Judul: Genk Kompor - One for All, All for Dhuaaaar!
Penulis: Genk Kompor (Abe, Nando, Sandi, Erin, Eno, Deny)
Diterbitkan oleh PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia
Tahun terbit 2013
Jumlah halaman: 195 hal + xxiv
Genre: Fiksi Kontemporer, Komedi, Teenlit
Status: Punya. Buntelan dari Tante Yudith
Ketika para peleduk bertemu, apa yang akan terjadi?
Korslet? Kebakaran? Kerusuhan?
Abe, Deni, Eno, Erin, Nando, dan Sandi adalah segerombolan anak dengan segudang sifat dan keanehan yang berbeda jenis tapi saling melengkapi. Melengkapi keonaran satu sama lain! Saling sulut-menyulut, saling kompor-mengompori, dan akhirnyaaa: Dhuaaar? Meleduk!!!
Genk Kompor: tidak hanya memancing tawa, tapi juga haru!
Halo, Kakak Ilman dan Adik Zidan...
Kali ini Bunda dapat "tugas" mereview buntelan yang dikasih ke Bunda sebagai member BBI. Hahay! Sewaktu om Dion nunjukin foto setumpuk buku, entah kenapa, Bunda jadi yang pertama komen dan bilang, "mau Genk Kompor!"
Mungkin karena Bunda butuh tertawa, makanya, begitu baca kata Genk Kompor langsung menarik perhatian tanpa pikir panjang. Di Goodreadspun, sepertinya baru Bunda yang kasih rating :P *err, setidaknya sampai hari ini*
Oke. Seperti yang diceritakan oleh sinopsis di atas, buku ini bercerita tentang persahabatan. Yang Bunda suka adalah idenya. Ternyata, nama-nama tokoh seperti Abe, Deni, Eno, Erin, Nando, dan Sandi diambil dari nama-nama penulisnya sendiri. Jadi, para penulis ini bikin proyek keroyokan serial Genk Kompor yang katanya termasuk Serial Laris Story Teenlit Magazine.
Karakter di dalam buku ini, di antaranya:
Abe, si poni Justin Bieber. Dia ini anak IPA, tapi karena ada gebetannya di kelas IPS, jadi sering ikut pelajaran di kelas IPS.
Abe, si poni Justin Bieber. Dia ini anak IPA, tapi karena ada gebetannya di kelas IPS, jadi sering ikut pelajaran di kelas IPS.
Deni, si penyair pantun. Kadang pantunnya nyambung, lucu, tapi banyakan ga jelasnya. Dia ini alergian, jadi gampang bersin.
Eno, cewek mungil berkacamata, bawel. Suka banget mondar-mandir di koridor. Punya kucing jantan bernama Beldo dan kakak bernama Arum.
Erin, cewek penyuka coklat yang doyan banget dandan. Kapan aja ada kesempatan, pasti deh, lagi mupurin mukanya pake bedak. Agak heran juga, sih, anak SMA dia bawa-bawa perlengkapan lenong selengkap eye shadow, blush on dan lipstik. *eyeroll*
Nando, si jambul, yang dikit-dikit kerjanya benerin jambul. Dia sayang banget sama ibu dan adiknya.
Sandi, cowok asal Medan yang pendiam ini semasa kecil bersahabat dengan Eno. Dialah yang paling misterius di antara kelima sahabat lainnya.
Blurbnya juga menjanjikan, sih. Jadi, Bunda sempat berharap banyak banget sama buku ini, supaya Bunda bisa teraduk-aduk karena tertawa.
Nah, sayangnya, pas awal-awal baca buku ini, Bunda mulai boring. Nggak ngakak. Biasa aja. Cengar-cengir standar. Pertanyaan Bunda cuma satu, sih, waktu itu, "Ini Bunda yang sense of humor-nya udah ngedrop sampai titik minus atau emang cerita komedinya garing?"
Meski ada pertanyaan kayak gitu, Bunda maju terus buat baca. Bunda yakin, bahwa "Warning! Ngakak Abis" di kaver nggak cuma omong kosong. Kalo iya, Bunda akan tuntut! *halah* :P
Ternyata, mulai di pertengahan buku, cengiran Bunda mulai melebar. Dan setelah hampir lembar-lembar terakhir, Bunda mulai tertawa. Bunda paling suka cerita Menjemput Masa Lalu yang udah mulai "panas" banget. Bunda inget, Bunda baca di angkot - yang, untunglah cuma ada dua penumpang lain di depan - terkikik geli membayangkan scene Nando yang dijuluki "bayi lumba-lumba" oleh teman-temannya ketika menginap di rumah Deni. Dan masih di cerita ini juga, Bunda dibuat menangis.
Kenapa Bunda sempat pesimis dan mempertanyakan sense of humor Bunda? Karena cerita di awal, bodorannya (apa, ya, bahasa Indonesia-nya? Oh! Humornya!) garing, udah ketebak dan standar banget. Semacam.. ummm... klise?
Terus pas giliran tebak-tebakan bahasa Inggris, Bunda sempat dibuat gemas. Ada banyak "pengetahuan umum" yang kalo dibaca sama anak-anak jaman sekarang, kalo sasarannya anak SMP-SMA sekarang, udah terbilang basi. Misalnya aja, ada tebakan yang jawabannya, "run no car no" (kalo diinget-inget itu adalah plesetan dari nama Rano Karno, salah satu aktor Indonesia, yang saat ini menjadi Wagub Banten). Masalahnya, Bunda nggak yakin, ada abege sekarang yang tahu siapa Rano Karno. Anaknya mungkin. Tapi segmen pembaca secara keseluruhan kayaknya ga tau siapa beliau.
Ada lagi sih, yang bikin Bunda cengar-cengir. Salah satu bab yang berjudul Tomboy kok Mellow. Nah, di situ ada adegan Sandi dan Eno ngobrol. Mereka berdua ngobrol pakai logat Batak. Bikin Bunda ingat sama Om Helvry dan Tante Putri yang kalo ngobrol, logat mereka Batak abis. Hihihi.
Walau Bunda sempat kecewa dengan warning ngakak abisnya itu, ternyata Bunda terhibur banget dengan buku ini. Bunda juga salut dengan persahabatan mereka. Misalnya, pas Abe udah berusaha banget mendekati Tria, cewek incerannya, tapi ketika dekat dengan Tria, Abe malah gugup dan salting. Trus, malah, Tria udah keembat duluan sama Vincent. Nah, pas akhirnya, Abe dapat kesempatan buat deketin Tria, dia malah milih nguntit Sandi yang misterius dan akhirnya kencan pertama Abe - Tria batal.
Kalo ditanya, Bunda paling suka karakter mana, yang jelas, Bunda suka semuanya secara adil dan merata. Karena, mereka semua adorable. Buku ini nggak cuma menghibur, tapi juga "mengajarkan" kasih sayang, kepedulian dalam persahabatan.
Oya, itu di kaver belakang, ada kata-kata agak mengganggu. "saling sulut-menyulut, saling kompor-mengompori". Padahal cukup ditulis, "saling menyulut, saling mengompori" aja.
Makasih, Genk Kompor dan Tante Yudith. Bunda terhibur! ^_^
Makasih banyak sudah meresensi buku kami ya, Mbak. :)
BalasHapusOmong2, buku Genk Kompor 3 akan segera terbit, loh :)