering meminta Michael untuk membacakan buku untuknya. Bahkan, ketika Hanna berada di penjara, Michael pun masih membacakan buku untuknya.

Bunda jadi ingat waktu di angkot, ada ABG tuna netra yang menyebut-nyebut "reader". Orang yang membacakan naskah non-braille untuknya. Bunda berkesimpulan, bahwa "reader" ini adalah sebuah profesi. Profesi membacakan naskah untuk orang yang tidak bisa membaca.

Tiga bintang cukup, deh, kayaknya... :D

14 komentar:

  1. yaa kok bunda mewek sih hehe..
    kalo aku kuat ga baca bukunya? :D

    BalasHapus
  2. em.. the reader itu sendiri maksudnya apa ya Mbak?

    BalasHapus
  3. @Kilas Buku: He? Ga kuat bacanya? kenapa? ada adegan ero-nya? :D

    @Bunda Ory: Mungkin maksudnya The Reader itu "yang membacakan". Ah, iya, kuedit deh, kalo gitu, reviewku :D

    BalasHapus
  4. gyahahaha, ak juga udah nonton filmnya mb, bagus banget dan suka banget, apalagi di bagian kamar mandi itu *eh ingat puasa* :)

    sembet kaget juga biasanya mb peni nulis versi b.ingg eh ini indonesia :)

    BalasHapus
  5. penasaran ama buku ini, apalagi masuk 1001 books

    BalasHapus
  6. nah, baca buku setelah ntn filmnya emang agak susah ya, yg kebayang adegan2 di film terus hehehe...tapi aku suka sih filmnya, meski belom baca bukunya =)

    BalasHapus
  7. Kisah yg romantis tapi ironis.. Iya ngga sih bun? Dan bener memang reviewnya mesti di cut di beberapa bagian :D *nyengir*

    BalasHapus
  8. Eh, kita ngereview buku yang sama Mbak, kasih bintang yang sama pula :D
    Aku lumayan suka buku ini, bukan termasuk buku "santai" tapi gak bikin terlalu ngerutin kening juga.
    Kalo di terjemahan Indonesianya Hanna manggil Michael "Jungchen" bukannya "Nak", aku suka itu, jadi tetep terasa Jermannya.

    BalasHapus
  9. Ini The Reader yg lg sering dibicarakan akhir2 ini ya?

    BalasHapus
  10. ehem, *beberapa adegan diskipbacanya?* jadi pengen baca :D

    BalasHapus
  11. Sudah baca buku ini begitu terbit, bikin terenyuh justru menjelang saat-saat terakhir, tapi aq tdk masukan dlm kategori hisfic, lbh ke arah drama :D ada di blogku yang lain mbak, di sini : http://lemarihobbybuku.blogspot.com/2012/07/books-reader.html

    BalasHapus
  12. wah, beda2 ya kesannya.. tp tetep pngen baca :)

    BalasHapus
  13. Banyak yg bilang alurnya lambat yaaa.. kayaknya aku kapan2 nonton filmnya ajah deh :P

    BalasHapus

tirimikisih udah ninggalin komen di sini... *\(^0^)/*